Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Provinsi Bali terletak pada posisi antara 114o2553 LS 8o5048 LS dan 114o2553 115o4240 BT. Provinsi Bali berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur yang dibatasi oleh selat Bali pada bagian Barat sedangkan pada bagian Timur berbatasan dengan palau Lombok dengan dibatasi oleh Selat Lombok. Pada bagian Utara terdapat Laut Jawa dan bagian Selatan terdapat Samudera Indonesia. Provinsi Bali terdiri dari 9 Kabupaten/Kota. Salah satunya ialah Kota Denpasar dimana Kota Denpasar ini sebagai daerah terbaru yang merupakan pecahan dari Kabupaten Badung. Provinsi Bali dikenal masayarakat Indonesia sebagai Provinsi yang terkenal akan budaya dan keindahan alamnya. Banyak tempat pariwisata di Bali yang dijadikan objek utama para wisatawan untuk berlibur ke pulau Bali. Salah satunya adalah pulau Serangan. Pulau Serangan terletak di Kecamatan Denpasar Selatan, Kotamadya Denpasar. Luas Pulau ini sekitar 111,9 ha yang terdiri dari 6,456 ha pemukiman, 85 ha perkebunan, dan 19 ha rawa-rawa. Pulau Serangan ini terdiri dari 6 (enam) banjar. Jumlah penduduknya sekitar 752 KK dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan pesisir dan sisanya adalah sebagai karyawan. Penduduk di pulau ini sebagian besar berasal dari suku Bugis Sulawesi Selatan yang pindah ke Bali sejak abad ke 17, jadi penduduk di pulau ini adalah tidak murni orang hindu namun ada juga orang muslim. Pulau Serangan dulunya merupakan sebuah pulau yang terpisah dari Pulau Bali. Namun, sekitar tahun 1990an ketika terjadi reklamasi pantai di Serangan, saat itulah pulau Serangan menyatu dengan Bali. Reklamasi merupakan suatu proses dalam membuat daratan baru pada suatu daerah yang sebelumnya adalah air. Namun, reklamasi tidak selalu mendatangkan dampak yang positif, contohnya reklamasi di Pulau Serangan. Maka dari itu, penulis ingin memahami lebih dalam

mengenai latar belakang atas terjadi reklamasi pantai di Pulau Serangan dan dampak apa saja yang ditimbulkan setelah reklamasi pantai tersebut di lakukan. B. 1. 2. Rumusan Masalah Apa yang melatarbelakangi terjadinya reklamasi pantai Serangan, Bali? Bagaimana dampak dari reklamasi pantai Serangan, Bali?

C.

Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan paper ini adalah :

1.

Sebagai tugas dari mata kuliah Teori Politik Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan.

2.

Untuk mengetahui latar belakang terjadinya reklamasi pantai Serangan di Bali.

3.

Untuk mengetahui apa saja dampak yang ditimbulkan dari adanya reklamasi pantai Serangan di Bali.

D.

Manfaat Penulisan Manfaat dengan dibuatnya paper ini adalah untuk memberikan informasi

kepada masyarakat mengenai latar belakang dan dampak dari adanya reklamasi pantai Serangan di Bali.

BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Reklamasi Pantai Serangan Pulau Serangan merupakan pulau yang masih tercakup wilayah Provinsi Bali, Kecamatan Denpasar Selatan, Kabupaten Badung. Dengan wilayahnya yang dikelilingi pesisir pantai, sekitar 85% penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Sejak dulu Pulau serangan merupakan pulau yang menjadi tempat bagi penyu-penyu untuk berkembang biak. Disepanjang pesisir pantainya, hampir seluruhnya digunakan penyu untuk bertelur. Maka dari itu tidak heran kalau banyak turis yang berdatangan untuk sekedar melihat atau melakukan penelitian terhadap penyu yang ada di Pulau Serangan. Sejak tahun 80-an, pariwisata di Pulau Serangan mulai dikembangkan dengan masuknya investor dari Group Bimantara yang dimiliki oleh Bambang Trihatmojo serta Tommy Soeharto dan PT. Pembangunan Kartika Udayana yang dimiliki oleh Komando Daerah Militer (KODAM) IX Udayana. Investor tersebut berencana membangun resort di Pulau serangan dengan nama Bali Turtle Island Development (BTID). BTID merencanakan pembangunan lapangan golf, resort, villa, dan fasilitas penunjang pariwisata lainnya di Pulau Serangan, dan pembangunan jembatan penyebrangan yang menghubungkan antara Bali dan Serangan yang memudahkan akses untuk industry pariwisata di Serangan. Untuk menarik minat, perhatian dan dukungan dari masyarakat Serangan dan Gubernur Bali, BTID merencanakan pembangunan pusat penelitian penyu dan bakau, pembangunan restoran dan fasilitas penunjang kesejahteraan masyarakat serangan seperti WC umum dan lain sebagainya yang sebenarnya hanya menghabiskan sekitar dari luas total pulau serangan. Dan nya inilah yang akan dimanfaatkan untuk pembangunan resort oleh pihak BTID. Dan surat yang diajukan oleh pihak KODAM ke Gubernur Bali saat itu adalah surat permohonan untuk melakukan Pelestarian dan Pengembangan Pariwisata Pulau Serangan dengan tujuan untuk menyelamatkan Pulau Serangan dari kerusakan yang lebih parah, dan peningkatan kondisi sosial dan ekonomi

masyarakat Pulau Serangan itu sendiri. Karena itulah surat permohonan itu mendapat persetujuan dari Gubernur Bali dan reklamasi dapat dilaksanakan. B. Dampak dari reklamasi Pantai Serangan Dampak dari pelaksanaan reklamasi pantai ini sangat kompleks. Hal tersebut masih dirasakan sampai sekarang, khususnya oleh masyarakat serangan itu sendiri. Mulai dari aspek lingkungan, social, budaya hingga ekonomi. Dari aspek lingkungan adalah kehilangan terumbu karang asli pesisir serangan, kehilangan penyu, ikan, dan ekosistem lain yang dulunya mudah dilihat di sepanjang pantai serangan. Hal ini terjadi karena reklamasi yang tidak sesuai dengan amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) yang baik. Reklamasi tersebut tidak memikirkan efek yang terjadi pada ekosistem yang ada dan hanya menimbun tanpa melakukan konservasi terlebih dahulu. Penimbunan pantau dengan kapur dan tanah inilah yang akhirnya membuat terumbu karang rusak karena pH air menjadi bertambah. Dampak pada aspek social dan budaya yang paling parah dirasakan oleh masyarakat serangan. Proses pembebasan lahan dengan paksa dan terkesan sarat akan kekerasan dialami warga. Ganti rugi yang dibayarkan untuk membayar tanah mereka dirasakan tidak sesuai dengan keadaan ekonomi saat itu. Namun warga tidak mampu berbuat banyak karena reklamasi tersebut telah mendapat persetujuan dari Gubernur Bali dan proses pembebasan lahan melibatkan KODAM IX Udayana. Dalam tekanan dan ketakutan akan kekerasan yang dilakukan oleh panitia pembebasan lahan yang tanpa ragu menodongkan senjata apabila warga melawan, warga serangan terpecah menjadi 2 kubu, yaitu kubu yang pro/setuju dengan reklamasi dan kontra/tidak setuju dengan adanya reklamasi. Kubu pro adalah kubu yang bersedia menerima uang ganti rugi yang ditawarkan oleh pihak investor dan kubu kontra adalah kubu yang melawan dan menentang reklamasi karena dirasa akan sangat merugikan warga setempat. Warga yang kontra terhadap reklamasi ini melakukan aksi protes dan aksi perlawanan lainnya. Namun pihak panitia pembebasan lahan malah merespon dengan kekerasan. Mereka yang berasal dari KODAM IX Udayana tidak segan

melakukan kekerasan fisik dan menodongkan senjata ke warga untuk memaksa warga melepaskan lahan mereka. Warga yang lamalama makin ketakutan memilih untuk meninggalkan serangan untuk mengungsi dan menyerahkan lahan mereka kepada pihak investor. Karena mereka lebih memilih keselamatan jiwa mereka dan keluarganya. Dari aspek budaya, kerusakan yang ditimbulkan oleh proyek BTID ini adalah terganggunya kesakralan pura yang ada di serangan ini. Salah satunya adalah pura Sakenan yang merupakan Pura Sad Kahyangan Jagat. Proyek ini melanggar bhisama yang dibentuk oleh Hindu Dharma yang mengatur dilarangnya membangun sesuatu baik itu milik pribadi maupun komersil dalam radius 2 km dari wilayah pura. Dari aspek ekonomi, warga mengalami kerugian karena kehilangan profesi yang telah turun temurun mereka lakukan untuk menafkahi keluarga mereka. Seperti nelayan dan ternak penyu karena penimbunan dan pengerukan yang dilakukan oleh BTID ini telah merusak ekosistem ikan, terumbu karang, rumput laut, penyu dan makhluk hidup laut lainnya yang berada disekitar pesisir pantai serangan. Setelah krisis moneter tahun 1998, keadaan ekonomi dan politik di Indonesia tepuruk dan hal ini juga mempengaruhi sehingga menyebabkan proyek ini terhenti dan investor yang dulunya tertarik akan proyek ini meninggalkannya begitu saja. Hal ini mengakibatkan kerusakan serangan yang masih bisa dirasakan hingga sekarang. Kerusakan tersebut antara lain: Tanah kapur hasil pengerukan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dan matinya ikan ikan. Selain itu juga, timbul dampak bagi kesehatan warganya, seperti sesak nafas karena debu dari tanah kapur dan silau karena pantulan cahaya tanah kapur tersebut.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sejak tahun 1980-an, Pulau Serangan mulai berkembang dalam sector pariwisatanya dengan masuknya investor Group Bimantara yang dimiliki oleh Bambang Trihatmojo, Tommy Soeharto, dan PT. Pembangunan Kartika Udayana (KODAM IX Udayana). Lalu muncullah proyek BTID (Bali Turtle Island Development) sehingga direncanakanlah proyek reklamasi untuk penyebrangan dari Pulau Bali dan Pulau Serangan dan disetujui oleh Gubernur Bali saat itu, Ida Bagoes Oka. Dampak yang ditmbulkan dari adanya reklamasi pantai adalah dampak lingkungan, social budaya, dan ekonomi. Dari aspek lingkungan adalah kehilangan terumbu karang asli pesisir serangan, kehilangan penyu, ikan, dan ekosistem lain yang dulunya mudah dilihat di sepanjang pantai serangan. Dampak pada aspek social dan budaya yang paling parah dirasakan oleh masyarakat serangan. Aspek socialnya adalah saat masyarakat asli Pulau Serangan terpaksa meninggalkan daerah asal mereka oleh karena ada pemaksaan dari aparatur Negara. Dari aspek budaya, kerusakan yang ditimbulkan oleh proyek BTID ini adalah terganggunya kesakralan pura yang ada di serangan ini. Salah satunya adalah pura Sakenan yang merupakan Pura Sad Kahyangan Jagat. Proyek ini melanggar bhisama yang dibentuk oleh Hindu Dharma yang mengatur dilarangnya membangun sesuatu baik itu milik pribadi maupun komersil dalam radius 2 km dari wilayah pura. Dari aspek ekonomi, warga mengalami kerugian karena kehilangan profesi yang telah turun temurun mereka lakukan untuk menafkahi keluarga mereka. Seperti nelayan dan ternak penyu karena penimbunan dan pengerukan yang dilakukan oleh BTID ini telah merusak ekosistem ikan, terumbu karang, rumput laut, penyu dan makhluk hidup laut lainnya yang berada disekitar pesisir pantai serangan.

Anda mungkin juga menyukai