Anda di halaman 1dari 6

KEWAJIBAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH SUMBER DAYA MINERAL DAN/ATAU BATUBARA (PASAL 95 C, 102, 103, 104)

TUGAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI (PSDME)

Nama : Melinda Rose Diana NIM : 22110311

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2011

DATA: UU Nomor 4 Tahun 2009 Bagian Kedua Kewajiban Pasal 95 Pemegang IUP dan IUPK wajib: c. meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/ atau batubara; Pasal 102 Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara. Pasal 103 (1) Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produltsi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri. (2) Pemegang IUP dan JUPK sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) dapat mengolah dan memurnikan hasil penambangan dari pemegang IUP dan IUPK lainnya. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai peningkatan nilai tambah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 serta pengolahan dan pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur deilgan peraturan pemerintah Pasal 104 (1) Untuk pengolahan dan pemurnian, pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 dapat melakukan kerja sama dengan badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan IUP atau IUPK. (2) IUP yang didapat badan usaha sebagairn.arla dimaksud pada ayat (1) adalah IUP Operasi Produksi Khusus untuk pengolahan dan pemurnian yang dikeluarkari oleh Menteri, gubernur, bupati/'walikota sesuai dengan kewenangannya. (3) Pemegang IUP dan IUPK sebagaimana diniaksud pada ayat (1) dilarang melakukan pengolahan dan pemurnian dari hasil penambangan yang tidak memiliki IUP, IPR, atau IUPK. Keterangan berkaitan dengan pasal yang termuat di atas adalah mengenai: y y y y Mengapa peningkatan nilai tambah harus dilakukan? Bagaimana peningkatan nilai tambah harus dilakukan? Apakah keuntungan dan kerugian bagi negara? Apakah keuntungan dan kerugian bagi perusahaan?

Melinda Rose Diana (22110311)

KETERANGAN: Mayoritas komiditas ekspor Indonesia adalah bahan mentah atau bahan baku industri. Bahan baku industri yang diekspor ini salah satunya berasal dari sektor pertambangan yang meliputi mineral dan batubara. Sedangkan impor Indonesia adalah barang-barang siap

dikonsumsi yang sudah mengalami penambahan nilai. Melihat hal ini Indonesia mengalami ketidakseimbangan neraca pembayaran. Terlebih bahan mentah mineral dan batubara yang diekspor adalah mineral dan batubara yang tidak mengalami pengolahan dan pemurnian lebih lanjut serta merupakan sumber daya alam tidak dapat diperbaharui. Sektor pertambangan tidak selamanya mendukung perekonomian Indonesia. Walaupun pada saat ini komiditas ekspor

Indonesia yang berasal dari sektor pertambangan berperan dalam penerimaan negara. Dari
penerimaan negara, sektor pertambangan mineral dan batu bara pada tahun 2009 memberikan sumbangan kepada negara tidak kurang dari Rp 51 triliun, yang terdiri atas penerimaan negara bukan pajak Rp 15 triliun dan sisanya Rp 40 triliun merupakan penerimaan pajak. (http://bataviase.co.id/node/111011, 2010). Agar sektor pertambangan

dapat

berperan

maksimal

dalam

menunjang

perekonomian

negara,

terutama

untuk

menyeimbangkan neraca pembayaran ini maka pemerintah membuat kebijakan kewajiban bagi pemegang IUP dan IUPK untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara yang dituangkan dalam UU Nomor 4 Tahun 2009. Peningkatan nilai tambah sumber daya mineral ini dapat dilakukan dengan meningkatkan forward lingkage yakni pengolahan hilir dari bijih atau konsentrat mineral, dan pengolahan batubara. Forwad linkage tersebut dapat meliputi smelting, refining, semi-fabrication, fabricaton, dan manufaktur. Forward linkage yang perlu ditingkatkan pada smelting mineral misalnya saja pada pengolahan dan pemurnian tembaga PT. Freeport Indonesia. Sekitar 30% produksi kosentrat PT.
Freeport Indonesia dimurnikan dan diolah di PT. Smelting Gresik, adapun 70% sisanya dikirim ke luar negeri. Pabrik pemurnian dan peleburan di Gresik hanya dirancang untuk memproduksi 200.000 ton tembaga yang hasilnya berupa katoda dengan kapasitas 255.000 ton per tahun. Sekitar 60% produk dijual untuk pasar dalam negeri dan sisanya untuk pasar Asia Tenggara. Katoda itu digunakan untuk bahan pembuatan kawat tembaga dan kabel listrik (Laporan PT. Freeport Indonesia, 2005). Dalam hal ini industri smelting tembaga di Indonesia masih

sangat dibutuhkan.

Industri smelting PT. Smelting Gresik sebaiknya perlu ditingkatkan

kapasitas produksinya, atau menambah industri yang ada.

Melinda Rose Diana (22110311)

Peningkatan kapasitas produksi industri smelting dapat ditunjang dengan adanya teknologi pengolahan dan pemurnian sehingga konsentrat tembaga yang dihasilkan bisa maksimal. Hal lain yang menunjang adalah adanya tenaga kerja yang handal pada industri untuk mengatasi problematika yang ada di lapangan. Para putra daerah yang mendapatkan persentase bekerja di perusahaan setempat diberikan training dan pembinaan secara dini. Selain itu

pemerintah daerah diberikan pendidikan sehingga dapat mengikuti perkembangan yang ada. Jangan sampai kebijakan otonomi daerah berlarut-larut menjadi penyebab tidak meratanya manfaat dari suatu pertambangan. Pemerintah daerah dan pemerintah pusat sebaiknya membuat suatu kebijakan iklim investasi yang kondusif. Kebijakan dalam menarik investor ini misalnya dalam pemberian insentif pajak, kebijakan depresiasi peralatan dan sumber daya alam dalam akuntansi perusahaan. Pendirian industri manufaktur yang memanfaatkan mineral sebaiknya semakin digalakkan karena hasil produk olahan bisa mencapai puluhan kali bila dibandingkan dengan harga penjualan bahan mentah. Misalnya saja pada industri pembuatan alat rumah tangga yang memerlukan mineral-mineral logam untuk menghasilkan stainless steel yang terdapat melimpah di Indonesia. Peningkatan nilai tambah tidak hanya dilakukan pada mineral saja, namun dalam pengolahan batu bara di mana proses dalam pengolahan batu bara adalah sebagai berikut:
reduksi ukuran (size reduction) melalui penggerusan (crushing) b. Melakukan pemisahan (clasification) melalui pengayakan (screening) c. Melakukan pencampuran (blending) batubara d. Melakukan penimbunan/penumpukan batubara (stockpilling) e. Melakukan penanganan limbah air (water pollution treatment)

Sedangkan faktor teknis yang mendukung dalam pengolahan batubara adalah mengenai rancangan
pengolahan yang komprehensif agar pelayanannya memuaskan. Rancang bangun unit pengolahan tersebut didasarkan pada faktor-faktor antara lain: target atau permintaan pasar rata-rata, kualitas batubara dari tambang (raw coal), spesifikasi produk akhir yang diminta, ketersediaan lahan untuk area pengolahan termasuk tempat penimbunan (stockpile) dan ketersediaan air di sekitar area pengolahan. Semua faktor tersebut di atas akan menentukan jenis, dimensi dan kapasitas peralatan atau mesin pengolahan yang dibutuhkan serta flowsheet pengolahan yang sesuai dengan memperhatikan unsur keselamatan kerja. (http://bosstambang.com/Minerals/rencana-pengolahan-batubara.html, 2010).

Melinda Rose Diana (22110311)

Tujuan dari pengolahan batubara di Indonesia di atas adalah meningkatkan nilai batubara (upgrading coal) yang kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan permintaan pasar. Batubara diolah agar menjadi batubara dengan nilai kalor tinggi yang sekurang-kurangnya terdiri dari: High
heating value (kgcal/ka), Total moisture (%), Inherent moisture (%), materi mudah menguap (%), kandungan abu (%), kandungan sulfur (%), ukuran butiran <3 mm, 40 mm, 50 mm, Hardgrove grindability index (http://bosstambang.com/Coal/batubara-sebagai-bahan-bakar-pltu.html, 2009).

Dengan adanya pengolahan

batu bara di dalam negeri, maka keuntungan dari penjualan batubara baik ke luar maupun di dalam negeri akan meningkat. Pengolahan ini akan mengurangi biaya produksi untuk

mengangkut batubara dan menambah nilai jual batubara itu sendiri. Minimalisasi pengangkutan batubara juga dapat ditingkatkan dengan adanya pemanfaatan batuabra secara langsung untuk pembangkit listrik mulut tambang. Forward linkage dalam pengolahan batubara tidak hanya menambah kualitas batubara. Tetapi juga mengubah pemanfaatan batubara sehingga dapat dimanfaatkan secara luas. Misalnya saja mendirikan industri yang mengubah batubara dalam bentuk padatan menjadi batubara dalam bentuk cair yang terkenal dengan sebutan Brown Coal Liquefaction Technology (BCL). Proses ini
telah dikembangkan di Jepang, dan dikhususkan untuk batubara dengan kualitas rendah (<5.100 kalori) yakni subbituminous coal dan brown coal dengan kandungan air yang tinggi (Muhammad Jauhary, Potensi Industri Pengolahan Batubara Cair, 2007) . Apabila pemerintah Indonesia lebih menggiatkan industri ini maka

Indonesia akan mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi, notabene-nya batubara dengan kualitas rendah yang tidak diminati pasaran dapat dimanfaatkan. Saat ini ada 11 perusahaan
yang melakukan teknologi BCL, dan membutuhkan setidaknya US$ 9,6 Miliar. Dalam memenuhi kebutuhan dana ini, maka pemerintah sebaiknya memberikan insentif, yang menyangkut dukungan finansial, insentif pajak (termasuk tax holiday dan royalty) serta skema harga batubara (Muhammad Jauhary, Potensi Industri Pengolahan Batubara Cair, 2007). "Sampai saat ini sebagian besar produk tambang dan mineral diekspor dalam bentuk mentah," kata dia di Jakarta, Senin (27/9). (http://bataviase.co.id/node/396897).

Peningkatan nilai tambah sebenarnya tidak hanya bermanfaat dalam penyeimbangan neraca pembayaran. Peningkatan nilai tambah dapat bermanfaat dalam pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri, sehingga industri-industri Indonesia serta perusahaan BUMN, BUMD tidak perlu lagi mengimpor mineral dan/atau batubara dengan kualitas tertentu. Namun dengan

demikian, hal ini menjadi sulit ketika diaplikasikan dalam suatu group perusahaan di Indonesia. Perusahaan group cenderung melakukan proses produksi dari awal hingga akhir di mana baik
4
Melinda Rose Diana (22110311)

bahan mentah maupun pengolahan akhir dilakukan dalam suatu konsorsium yang sama dalam beberapa negara. Kebijakan perusahaan untuk melakukan hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan anak perusahaannya, dan mengurangi pajak. Peningkatkan nilai tambah mineral memberikan efek positif pada pemerintah yakni mengurangi angka pengangguran. Karena industri hilir akan menyerap banyak tenaga kerja. Untuk sektor pertambangan saja, baik langsung maupun tidak langsung dapat menyerap banyak tenaga kerja. Industri pertambangan mampu menyerap lebih dari 34 ribu tenaga kerja langsung dan puluhan ribu
lainnya yang merupakan tenaga kerja tidak langsung (http://www.esdm.go.id/berita/mineral/43-mineral/841-nilaitambah-sektor-pertambangan-perlu-terus-ditingkatkan.html, 2007). Jumlah tenaga kerja yang terserap ini

maka akan semakin meningkat dengan adanya industri berkaitan dengan forwad linkage (smelting, refining, semi-fabrication, fabricaton, dan manufaktur). Efek negatif bagi pemerintah mengenai aktivitas pertambangan dan pengolahan serta pemurniannya dalam rangka meningkatkan nilai tambah adalah mengenai pengelolaan lingkungan. Meningkatnya industri pengolahan pertambangan maka akan meningkatkan

banyaknya limbah, baik limbah cair, padat, maupun gas. Sebaiknya pembangunan industri dalam rangka meningkatkan nilai tambah komoditas sektor pertambangan dibarengi dengan peningkatan teknologi eknomis dalam pengelolaan lingkungan. Kendala lain yang dihadapi pemerintah saat ini adalah adanya tumpang tindih lahan, peraturan-peraturan daerah yang belum kondusif dan Pertambangan Tanpa Izin (PETI). Kendala untuk mengembangkan industri hilir pertambangan semakin nyata ketika hasil akhir industri pertambangan tidak mampu bersaing dengan komoditas impor. Untuk itu pemerintah sebaiknya berperan dalam mengatur alih

pengembangan low cost technology perusahaan swasta ataupun BUMN, kebijakan pajak dan bea cukai, pemberian subsidi, pemilihan pembangunan industri yang krusial, kebijakan pertambangan rakyat dan pengolahan pertambagan rakyat. Kebijakan ini diharapkan mampu menguntungkan baik bagi industri, pemerintah, maupun masyarakat.

Melinda Rose Diana (22110311)

Anda mungkin juga menyukai