Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

Oleh : CHUSNUL LAILI 09110764 IKP REG V-B

Luka bakar adalah suatu trauma


yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).

Etiologi
Luka bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn) Gas Cairan Bahan padat (Solid) Luka bakar listrik. Luka bakar kimia. Luka bakar radiasi.

Fase Luka Bakar


1. Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.

2. Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: 1. Proses inflamasi dan infeksi. 2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional. 3. Keadaan hipermetabolisme. 3. Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

Klasifikasi Luka Bakar a. Dalamnya luka bakar


Kedalaman Ketebalan superfisial (tingkat I) Penyebab Penampilan Warna Bertambah merah. Perasaan Nyeri partial Jilatan api, sinar ultra Kering tidak ada gelembung. violet (terbakar oleh Oedem minimal atau tidak ada. Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas. Lebih dalam dari Kontak dengan bahan air Blister atau bahan padat. Jilatan pakaian. Jilatan kimiawi. Sinar ultra violet. Ketebalan sepenuhnya (tingkat III) Kontak dengan cair atau padat. Nyala api. Kimia. Kontak listrik. dengan bahan Kering disertai kulit mengelupas. Putih, kering, hitam, Tidak sakit, langsung api besar dan lembab yang Berbintik-bintik yang kurang jelas, Sangat nyeri

matahari).

ketebalan partial (tingkat II) Superfisial Dalam

ukurannya bertambah besar.

kepada Pucat bial ditekan dengan ujung jari, putih, coklat, pink, bila tekanan dilepas berisi kembali. daerah merah coklat.

Pembuluh darah seperti arang terlihat coklat tua. dibawah kulit yang mengelupas. Hitam.

sedikit sakit. Rambut mudah lepas dicabut. bila

Gelembung jarang, dindingnya sangat Merah. arus tipis, tidak membesar. Tidak pucat bila ditekan.

b. Luas luka bakar Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu: 1) Kepala dan leher : 9% 2) Lengan masing-masing 9% : 18% 3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% 4) Tungkai maisng-masing 18% : 36% 5) genetalia/perineum : 1% Total : 100%

b) Tingkat III

: 10% atau

lebih. c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah. d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas. Sedang moderate: a) Tingkat II : 15 30% b) Tingkat III : 1 10%

American Burn Association membagi dalam : Yang termasuk luka bakar ringan (minor) : Tingkat II kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% Total Body Surface Area pada anak-anak. Tingkat III kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi. Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) : Tingkat II 15% - 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% - 20% Total Body Surface Area pada anak-anak. Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi. Yang termasuk luka bakar kritis (mayor): Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area pada anak-anak.. Tingkat III 10% atau lebih. Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum.. Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan. Luka bakar sengatan listrik (elektrik). Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya.

Patofisiologi.docx

Pemeriksaan Penunjang
EKG Foto rontgen GDA Pemeriksaan Darah Lengkap

Penatalaksanaan
A. Resusitasi A, B, C. Pernafasan:
Udara panas mukosa rusak oedem obstruksi. Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin iritasi Bronkhokontriksi obstruksi gagal nafas.

Sirkulasi: gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler hipovolemi relatif syok ATN gagal ginjal. B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.

C. Resusitasi cairan Baxter. Dewasa : Baxter. RL 4 cc x BB x % LB/24 jam. Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal: RL : Dextran = 17 : 3 2 cc x BB x % LB. Kebutuhan faal: < 1 tahun : BB x 100 cc 1 3 tahun : BB x 75 cc 3 5 tahun : BB x 50 cc diberikan 8 jam pertama diberikan 16 jam berikutnya. Hari kedua: Dewasa : Dextran 500 2000 + D5% / albumin. ( 3-x) x 80 x BB gr/hr 100 (Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt. Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal

P e n a t a l a k s a n a a n

Penatalaksanaan
D. Monitor urine dan CVP. E. Topikal dan tutup luka Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik. Tulle. Silver sulfa diazin tebal. Tutup kassa tebal. Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor. F. Obat obatan:
Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur. Analgetik : kuat (morfin, petidine) Antasida : kalau perlu

PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN Identitas Klien: 1. Nama 2. Umur 3. Alamat 4. Pekerjaan : Tn. G : 37 Tahun : Surabaya : Swasta

B. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama: Pasien mengatakan nyeri serta panas di sekujur area terbakar 2. Riwayat Penyakit Sekarang: Px bekerja di pabrik pengolahan plastik di Surabaya , di bawa ke UGD akibat kecelakaan kerja yaitu kebakaran 3. Riwayat Penyakit Masa lalu: Tidak Ada 4. Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak Ada

