OUTLINE
1. Asumsi Makro 2012 2. Pokok-pokok Kebijakan Fiskal dan APBN 2012 Arah Kebijakan Fiskal 2012 Postur APBN-P 2011 dan APBN 2012 Kebijakan Pendapatan dan Belanja Negara 3. Kebijakan Subsidi BBM tahun 2012
- Pertumbuhan ekonomi (%) - Inflasi (%) y-o-y - Tkt bunga SPN(%) - Nilai tukar (Rp/US$1) - Harga minyak (US$/barel) - Lifting (ribu barel/hari)
Asumsi dasar ekonomi makro 2012 disepakati sama dengan usulan RAPBN 2012, kecuali tingkat suku bunga SPN 3 bulan. Implikasi penurunan suku bunga SPN 3 diturunkan dari 6,5% menjadi 6,0% adalah penghematan pembayaran bunga utang Rp0,9 T.
2012
RAPBN
APBN
11,5 - 12,5
11,5 - 12,5
2)
10,5 - 11,5
10,5 - 11,5
- Target Pengangguran (%) - Target penyerapan tenaga kerja setiap 1% pertumbuhan (ribu orang) - Defisit (% thd PDB)
7,0
7,0
6,4 - 6,6
6,4 - 6,6
400
400
440
450
1,8
2,1
1,5
1,53
1) Realisasi tingkat kemiskinan Indonesia, publikasi BPS bulan Maret 2011 = 12,5% 2) Realisasi tingkat pengangguran, publikasi BPS bulan Februari 2011 = 6,8% 4
ARAH KEBIJAKAN FISKAL 2012 Memberikan dorongan terhadap perekonomian (stimulus fiskal) seraya memelihara stabilitas ekonomi; dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal
Meningkatkan kualitas belanja negara Peningkatan efektivitas dan efisiensi belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah
Arah Kebijakan:
% 20 18 16 14
Optimalisasi pendapatan negara dgn mempertimbangkan iklim dunia usaha; Meningkatkan efisiensi & efektifitas belanja negara melalui meningkatkan quality spending . Peningkatan belanja infrastruktur diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, penurunan pengangguran, dan pengentasan kemiskinan; Mengendalikan defisit dalam batas aman < 3% PDB; Pengurangan utang secara bertahap dan mencari sumber pembiayaan yg rendah resiko.
7
11.5
12 10
136.9
8 6
72.8
75.9
80.3
4 2 0
2008
2009
2010
2011
2005 0.0
(14.4)
2006
(29.1)
2007
(49.8)
2008
2009
(88.6)
2010
(46.9)
2011 0.0
(150.8)
50%
47.3%
Outstanding Utang
PDB
Rasio Utang
45% 40%
(4.1)
(0.5)
(0.5)
(0.1)
(20.0) (40.0)
(0.6)
(1.0)
(%)
(1.0)
(0.9) (1.3)
(60.0) (80.0)
(100.0)
(1.6)
(120.0)
800 (2.1)
(140.0)
(200)
(160.0)
URAIAN
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
I.
APBN-P
1.169,9 1.165,3 878,7 12,2 286,6 4,7 1.320,8 908,2 461,5 446,7 0,0 0,0 0,0 412,5 347,5 96,8 225,5 65,0 (150,8) (2,1) 150,8 153,6 (2,8) 56,2 19,2 (47,2)
1.292,9 1.292,1 1.019,3 12,55 272,7 0,8 1.418,5 954,1 476,6 477,5 0,0 0,0 0,0 464,4 394,1 98,5 269,5 70,2 (125,6) (1,55) 125,6 125,9 (0,3) 56,0 16,9 (47,3)
1.311,4 1.310,6 1.032,6 12,72 278,0 0,8 1.435,4 965,0 508,4 456,6 12,5 9,1 3,4 470,4 400,0 100,1 273,8 70,4 (124,0) (1,53) 124,0 125,9 (1,9) 54,3 15,3 (47,3)
18,5 18,5 13,2 0,16 5,3 0,0 16,9 10,9 31,7 (20,9) 12,5 9,1 3,4 6,0 5,8 1,6 4,3 0,2 1,6 0,02 (1,6) 0,0 (1,6) (1,7) (1,6) 0,0
141,5 145,3 153,9 0,56 (8,6) (3,8) 114,7 56,8 46,9 9,9 12,5 9,1 3,4 57,9 52,4 3,3 48,3 5,5 26,8 0,56 (26,8) (27,7) 0,9 (1,9) (3,9) (0,0)
B. BELANJA NEGARA
I BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L) A. B. Belanja K/L Belanja Non K/L Tambahan Anggaran - Non Pendidikan - Pendidikan untuk K/L
II. TRANSFER KE DAERAH 1. Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil b. Dana Alokasi Umum 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
C. DEFISIT ANGGARAN (A - B)
% Defisit Terhadap PDB - IHK
D. PEMBIAYAAN (I + II)
I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) 1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) a.l Pinjaman Program 2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN
KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN
0,0
0,0
(0,0)
(0,0)
(0,0)
Persen (%) 20
84.2 75.4
12.72
16
800
12.30
12.43
619.9
11.04
723.3
11.30
80.2 68.1
12.16
352.9
12
298.4
200
208.8
0 2006 Lannya 2007 2008 Cukai 2009 PPN 2010 2011 APBN-P PPh 2012 APBN Tax Ratio
Penerimaan perpajakan telah meningkat 2,5 kali lipat dari Rp409,2 T (2006) Rp1.019.2 T (2012), dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 17% per tahun. Penerimaan perpajakan 2011-2012 tumbuh sebesar 17,5%, sementara penerimaan pajak non-migas meningkat sebesar 22,2%.
9
Kebijakan perpajakan 2012: Kegiatan ekstensifikasi perpajakan, a.l. pelaksanaan sensus pajak nasional; Kegiatan intensifikasi melalui law enforcement, yaitu himbauan, penagihan, pemeriksaan dan penyidikan, serta pembentukan KPP migas dan pertambangan; Peningkatan tarif cukai tembakau rata-rata 16,3%, perluasan cakupan barang kena cukai, serta penyempurnaan National Single Window.
10
A. Penerimaan Pajak Dalam Negeri 1) Pajak penghasilan - Migas - Non-migas 2) Pajak Pertambahan Nilai 3) Pajak Bumi & Bangunan 4) Cukai 5) Pajak Lainnya B. Pajak Perdagangan Internasional 1) Bea Masuk 2) Bea Keluar/Pungutan Ekspor Total Penerimaan Perpajakan
831.7
989.6
21.5 25.4
878.7
23.7 19.2
1,032.6
110.4 75.5
117.5
0.3 0.2
12.7
35.7% 30.5%
24.6% 21.2%
25% 20%
Pend BLU
PNBP Lainnya
Dividen BUMN
Penerimaan SDA
PNBP telah mengalami peningkatan dari Rp.226,9 T (2006) Rp.278,0 T (2012), dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6% per tahun. Sumber utama PNBP masih berasal dari Penerimaan SDA, khususnya SDA Migas.
11
2011 URAIAN a. Penerimaan SDA 1) SDA Migas - Minyak Bumi - Gas Bumi 2) Non Migas b. Bagian Laba BUMN c. PNBP Lainnya d. Pendapatan BLU JUMLAH APBN-P 192.0 173.2 123.1 50.1 18.8 28.8 50.3 15.4 286.6 APBN 177.3 159.5 113.7 45.8 17.8 28.0 53.5 19.2 278.0
2012 % thd APBN-P 92.3 92.1 92.4 91.4 94.6 97.1 106.3 124.8 97.0
% thd PDB 2.2 2.0 1.4 0.6 0.2 0.3 0.7 0.2 3.4
Penurunan PPh Migas dan SDA Migas disebabkan oleh penurunan asumsi harga minyak ICP. Strategi peningkatan PNBP terutama (i) pencapaian target lifting minyak bumi dan gas alam, (ii) efisiensi besaran cost recovery dalam kegiatan hulu migas (rencana besaran cost recovery adalah 12,3 miliar USD), dan (iii) revisi jenis dan tarif PNBP pada kegiatan pertambangan dan batu bara.
12
Rp1.320,8 T (2011).
Dalam tahun 2012 belanja negara direncanakan naik sebesar Rp114,6 T dengan proporsi belanja pusat sebesar 67,2% dan transfer daerah sebesar 32,8%. Arah Kebijakan Belanja Negara, a.l. (i) pembangunan infrastruktur untuk mendukung program MP3EI, (ii) peningkatan kemampuan pertahanan negara menuju Minimum Essential Force (MEF), dan (iii) perluasan program perlindungan sosial (pro rakyat).
13
965.0
697.4 628.8
52.4%
47.3%
48.8%
47.6%
47.6%
52.7%
Belanja pemerintah pusat telah meningkat hampir 3 kali lipat dari Rp.361,2 T (2005) menjadi Rp.965,0 T (2012), dengan peningkatan rata-rata sebesar 16% per tahun. Pelaksanaan program pro rakyat (klaster 4): 6 program utama dan 3 program prioritas
6 Program utama: 1. Rumah sangat murah; 2. Kendaraan angkutan umum murah; 3. Air bersih untuk rakyat; 4. Listrik murah dan hemat; 5. Peningkatan kehidupan nelayan; 6. Peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan. 3 Program prioritas: 1. Surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014; 2. Penciptaan lapangan kerja guna mengurangi 1 juta jiwa/tahun; 3. Pembangunan transportasi jakarta.
14
Program ketahanan pangan melalui dukungan subsidi dan dana stabilisasi pangan.
508.4
500.0 400.0
461.5
307.0
300.0
332.9
200.0 100.0 -
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Belanja K/L terus mengalami peningkatan hingga tahun 2011 mencapai Rp 461,5 T atau meningkat hampir 150% dibandingkan tahun 2006; Pada tahun 2012 belanja K/L direncanakan meningkat sebesar Rp46,8 T (10,1%) dibandingkan pagu tahun 2011; Kebijakan Belanja K/L antara lain (i) dukungan terhadap industri kecil dan kreatif (UMKM), (ii) efisiensi belanja operasional, dan (iii) pembangunan gedung baru dilakukan secara selektif.
15
2010 2011 2012 Pertumbuhan Real YoY (%) APBN-P YoY (%) RAPBN YoY (%) Rata-rata
697,4 10,9% 332,2 8,2% 148,1 16,0% 97,6 21,0% 80,3 5,8% 88,4 -5,7% 192,7 39,6% 0,1 0,0% 68,6 -7,1% 21,7 -44,3% 908,2 30,2% 461,5 38,9% 182,9 23,5% 142,8 46,3% 140,9 75,5% 106,6 20,6% 237,2 23,1% 0,4 304,9% 81,8 19,2% 15,6 -28,1% 965,0 6,3% 508,4 10,2% 215,7 18,0% 142,2 -0,4% 168,3 19,4% 122,2 14,7% 208,9 -11,9% 1,8 343,7% 64,9 -20,6% 28,5 82,7% 15,1% 22,8% 21,8% 25,4% 26,3% 9,4% 8,1% 0,0% 14,7% -2,5%
Belanja K/L
1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal 4. Pembayaran Bunga Utang 5. Subsidi 6. Belanja Hibah 7. Bantuan Sosial 8. Belanja Lain-Lain
2005
9.4 6.9
Komposisi (%)
15.0 8.1
Modal Belpeg Barang 26.1 9.0 1.7
2011
20.1 Belpeg Barang Modal Bunga utang 15.7 subsidi Bansos 11.7 Bel lain-lain 21.6
2012
6.7 3.0
*Angka sementara
22.4 Belpeg Barang Modal 14.7 Bunga utang subsidi
2011
17.4
9.1
33.4
18.1
9,0
15.5
Belpeg Bansos
Bel lain-lain Barang
Porsi bunga utang dan subsidi menurun, belanja modal meningkat alokasi anggaran lebih produktif Modal
26,1 15,7 Bunga utang
16
Pembayaran bunga utang tepat waktu dan jumlah. Antisipasi dana untuk risiko fiskal; Pengalokasian dana cadangan beras dan cadangan benih.
17
2005 120,8 104,5 95,6 8,9 16,2 6,4 2,5 0,1 0,9 0,1 6,2 0,0
2006 107,4 94,6 64,2 30,4 12,9 5,3 3,2 0,1 1,8 0,3 1,9 0,3
2007 150,2 116,9 83,8 33,1 33,3 6,6 6,3 0,5 1,0 0,3 17,1 1,5
2008 275,3 223,0 139,1 83,9 52,2 12,1 15,2 1,0 1,7 0,9 21,0 0,3
2009 138,1 94,5 45,0 49,5 43,5 13,0 18,3 1,6 1,3 1,1 8,2 0,0
2010 192,7 140,0 82,4 57,6 52,8 15,2 18,4 2,2 1,4 0,8 14,8 0,0
2011 APBN-P 237,2 195,3 129,7 65,6 41,9 15,3 18,8 0,1 1,8 1,9 4,0 0,0
2012 APBN 208,9 168,6 123,6 45,0 40,3 15,6 16,9 0,3 2,0 1,2 4,2 0,0
% Listrik BBM
% thd Belanja Negara
30 25 20
23,7
18,0 237,2
41,9 65,6
14,5 208,9
40,3
15 10 5 0
120,8
16,2 8,9
95,6
150,2 107,4
12,9 30,4
64,2 33,3 33,1
83,9
138,1
43,5
52,8
57,6
139,1
49,5
82,4
129,7
2005
2006
2010
2011 APBN -P
18
20
2011 APBN-P
2012 APBN
(Rp Miliar) 1. Subsidi BBM + Bio BBM a. Premium + BBN b. Minyak Tanah c. Minyak Solar + BBN 2. Subsidi LPG Tabung 3 kg 3. Sub Jumlah (1+2) 4. Carry Over ke Tahun berikutnya 5. Jumlah Subsidi (3+4) 6. Subsidi PPN 7. Jumlah Subsidi (5+6) (95.914,2) (78.351,3) (40.557,5) (8.487,9) (29.305,9) (17.562,9) (95.914,2) 3.426,0 (95.914,2) (100.628,2) (55.089,2) (7.482,8) (38.056,2) (21.393,2) (122.021,4) 4.500,0 (117.521,4) (12.202,1) (129.723,6) (89.441,7) (51.145,8) (6.184,9) (32.111,0) (22.921,6) (112.363,3) (112.363,3) (11.236,3) (123.599,7)
21
Parameter
Sensitivitas
RAPBN 2012
2,6 2,8
22
2.0
1.5
1.0
0.5
2010
2011
2010
2011
2010
2011
2010
2011
2010
2011
2010
2011
2010 Jul
2011
2010
2011
2010
2011
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Agst
Sep
Premium
Minyak Tanah
Solar
Realisasi konsumsi BBM Bersubsidi periode Januari s.d September 2011 mencapai 30,8 juta kl (76,0% dari pagu APBN-P 2011), atau meningkat sebesar 8,6% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
23
Rp/Ltr 10.000
Premium Keekonomian
9.000
Premium dan Solar Bersubsidi
8.000
7.000
6.000
5.000
4.000
4.500
3.000
Jan'10 Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Okt
Nop
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agt
Sept
Okt
Perbedaan harga keekonomian semakin jauh dari harga BBM bersubsidi sebagai dampak dari kenaikan harga minyak dunia.
24
Jun-11
Jul-11
Agust-11
Sep-11
PREMIUM
12,500
7,500
4.500
2,500 Singapura Philipina Thailand China Jepang India Korea Australia Malaysia Vietnam Indonesia
Rp/Ltr
17,500
SOLAR
Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11
12,500
7,500
4.500
2,500 Singapura Philipina Thailand China Jepang India Korea Australia Malaysia Vietnam Indonesia
Harga BBM bersubsidi di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata harga 25 BBM di kawasan regional.
M. Solar = 34 %
M. Tanah =6%
Kota Besar = 4% Sumatera exc Kota Besar = 18% Kalimantan Kota Besar = 2% Kalimantan exc Kota Besar = 5%
30