Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Penulisan Dalam proses perkuliahan perlu adanya realisasi yang akan membuat

mahasiswa lebih memahami mata kuliah yang sedang dipelajari. Sehingga penting untuk mahasiswa mererapkan materi FLIP-FLOP dari mata kuliah rangkaian logika kedalam bentuk project yang mengunakan prinsip flip-flop tersebut. Oleh karena itu kami mencoba membuat suatu alat sederhana, kemudian membuat laporan dari kegiatan tersebut . selain itu projek ini merupakan tugas akir semester yang diberikan untuk memenuhi nilai-nilai akir semester. Pada laporan ini kami akan membahas tentang running light, yang merupakan alat sederhana yang kami buat sebagai penerapan mata kuliah rangkaian logika. Kami berharap dapat lebih memahami mata kuliah rangkaian logika setelah membuat projek dan akirnya menyelesaikan laporan ini. 1.2 RumusanMasalah 1) Bagaimanakah prinsip kerja running light? 2) Bagaimnakah proses pembuatan Running Light? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut : 1) Mengetahui prinsip kerja running light. 2) Mengetahui proses pembuat running light .

BAB 2 PEMBAHASAN

Running light 6 LED Running light adalah merupakan rangkaian elektronika yang sering

dijadikan sebagai hiasan. Baik itu sebagai hiasan di rumah pribadi ataupun di tempattempat komersial seperti restaurant, taman, cafe serta tempat-tempat lain yang dianggap lebih cocok dan menarik jika ditambahkan dengan kerlap-kerlip lampu hias. Lampu berjalan juga sudah dijadikan sebagai hiasan kota pada saat malam hari. Sehingga kota tersebut kelihatan lebih indah dan menarik. Pembuatan lampu berjalan sesungguhnya tidak begitu sulit jika sudah terbiasa dan memiliki hobi merangkai rangkaian elektronik. Hanya memerlukan beberapa komponen yang sederhana kemudian dirangkai pada papan PCB yang selanjutnya dibuat layout jalur rangkaian nya. Sebenarnya dalam pembuatan Running Light (lampu berjalan) bias saja menambahkan lebih banyak LED , tidak harus meggunakan 6 LED, namun hanya untuk memahami prinsip kerjanya terlebih dahulu kami mencoba menggunakan hanya 6 buah LED. Untuk pengembangan dapat ditambahkan lebih banyak led dan disusun sedemikian rupa sehingga lebih menarik untuk dilihat.

2.1 Prinsip Kerja Pada dasarnya semua rangkaian lampu hias menggunakan prinsip kerja yang sama dengan rangkaian lampu berjalan, yakni memanfaatkan kondisi keluaran yang bergantian atau shift register sehingga dengan kondisi tersebut bisa dibuat kombinasi yang bervariasi antara lampu yang satu dengan yang lain. Apalagi jika kombinasi tersebut bisa dicocokkan dengan penataan warna yang sesuai, sehingga akan tercipta keindahan yang sedap untuk dipandang mata.

RUNNING LIGHT 6 LED

Daftar komponen:

R1 = 100 ohm P = Potensiometer 20K C1 = 33uF/10V C2 = 22n Q1-Q6 = 5mm LED IC1 = 555 IC2 = 4017

Rangkaian lampu berjalan di atas menggunakan 6 buah led berwarna biru sebagai indicator keluaran. Kecepatan kedipan lampu akan ditentukanoelh besar R1,CI, dan VR1,semakin besar nilai dari ketiga kmponen tersebut maka jangka waktu kedip LED akan semakin lama dan begitu juga sebaliknya. Keluaran dari IC 4017 mempunyai supply arus yang sangat terbatas maka akan lebih baik jika ditambahkan rangkaian driver sebagai switching pada arus beban yang lebih besar yang menggunkan transistor, SCR, atau relay.

Pada dasarnya semua rangkaian lampu berjalan menggunakan prinsip kerja yang sama, yakni memanfaatkan kondisi keluaran yang bergantian atau shift register sehingga dengan kondisi tersebut bisa dibuat kombinasi yang bervariasi antara lampu yang satu dengan yang lain. Apalagi jika kombinasi tersebut bisa dicocokkan dengan penataan warna yang sesuai, sehingga akan tercipta keindahan yang sedap untuk dipandang mata. Prinsip kerja dari rangkaian diatas yang menggunakan IC 555 dan IC 4017 adalah IC 555 akan memberikan pulsa clock pada IC 4017 dimana IC 4017 jika kita beri pulsa clock maka ia akan mengeluarkan logika 1 secara berurutan yang logika tersebut akan mengaktifkan led secara bergantian dari atas ke bawah. Lama atau tidaknya waktu led hidup bergantian dapat kita atur dari variabel resistor atau kapasitor yang kita pasang pada IC 555.

Gambar1.1 IC 4017

Dalam perhitungan kecepatan kedip LED yang diatur menggunakan IC 555 : 1 Hertz itu 1 getaran per detik , menurup data sheet IC 555, jadi misalnya jika kita menginginkan kedipan LED pada pin 3 satu kali dalam satu detik kita masukin saja rumus f= 1Hz, kita coba saja dengan C 1uF, Ra 1k, tinggal kita cari Rb . Maka: 1 x 103+2Rb x 1 x 10-3= 1.44/1 1 x 103+2Rb x1 x 10-3= 1.44 1 x 103+2Rb=144010-3/1 x 10-3 1 x 103+2Rb=1440 2Rb=1440 1 x 103
2

2Rb=440 Rb= 440/2 Rb=220 ohm Jika kita pasang LED pada pin 3 ke positif maka akan berkedip 1 kali dalam 1 detik karena frekuensi yang dihasilkan 1 Hz kalo 2Hz ya 2x kedip dalam 1 detik artiya jarak kedipan pertama dengan yang kedua berjarak 0.5 detik. Rangkaian yang di atas, potensio berfungsi sebagai pengendali kecepatan berlarinya LED, setelah mengetahui kurang lebih teori tersebut maka barulah kami menghubungkan pin 3 dari IC 555 ke pin 14 dari IC 4017 kemudian stelah diamati pada rangkaian yang telah berhasil kami melihat LED berjalan dari Q1,Q2,Q3,Q,4,Q5-Q6. Pemasangan LED harus diurut sesuai rangkaian agar menyala dari Q1-Q6 ,sebab jika dipasang tidak berurutan nyala led akan tidak sesuai seperti yang kita inginkan. Dalam Running Light yang kami buat menggunakan potensio, jadi agar lebih jelasnya penting kami bahas lebih rinci tentang potensio. Potensiometer pada prinsipnya dapat kita asumsikan sebagai gabungan dari dua buah resistor yang dihubungkan seri (R1 dan R2), tetapi kedua resistor tersebut nilai resistansisnya dapat diubah. Resistansi total akan selalu tetap dan nilai ini merupakan nilai resistansi Potensiometer (Variable Resistor). Jika resistansi R1 diperbesar dengan cara memutar potensiometer tersebut, maka otomatis resistansi R2 akan berkurang, demikian juga sebaliknya. Potensiometer dengan nilai 100 KOhm artinya nilai resistansi total R1 dan R2 adalah 100 KOhm. Jika potensiometer diputar sehingga menyebabkan R1 bernilai 40 KOhm, maka R2 akan bernilai 60 KOhm. Jika Potensio diputar kembali sampai R1 bernilai 0 Ohm, maka R2 akan bernilai 100 KOhm. Dengan demikian Potensiometer (Variable Resistor) merupakan resistor tiga terminal dimana terminal kedua merupakan titik sambung R1 dn R2 yang nilainya resistansinya dapat diatur dari 0 Ohm sampai batas maksimal nilai resistansi potensimeter tersebut.

2.2 Proses Pembuatan Running Light Adapun langkah-langkah pembuatan rangkaian Running Light yang merupakan project akir yang telah kami lakukan adalah:
1.

Dari gambar schematic kita buat menjadi layout yang nantinya akan disablon diatas papan PCB (Printed Circuit Board).Pembuatan layout dapat dibuat secara manual menggunakan spidol permanen yang layoutnya diganbar langsung diatas papan PCB. Namun agar lebih cepat pembuatan layout pcb dapat menggunakan software yang saat ini sudah banyak berkembang anatara lain Diptrace, PCB Layout EAGLE, dan portel99.

2. Namun dalam proses yang kami gunakan ialah memanfaatkan software Diptrace yang telah disesuaikan dengan komponen-komponen yang digunakan.
3.

Setelah layout pada computer udah selesai,dilanjutkan dengan menprint out dengan menggunakan kertas glossy ,kertas glossy biasanya digunkan untuk mencetak foto.

4. Setelah itu kemudian dilanjutkan dengan mensetak layout dari kertas glossy ke papan PCB yang sebelumnya telah dipotong.

5.

Jika pencetakan sudah sempurna, dilanjutkan dengan melarutkan PCB pada cairan FERYCLOIDA yang dapat dibeli di toko-toko komponen elektronika terdekat. Air yang digunakan melautkan PCB adalah air panas, tuangkan feryclorida terlebih dahulu sebelum menuangkan air panas. Gunakan masker agar asap dari feryclorida tersebut didak terhirup.

6. Setelah pelarutan sempurna, kami membersihkan papan PCB dengan mengunakan minyak tanah, selain minyak tanah dapat juga menggunakan tinner, dan bensin.
7.

Kemudian proses selanjutnya adalah pengeboran papan PCB, mata bor yang kami gunakan berukuran 0,9 dan 1,0 mm. Kemudian setelah itu dilanjutkan dengan menyolder , ebelumnya pastikan kakikaki komponen sudah masuk ke dalam lubang yang sudah tersedia dan harus memperhatikan polaritas (jika ada) dari komponen-komponen sebelum di solder.

8.

9. Kemudian setelah penyolderan selesai tibalah saat dimana kami mencoba rangkaian yang telah kami buat.
10.

Jika ada masalah dan rangkaian tidak dapat hidup sesuai yang diinginkan,maka periksalah layout dan pemasangan komponen.

Kendala kendala pada saat pembuatan rangkaian:


1.

Pencetakan dari kertas glossy ke papan PCB yang sering kali tidak memperoleh hasil yang maksimal, seluruh bagian layout sering kali tidak menempel pada papan PCB. Sehingga harus ditebalkan kembali menggunakan spidol permanen , yang memperlambat proses pembuatan layout.

2. Kemudian hasil layout setelah dilarutkan tidak sempurna karena ada jalur yang terputus dikarenakan tipisnya jalur tersebut.
3.

Pengeboran sering tidak tepat di tengah-tengah lubang tempat kaki komponen sehingga menyulitkan pada saat pemasangan komponen.

4. Kesalahan pemasangan komponen menyebabkan rangkaian tidak berfungsing sehingga harus melakukan pemeriksaan kembali layout yang telah selesai tersebut. 5. Jika terjadi keslahan pemasangan komponen, pencabutan komponen sering kali merusak rangkaian.

BAB 3 KESIMPULAN
1

Dari hasil pembuatan project akir ini kami mendapatkan banyak manfaat karena setidaknya menjadi lebih mengerti mata kuliah rangkaian logika karena langsung menerapka pada suatu alat. Dari pembuatan alat tersebut kami mendapatkan pengalaman yang menambah kreatifitas kami dalam mengembangkan keinginan mebuat sesuatu . meskipun menemui beberapa kesulitan dalam pembuatan alat, kami masih dapat mengatasi dengan mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat membantu menyelasaikan project akir tesebut.

Anda mungkin juga menyukai