5. Pemeriksaan Fisik a. - Keadaan Umum - Kesadaran - GCS b. TTV: - TD - Nadi - RR -S - CRT - Produksi Urine c. Tinggi Badan - Berat Badan

: Lemah Dan Pucat : Composmentis : 456 : 100/70 : 92 x/mnt : 16 X/mnt : 36,8 C : < 2 dtk : 600-800 cc/ 24 jam : 157 cm : 50 Kg

d. Kepala, Leher, Lengan, Dada: Terbakar tampak merah muda terang dengan edema sedang dan lepuh

6. Pemeriksaan Penunjang 1. GDA : 111 gr/dl 2. K : 4,4 mEq/L 3. Na : 138 mEq/L 4. Cl : 109 mEq/L 5. Albumin : 2,11 gr/dl 7. Penatalaksanaan Terpasang CVP : 9 cmH2O

ANALISA DATA
1. Ds: Px mengatakan nyeri serta panas di sekujur area terbakar Do: - Badan terbakar pada daerah muka, leher, lengan, dada - Tampak merah muda, edema sedang dan lepuh - TD : 100/70 mmHg -S : 36,8 C - N : 92 x/mnt - RR : 16 x/mnt

2. Ds : Do : - Px tampak lemah dan pucat - CVP : 9 cmH2O - CRT : < 2 dtk - Urin: 600-800 cc/24 jam - TB : 157 cm - BB : 50 Kg - GDA : 111 gr/dl -K : 4,4 mEq/L - Na : 138 mEq/L - Cl : 109 mEq/L - Albumin : 2,11 gr/dl

DAIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan nekrosis jaringan 2. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan perpindahan cairan intraseluler

INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan Nekrosis Jaringan Tujuan : Nyeri berkurang dalam waktu 2x24 jam KH : - Px mengatakan nyeri berkurang - Menunjukkan ekspresi wajah - TTV Normal Intervensi: a. Lakukan komunikasi terapeutik dengan Px dan Keluarga R/ agar kooperatif dalam tindakan b. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi R/ mengalihkan perhatian Px terhadap sumber nyeri

c. Ubah posisi Px dengan sering dan rentan gerak pasif dan aktif sesuai indikasi R/ gerakan dengan latihan menurunkan kekuatan sendi dan kelelahan otot terapi tipe latihan tergantung pada pada lokasi dan luas cidera d. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intesitas (skala 0-10 ) R/ Nnyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan atau kerusakan tetapi biasanya paling berat selam penggantian balutan dan debrideman

2. Resiko Tinggi Kekurangan Cairan berhubungan dengan perpindahan cairan intraseluler Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi dalam waktu 1 x 24 jam KH : - Saluran kemih / urin individu adekuat - TTV stabil - Membran mukosa lembab Intervensi: a. Awasi TTV R/ memberikan pedoman untuk penggatian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler b. Awasi Saluran Urine R/ secara umum penggantian cairan harus difiltrasi untuk meyakinkan rata-rata saluran urine 30-50 ml/jam ( pada orang dewasa )

c. Perkiraan Diagnosa dan Kehilangan yang Tak Tampak R/ peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan melalui cedera areporasi besar mempengaruhi volume sirkulasi dan saluran urine, kususnya selama 24 72 jam pertama setelah terbakar d. Pertahankan Pencatatan Komulatif Jumlah dan Tipe Pemasukan Cairan R/ penggantian cepat dengan tipe pemasukan cairan berbeda dan fluktuasi kecepatan pemberian memerlukan tabulasi ketat untuk mencegah ketidakseimbangan dan kelebihan cairan .

KESIMPULAN
Perawatan LB merupakan hal yang komplek dan menantang. Trauma fisik dan psikologis yang dialami setelah injuri dapat menimbulkan penderitaan baik bagi penderita sendiri maupn keluarga dan orang lain yang dianggap penting. Anggota yang menjadi kunci dari tim perawatan luka bakar adalah perawat yang bertanggung jawab untuk membuat perencanaan perawatan yang bersifat individual yang merefleksikan kondisi klien secara keseluruhan.

Daftar Pustaka
Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. (2001). Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka Bakar Secara Paripurna. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo. Surabaya. Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta. Suriadi & Yuliani, (2001) Asuhan Keperawatan pada Anak, CV. Sagung Seto, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai