Anda di halaman 1dari 30

Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI Depok, 24 November 2011

OUTLINE
1. Asumsi Makro 2012 2. Pokok-pokok Kebijakan Fiskal dan APBN 2012 Arah Kebijakan Fiskal 2012 Postur APBN-P 2011 dan APBN 2012 Kebijakan Pendapatan dan Belanja Negara 3. Kebijakan Subsidi BBM tahun 2012

PROYEKSI ASUMSI EKONOMI MAKRO 2012


2011 URAIAN APBN-P RAPBN 2012 Kesepakatan APBN Panja A

- Pertumbuhan ekonomi (%) - Inflasi (%) y-o-y - Tkt bunga SPN(%) - Nilai tukar (Rp/US$1) - Harga minyak (US$/barel) - Lifting (ribu barel/hari)

6,5 5,7 5,6 8.700 95,0 945

6,7 5,3 6,5 8.800 90,0 950

6,7 5,3 6,0 8.800 90,0 950

Asumsi dasar ekonomi makro 2012 disepakati sama dengan usulan RAPBN 2012, kecuali tingkat suku bunga SPN 3 bulan. Implikasi penurunan suku bunga SPN 3 diturunkan dari 6,5% menjadi 6,0% adalah penghematan pembayaran bunga utang Rp0,9 T.

SASARAN-SASARAN STRATEGIS RKP 2011-2012


2011 URAIAN APBN APBN-P
1)

2012

RAPBN

APBN

- Target Kemiskinan (%)

11,5 - 12,5

11,5 - 12,5
2)

10,5 - 11,5

10,5 - 11,5

- Target Pengangguran (%) - Target penyerapan tenaga kerja setiap 1% pertumbuhan (ribu orang) - Defisit (% thd PDB)

7,0

7,0

6,4 - 6,6

6,4 - 6,6

400

400

440

450

1,8

2,1

1,5

1,53

1) Realisasi tingkat kemiskinan Indonesia, publikasi BPS bulan Maret 2011 = 12,5% 2) Realisasi tingkat pengangguran, publikasi BPS bulan Februari 2011 = 6,8% 4

POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL DAN APBN 2012

ARAH KEBIJAKAN FISKAL APBN 2012


Tema RKP 2012 Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas, Inklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat

Empat Pilar Pembangunan


Pro Growth Pro Job Pro Poor Pro Environment

ARAH KEBIJAKAN FISKAL 2012 Memberikan dorongan terhadap perekonomian (stimulus fiskal) seraya memelihara stabilitas ekonomi; dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal

Meningkatkan kualitas belanja negara Peningkatan efektivitas dan efisiensi belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah

Pengendalian defisit APBN


Defisit dijaga pada kisaran 1,5% terhadap PDB
6
6

STRATEGI PENGENDALIAN KESINAMBUNGAN FISKAL


1. Optimalisasi Pendapatan negara 2. Peningkatan Quality spending Belanja modal meningkat
Triliun Rp 160 140 120
12.5 12.7 10.5 9.1 Belanja Modal % thd Belanja Pemerintah Pusat 15.1 12.1

Arah Kebijakan:
% 20 18 16 14

 Optimalisasi pendapatan negara dgn mempertimbangkan iklim dunia usaha;  Meningkatkan efisiensi & efektifitas belanja negara melalui meningkatkan quality spending . Peningkatan belanja infrastruktur diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, penurunan pengangguran, dan pengentasan kemiskinan;  Mengendalikan defisit dalam batas aman < 3% PDB;  Pengurangan utang secara bertahap dan mencari sumber pembiayaan yg rendah resiko.
7

100 80 60 40 20 0 2005 2006 2007


55.0 32.9 64.3

11.5

12 10
136.9

8 6

72.8

75.9

80.3

4 2 0

2008

2009

2010

2011

3. Pengendalian defisit dalam batas aman (<3% PDB)

4. Penurunan rasio utang terhadap PDB.


Rp triliun thd PDB

2005 0.0
(14.4)

2006
(29.1)

2007
(49.8)

2008

2009
(88.6)

2010
(46.9)

2011 0.0
(150.8)

7,800 6,800 5,800 4,800


(Triliun Rp )

50%

47.3%

Outstanding Utang

PDB

Rasio Utang

45% 40%

39.0% 35.2% 33.0% 28.4% 26.1% 24.9%


35% 30% 25% 20% 15%

(4.1)

(0.5)
(0.5)

(0.1)

(20.0) (40.0)
(0.6)

(1.0)
(%)

(1.0)

(0.9) (1.3)

(60.0) (80.0)

3,800 2,800 1,800

(1.5) Defisit (2.0) % to GDP

(100.0)
(1.6)

(120.0)
800 (2.1)

10% 5% 0% 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Rata-Rata Defisit (2.5)

(140.0)
(200)

(160.0)

RINGKASAN POSTUR APBN 2012


Triliun rupiah
2011 2012
RAPBN APBN Selisih thd RAPBN Selisih thd APBN-P 2011

URAIAN
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
I.

APBN-P

1.169,9 1.165,3 878,7 12,2 286,6 4,7 1.320,8 908,2 461,5 446,7 0,0 0,0 0,0 412,5 347,5 96,8 225,5 65,0 (150,8) (2,1) 150,8 153,6 (2,8) 56,2 19,2 (47,2)

1.292,9 1.292,1 1.019,3 12,55 272,7 0,8 1.418,5 954,1 476,6 477,5 0,0 0,0 0,0 464,4 394,1 98,5 269,5 70,2 (125,6) (1,55) 125,6 125,9 (0,3) 56,0 16,9 (47,3)

1.311,4 1.310,6 1.032,6 12,72 278,0 0,8 1.435,4 965,0 508,4 456,6 12,5 9,1 3,4 470,4 400,0 100,1 273,8 70,4 (124,0) (1,53) 124,0 125,9 (1,9) 54,3 15,3 (47,3)

18,5 18,5 13,2 0,16 5,3 0,0 16,9 10,9 31,7 (20,9) 12,5 9,1 3,4 6,0 5,8 1,6 4,3 0,2 1,6 0,02 (1,6) 0,0 (1,6) (1,7) (1,6) 0,0

141,5 145,3 153,9 0,56 (8,6) (3,8) 114,7 56,8 46,9 9,9 12,5 9,1 3,4 57,9 52,4 3,3 48,3 5,5 26,8 0,56 (26,8) (27,7) 0,9 (1,9) (3,9) (0,0)

PENERIMAAN DALAM NEGERI


1. 2. PENERIMAAN PERPAJAKAN Tax Ratio (% thd PDB IHK) PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

II. PENERIMAAN HIBAH

B. BELANJA NEGARA
I BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L) A. B. Belanja K/L Belanja Non K/L Tambahan Anggaran - Non Pendidikan - Pendidikan untuk K/L

II. TRANSFER KE DAERAH 1. Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil b. Dana Alokasi Umum 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

C. DEFISIT ANGGARAN (A - B)
% Defisit Terhadap PDB - IHK

D. PEMBIAYAAN (I + II)
I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) 1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) a.l Pinjaman Program 2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN

KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN

0,0

0,0

(0,0)

(0,0)

(0,0)

PENERIMAAN PERPAJAKAN 2006 - 2012


Triliun Rp 1200 1,032.6 1000 878.7
13.30

Persen (%) 20

84.2 75.4
12.72

16

800

12.30

12.43

619.9
11.04

723.3
11.30

80.2 68.1
12.16

658.7 600 491.0 409.2 400


39.6 37.8 123.0 53.4 44.7 154.5 70.3 51.3 209.6

52.5 56.7 193.1

69.5 66.2 230.6

352.9

12

298.4

520.0 432.0 327.5 317.6 357.0 238.4

200
208.8

0 2006 Lannya 2007 2008 Cukai 2009 PPN 2010 2011 APBN-P PPh 2012 APBN Tax Ratio

Penerimaan perpajakan telah meningkat 2,5 kali lipat dari Rp409,2 T (2006) Rp1.019.2 T (2012), dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 17% per tahun. Penerimaan perpajakan 2011-2012 tumbuh sebesar 17,5%, sementara penerimaan pajak non-migas meningkat sebesar 22,2%.
9

TARGET DAN KEBIJAKAN PENERIMAAN PERPAJAKAN 2012


Triliun rupiah 2011 Uraian APBN-P APBN 2012 % thd APBN-P 119.0 % thd PDB 12.2

Kebijakan perpajakan 2012: Kegiatan ekstensifikasi perpajakan, a.l. pelaksanaan sensus pajak nasional; Kegiatan intensifikasi melalui law enforcement, yaitu himbauan, penagihan, pemeriksaan dan penyidikan, serta pembentukan KPP migas dan pertambangan; Peningkatan tarif cukai tembakau rata-rata 16,3%, perluasan cakupan barang kena cukai, serta penyempurnaan National Single Window.
10

A. Penerimaan Pajak Dalam Negeri 1) Pajak penghasilan - Migas - Non-migas 2) Pajak Pertambahan Nilai 3) Pajak Bumi & Bangunan 4) Cukai 5) Pajak Lainnya B. Pajak Perdagangan Internasional 1) Bea Masuk 2) Bea Keluar/Pungutan Ekspor Total Penerimaan Perpajakan

831.7

989.6

432.0 65.2 366.7 298.4 29.1 68.1 4.2


46.9

520.0 60.9 459.0 352.9 35.6 75.4 5.6


42.9

120.4 93.4 125.2 118.3 122.7 110.8 134.3


91.5

6.4 0.8 5.7 4.3 0.4 0.9 0.1


0.5

21.5 25.4
878.7

23.7 19.2
1,032.6

110.4 75.5
117.5

0.3 0.2
12.7

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 2006-2012


Triliun Rp 350 300 250 200 150 15% 100 50 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 APBN-P 2012 APBN 10% 5% 0% Persen

35.7% 30.5%

34.9% 27.1% 26.8%

40% 35% 30%

24.6% 21.2%
25% 20%

Pend BLU

PNBP Lainnya

Dividen BUMN

Penerimaan SDA

Porsi PNBP thd PDN

PNBP telah mengalami peningkatan dari Rp.226,9 T (2006) Rp.278,0 T (2012), dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6% per tahun. Sumber utama PNBP masih berasal dari Penerimaan SDA, khususnya SDA Migas.
11

TARGET DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENERIMAAN PNBP 2012


Triliun rupiah

2011 URAIAN a. Penerimaan SDA 1) SDA Migas - Minyak Bumi - Gas Bumi 2) Non Migas b. Bagian Laba BUMN c. PNBP Lainnya d. Pendapatan BLU JUMLAH APBN-P 192.0 173.2 123.1 50.1 18.8 28.8 50.3 15.4 286.6 APBN 177.3 159.5 113.7 45.8 17.8 28.0 53.5 19.2 278.0

2012 % thd APBN-P 92.3 92.1 92.4 91.4 94.6 97.1 106.3 124.8 97.0

% thd PDB 2.2 2.0 1.4 0.6 0.2 0.3 0.7 0.2 3.4

Penurunan PPh Migas dan SDA Migas disebabkan oleh penurunan asumsi harga minyak ICP. Strategi peningkatan PNBP terutama (i) pencapaian target lifting minyak bumi dan gas alam, (ii) efisiensi besaran cost recovery dalam kegiatan hulu migas (rencana besaran cost recovery adalah 12,3 miliar USD), dan (iii) revisi jenis dan tarif PNBP pada kegiatan pertambangan dan batu bara.
12

ARAH KEBIJAKAN BELANJA NEGARA 2012


Triliun Rp 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 APBN-P APBN 2012 509.6 29.5% 70.5% 66.1% 66.6% 70.3% 757.6 667.1 33.9% 23.4% 67.1% 66.9% 68.8% 67.2% 985.7 29.7% 937.4 32.9% 33.1% 1042.1 Transfer ke Daerah Pemerintah Pusat 1,435.4 1,320.8 31.2% 32.8%

Belanja negara meningkat lebih dari 2 kali lipat: Rp 509,6T (2005)

Rp1.320,8 T (2011).

Dalam tahun 2012 belanja negara direncanakan naik sebesar Rp114,6 T dengan proporsi belanja pusat sebesar 67,2% dan transfer daerah sebesar 32,8%. Arah Kebijakan Belanja Negara, a.l. (i) pembangunan infrastruktur untuk mendukung program MP3EI, (ii) peningkatan kemampuan pertahanan negara menuju Minimum Essential Force (MEF), dan (iii) perluasan program perlindungan sosial (pro rakyat).
13

ARAH KEBIJAKAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT 2012


Triliun Rp 1000 800 600 361.2 400 200 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
66.5% 33.5% 43.0% 44.6% 37.5% 57.0%

908.2 693.4 440.0 504.6


55.4% 62.5% 51.2% 52.4%

965.0

697.4 628.8
52.4%

47.3%

Non K/L K/L

48.8%

47.6%

47.6%

52.7%

Belanja pemerintah pusat telah meningkat hampir 3 kali lipat dari Rp.361,2 T (2005) menjadi Rp.965,0 T (2012), dengan peningkatan rata-rata sebesar 16% per tahun. Pelaksanaan program pro rakyat (klaster 4): 6 program utama dan 3 program prioritas
6 Program utama: 1. Rumah sangat murah; 2. Kendaraan angkutan umum murah; 3. Air bersih untuk rakyat; 4. Listrik murah dan hemat; 5. Peningkatan kehidupan nelayan; 6. Peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan. 3 Program prioritas: 1. Surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014; 2. Penciptaan lapangan kerja guna mengurangi 1 juta jiwa/tahun; 3. Pembangunan transportasi jakarta.
14

Program ketahanan pangan melalui dukungan subsidi dan dana stabilisasi pangan.

ARAH KEBIJAKAN BELANJA K/L 2012


Triliun Rp Bel K/L 600.0

508.4
500.0 400.0

461.5

307.0
300.0

332.9

259.7 225.0 189.4

200.0 100.0 -

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

Belanja K/L terus mengalami peningkatan hingga tahun 2011 mencapai Rp 461,5 T atau meningkat hampir 150% dibandingkan tahun 2006; Pada tahun 2012 belanja K/L direncanakan meningkat sebesar Rp46,8 T (10,1%) dibandingkan pagu tahun 2011; Kebijakan Belanja K/L antara lain (i) dukungan terhadap industri kecil dan kreatif (UMKM), (ii) efisiensi belanja operasional, dan (iii) pembangunan gedung baru dilakukan secara selektif.
15

Komposisi Belanja Pemerintah Pusat 2005 - 2012


Belanja Pemerintah Pusat I. Belanja Pemerintah Pusat

2005 Real YoY (%)


361,2 21,4% 120,8 18,2% 54,3 2,9% 29,2 88,0% 32,9 -46,5% 65,2 4,3% 120,8 31,9% 0,0 0,0% 24,9 0,0% 34,0 147,3%

2006 Real YoY (%)


440,0 21,8% 189,4 56,7% 73,3 35,0% 47,2 61,7% 55,0 67,1% 79,1 21,3% 107,4 -11,0% 0,0 0,0% 40,7 63,5% 37,4 10,2%

2007 Real YoY (%)


504,6 14,7% 225,0 18,8% 90,4 23,4% 54,5 15,5% 64,3 17,0% 79,8 0,9% 150,2 39,8% 0,0 0,0% 49,8 22,2% 15,6 -58,3%

2008 Real YoY (%)


693,4 259,7 112,8 56,0 72,8 88,4 275,3 0,0 57,7 30,3 37,4% 15,4% 24,8% 2,7% 13,2% 10,8% 83,3% 0,0% 16,0% 94,1%

2009 Real YoY (%)


628,8 -9,3% 307,0 18,2% 127,7 13,2% 80,7 44,1% 75,9 4,3% 93,8 6,1% 138,1 -49,8% 0,0 0,0% 73,8 27,8% 38,9 28,4%

2010 2011 2012 Pertumbuhan Real YoY (%) APBN-P YoY (%) RAPBN YoY (%) Rata-rata
697,4 10,9% 332,2 8,2% 148,1 16,0% 97,6 21,0% 80,3 5,8% 88,4 -5,7% 192,7 39,6% 0,1 0,0% 68,6 -7,1% 21,7 -44,3% 908,2 30,2% 461,5 38,9% 182,9 23,5% 142,8 46,3% 140,9 75,5% 106,6 20,6% 237,2 23,1% 0,4 304,9% 81,8 19,2% 15,6 -28,1% 965,0 6,3% 508,4 10,2% 215,7 18,0% 142,2 -0,4% 168,3 19,4% 122,2 14,7% 208,9 -11,9% 1,8 343,7% 64,9 -20,6% 28,5 82,7% 15,1% 22,8% 21,8% 25,4% 26,3% 9,4% 8,1% 0,0% 14,7% -2,5%

Belanja K/L
1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal 4. Pembayaran Bunga Utang 5. Subsidi 6. Belanja Hibah 7. Bantuan Sosial 8. Belanja Lain-Lain

2005
9.4 6.9

Komposisi (%)
15.0 8.1
Modal Belpeg Barang 26.1 9.0 1.7

2011
20.1 Belpeg Barang Modal Bunga utang 15.7 subsidi Bansos 11.7 Bel lain-lain 21.6

2012
6.7 3.0

*Angka sementara
22.4 Belpeg Barang Modal 14.7 Bunga utang subsidi

2011
17.4

9.1

33.4
18.1

Bunga utang Subsidi

9,0

1,7 20,1 12.7

15.5

Belpeg Bansos
Bel lain-lain Barang

Porsi bunga utang dan subsidi menurun, belanja modal meningkat alokasi anggaran lebih produktif Modal
26,1 15,7 Bunga utang

16

ARAH KEBIJAKAN BELANJA PUSAT PER JENIS BELANJA 2012


Peningkatan Kesejahteraan Pegawai melalui: Belanja Pegawai Kenaikan Gaji Pokok PNS/TNI/POLRI dan pensiun pokok rata-rata 10 %; Pemberian Gaji ke-13 bagi PNS/TNI/POLRI dan pensiun ke-13; Kenaikan uang makan untuk PNS dan uang lauk pauk untuk TNI/Polri. Belanja Barang Belanja Modal Bantuan Sosial Pembayaran Bunga Utang Belanja Lainlain Mendukung peningkatan pelayanan melalui efisiensi belanja barang terutama belanja perjalanan dinas. Pembangunan infrastruktur dasar: energi, ketahanan pangan, dan komunikasi; Peningkatan pertahanan negara menuju MEF. Melanjutkan program perlindungan sosial: BOS, Beasiswa , Jamkesmas, dan PKH; Melanjutkan program PNPM.

Pembayaran bunga utang tepat waktu dan jumlah. Antisipasi dana untuk risiko fiskal; Pengalokasian dana cadangan beras dan cadangan benih.
17

PERKEMBANGAN BELANJA SUBSIDI 2005-2012


JENIS SUBSIDI Belanja Subsidi Energi BBM Listrik Non Energi Pangan Pupuk Benih PSO Kredit Program Subsidi Pajak Subsidi Lainnya
Triliun Rp

2005 120,8 104,5 95,6 8,9 16,2 6,4 2,5 0,1 0,9 0,1 6,2 0,0

2006 107,4 94,6 64,2 30,4 12,9 5,3 3,2 0,1 1,8 0,3 1,9 0,3

2007 150,2 116,9 83,8 33,1 33,3 6,6 6,3 0,5 1,0 0,3 17,1 1,5

2008 275,3 223,0 139,1 83,9 52,2 12,1 15,2 1,0 1,7 0,9 21,0 0,3

2009 138,1 94,5 45,0 49,5 43,5 13,0 18,3 1,6 1,3 1,1 8,2 0,0

2010 192,7 140,0 82,4 57,6 52,8 15,2 18,4 2,2 1,4 0,8 14,8 0,0

2011 APBN-P 237,2 195,3 129,7 65,6 41,9 15,3 18,8 0,1 1,8 1,9 4,0 0,0

2012 APBN 208,9 168,6 123,6 45,0 40,3 15,6 16,9 0,3 2,0 1,2 4,2 0,0

500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0

27,9 Non Energi 19,8 16,1 275,3


52,2

% Listrik BBM
% thd Belanja Negara

30 25 20

23,7

18,5 14,7 192,7

18,0 237,2
41,9 65,6

14,5 208,9
40,3

15 10 5 0

120,8
16,2 8,9
95,6

150,2 107,4
12,9 30,4
64,2 33,3 33,1

83,9

138,1
43,5

52,8
57,6

45,0 123,6 2012 APBN

139,1

49,5
82,4

129,7

83,8 45,0 2007 2008 2009

2005

2006

2010

2011 APBN -P

18

ARAH KEBIJAKAN BELANJA SUBSIDI 2012


Subsidi BBM Subsidi Listrik
Pengalokasian BBM bersubsidi tepat sasaran dengan cara pembatasan konsumsi BBM premium untuk kendaraan pribadi di Jawa dan Bali mulai April 2012; Volume konsumsi BBM bersubsidi sebesar 40 juta kilo liter 2,5 juta kilo liter premium bersubsidi tidak dicairkan (akan dievaluasi dalam APBN-P 2012). Menurunkan susut jaringan listrik (losses) serta meningkatkan pasokan gas dan pemakaian batubara sebagai input pembangkitnya. Subsidi Pangan : Menyediakan Raskin kepada 17,5 juta RT miskin selama 12 bulan sebesar 15 kg/RTS/bulan; Subsidi Pupuk : Memenuhi kebutuhan pupuk petani dengan harga terjangkau, meningkatkan produktivitas dan revitalisasi hasil pertanian, serta mendukung program ketahanan pangan; Subsidi Benih : Membantu menyediakan dan menyalurkan benih berkualitas dengan harga terjangkau melalui BUMN benih; PSO : Meningkatkan pelayanan angkutan kereta api dan Pelni serta informasi publik (LKBN Antara dan Pos) agar dapat terjangkau oleh masyarakat; Subsidi Pajak : Mendukung program stabilisasi harga kebutuhan pokok dan perkembangan industri nasional yang strategis. 19

Subsidi Non Energi

SUBSIDI BBM 2012

20

Perkembangan Anggaran Subsidi BBM


Keterangan APBN
Paramater : 1. Harga MM Indonesia (ICP) US$/bbl 2. Nilai tukar (Rp./US$.1) 3. Volume BBM + Bio BBM (Ribu kl) - Premium + BBN - Minyak Tanah - Minyak Solar + BBN 4. Volume LPG (juta kg) 5. Alpha BBM (Rp/liter)

2011 APBN-P

2012 APBN

80 9.250 38.591 23.191 2.316 13.085 3.522 595,46

95 8.700 40.494 24.539 1.800 14.155 3.522 595,5

90 8.800 40.000 24.411 1.700 13.889 3.606 613,9

(Rp Miliar) 1. Subsidi BBM + Bio BBM a. Premium + BBN b. Minyak Tanah c. Minyak Solar + BBN 2. Subsidi LPG Tabung 3 kg 3. Sub Jumlah (1+2) 4. Carry Over ke Tahun berikutnya 5. Jumlah Subsidi (3+4) 6. Subsidi PPN 7. Jumlah Subsidi (5+6) (95.914,2) (78.351,3) (40.557,5) (8.487,9) (29.305,9) (17.562,9) (95.914,2) 3.426,0 (95.914,2) (100.628,2) (55.089,2) (7.482,8) (38.056,2) (21.393,2) (122.021,4) 4.500,0 (117.521,4) (12.202,1) (129.723,6) (89.441,7) (51.145,8) (6.184,9) (32.111,0) (22.921,6) (112.363,3) (112.363,3) (11.236,3) (123.599,7)

21

Sensitivitas Perubahan Subsidi BBM


Subsidi BBM (Triliun Rp) APBN 2011
ICP (US$/Barel) Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$) Harga Jual (Rp/Ltr) - Premium - Minyak Tanah - Minyak Solar Konsumsi BBM - Premium - Minyak Tanah - Minyak Solar 1 US$/Barel Rp100/US$ 2,6 2,4

Parameter

Sensitivitas

RAPBN 2012
2,6 2,8

Rp100/Litr Rp100/Litr Rp100/Litr

2,0 0,2 1,1

2,1 0,2 1,2

1 juta Kl 1 juta Kl 1 juta Kl

1,7 3,7 2,1

2,1 3,6 2,2

22

Konsumsi BBM Bersubsidi Tahun 2010 dan 2011


Juta KL 2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

2010

2011

2010

2011

2010

2011

2010

2011

2010

2011

2010

2011

2010 Jul

2011

2010

2011

2010

2011

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Agst

Sep

Premium

Minyak Tanah

Solar

Realisasi konsumsi BBM Bersubsidi periode Januari s.d September 2011 mencapai 30,8 juta kl (76,0% dari pagu APBN-P 2011), atau meningkat sebesar 8,6% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

23

Perkembangan Harga Keekonomian BBM vs Pertamax

Rp/Ltr 10.000
Premium Keekonomian

HARGA PREMIUM , SOLAR, DAN PERTAMAX

Solar Keekonomian Pertamax

9.000
Premium dan Solar Bersubsidi

8.000

7.000

6.000

5.000

4.000

4.500

3.000

Jan'10 Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli Agust Sept

Okt

Nop

Des Jan'11 Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Agt

Sept

Okt

Perbedaan harga keekonomian semakin jauh dari harga BBM bersubsidi sebagai dampak dari kenaikan harga minyak dunia.

24

Perkembangan Harga BBM di Beberapa Negara Regional


Rp/Ltr
17,500

Jun-11

Jul-11

Agust-11

Sep-11

PREMIUM

12,500

7,500
4.500

2,500 Singapura Philipina Thailand China Jepang India Korea Australia Malaysia Vietnam Indonesia

Rp/Ltr
17,500

SOLAR
Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11

12,500

7,500
4.500

2,500 Singapura Philipina Thailand China Jepang India Korea Australia Malaysia Vietnam Indonesia

Sumber : Bloomberg (diolah)

Harga BBM bersubsidi di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata harga 25 BBM di kawasan regional.

KEBIJAKAN SUBSIDI BBM


Implementasi Kebijakan : Pengurangan jenis BBM bersubsidi pada tahun 2005 dari 5 jenis menjadi 3 jenis dengan menghapus minyak diesel dan minyak bakar dari jenis BBM bersubsidi. Program konversi minyak tanah ke LPG sejak Tahun 2007 Diversifikasi energi (gas untuk bis dan transportasi umum) Penyesuaian harga jual BBM Meningkatkan mekanisme pengawasan dan pengendalian penyaluran BBM bersubsidi untuk menjadikan subsidi lebih tepat sasaran.
Kebijakan Subsidi BBM 2011 1. Pengendalian penggunaan BBM bersubsidi melalui sistem distribusi tertutup dan penyempurnaan regulasi 2. Melanjutkan program konversi minyak tanah ke LPG. 3. Peningkatan pemanfaatan energi alternatif seperti bahan bakar nabati. 4. Pemberian tambahan subsidi bahan bakar nabati. 5. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) dalam perhitungan subsidi pajak tertentu sebesar 5%. 6. Pemberian subsidi PPN BBM dan LPG 3 kg dalam besaran subsidi BBM pada APBN-P 2011.
26

KEBIJAKAN SUBSIDI BBM 2012


Pengalokasian BBM bersubsidi tepat sasaran dengan cara pembatasan konsumsi BBM premium untuk kendaraan pribadi di Jawa dan Bali mulai April 2012; Optimalisasi program konversi minyak tanah ke LPG 3 kg; Meningkatkan pemanfaatan energi alternatif seperti bahan bakar nabati (BBN) dan bahan bakar gas (BBG) ; Menyempurnakan regulasi kebijakan .
27

KOMPOSISI PENGGUNA BBM BERSUBSIDI


Per Jenis BBM Bersubsidi
Premium = 60 %
transportasi (darat) = 89%

Per Sektor Pengguna


transportasi (air) = 1 % rumah tangga = 6% usaha kecil = 1% perikanan = 3%

M. Solar = 34 %

M. Tanah =6%

Konsumsi Premium Sektor Transportasi Darat


Motor = 40%

Konsumsi BBM Bersubsidi

Konsumsi Premium Per Wilayah


IBT = 10% NTB dan NTT = 2% Sumatera

Jawa Bali = 59%


(Termasuk Jabodetabek 18% dari total atau 30% dari Jawa-

Kota Besar = 4% Sumatera exc Kota Besar = 18% Kalimantan Kota Besar = 2% Kalimantan exc Kota Besar = 5%

Mobil Barang = 4% Umum = 3%

Mobil Pribadi = 53%

Sumber : Kementerian ESDM, 2010


28

Langkah Pengendalian Subsidi Energi ke depan


1. Subsidi BBM :  Pembatasan konsumsi BBM bersubsidi untuk kendaraan pribadi secara bertahap  Penyesuaian harga BBM bersubsidi  Optmalisasi penggunaan energi alternatif (BBN, BBG) 2. Subsidi Listrik :  Penyesuaian TTL secara bertahap  Mengeliminasi subsidi listrik untuk konsumen golongan menengah ke atas  Mendukung pasokan energi input untuk pembangkit listrik, terutama dari gas, batubara, dan panas bumi 3. Koordinasi Kebijakan yang lebih baik antarinstansi ,dan antar-pusat & daerah 4. Desain kebijakan yang komprehensif ke depan dengan diikuti kebijakan pendukungnya.
29

30

Anda mungkin juga menyukai