Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PASA PASIEN DENGAN HIDRONEFROSIS

Tinggalkan komentar Go to comments Pengertian Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan diginjal meningkat (Smeltzer dan Bare, 2002). Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Sylvia, 1995). Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Etiologi Jaringan parut ginjal/ureter. Batu Neoplasma/tomur Hipertrofi prostat Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra Penyempitan uretra Pembesaran uterus pada kehamilan (Smeltzer dan Bare, 2002). PatofiSIologi Apapun penyebab dari hidronefrosis, disebabkan adanya obstruksi baik parsial ataupun intermitten mengakibatkan terjadinya akumulasi urin di piala ginjal. Sehingga menyebabkan disertasi piala dan kolik ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi kompensatori), akibatnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan Bare, 2002). Manifestasi Klinis Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti: Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium). Gagal jantung kongestif. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi). Pruritis (gatal kulit). Butiran uremik (kristal urea pada kulit). Anoreksia, mual, muntah, cegukan. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang. Amenore, atrofi testikuler. (Smeltzer dan Bare, 2002) Penatalaksanaan Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis

(obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal. Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002). Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 1). Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan cairan. Tujuan: Volume cairan seimbang Kriteria hasil: RR dan TTV normal/stabil Turgor baik, mukosa lembab Intake dan output seimbang Intervensi: Timbang BB tiap tiga hari. Observasi TTV Beri posisi trendelenberg Pantau intake dan output kolaborasi pemberian diuresis Cek laboratorium darah lengkap/rutin 2). Resti infeksi berhubungan dengan akses haemodialise Tujuan: Infeksi tidak terjadi Kriteria hasil: Tidak ada tanda-tanda infeksi Tidak ada sepsis dan pus Tindakan: Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan Tutup luka dengan teknik aseptik Monitor jika ada peradangan Monitor TTV Kolaborasi pemberian antibiotik 3). Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan obstruksi akut. Tujuan: Nyeri berkurang sampai hilang Kriteria hasil: Pasien tampak rileks Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang Intervensi: Kaji tingkat nyeri Beri penjelasan penyebab nyeri Ajarkan relaksasi dan distraksi Kolaborasi pemberian analgetik 4). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia Tujuan: Kebutuhan aktivitas terpenuhi Kriteria hasil: Meningkatkan kemampuan mobilitas Melaporkan penurunan gejala-gejala intoleransi aktivitas Intervensi: Kaji respon individu terhadap aktivitas, nyeri, dispnea, vertigo Meningkatkan aktivitas klien secara bertahap

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi 5). Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah Tujuan: Nutrisi terpenuhi Kriteria hasil: Masukan per oral meningkat Berat badan dalam rentang normal Intervensi Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat. Berikan porsi makan kecil tapi sering Ciptakan suasanya yang menyenangkan Dukung klien untuk makan bersama anggota keluarga Daftar Pustaka 1. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. 2. Price, Sylvia. 1992. Patofisiologi edisi keempat. Jakatya: EGC. 3. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. Buku aajar keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta: EGC.

ASKEP HIDRONEFROSIS

A. Pengertian Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1442). Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis renalis dan calycas, serta atrofi progresif dan pembesaran kristik ginjal, dapat pula disertai pelebaran ureter (hidroureter). (Patologi, UI, 1973 : 276). Hidronefrosis adalah penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. (www.medicastore.co.id) B. Etiologi 1. Obstruksi a. Oleh sebab-sebab di dalam saluran kemih (intraluminal, misalnya katup kongenital pada ureter posterior, batu, tumor pelvis renalis, ureter, vasica urinaria dan urethra, dsb). b. Sebab-sebab yang terletak pada dinding saluran air kemih misalnya hipertrofi otot dinding setempat, striktura ureter atau urethra. c. Sebab-sebab dari luar, yang menekan pada saluran kemih, misalnya oleh tumor sekitar saluran kemih, hiperplasi atau karsinoma prostat, arteria renalis yang menekan ureter, fibrosis retroperitoneal, dsb. 2. Kelainan neuromuskuler, misalnya akibat spina bifida, paraplegi, tabes dorsalis, sklerosis multipel, dsb. 3. Kehamilan Pada kehamilan, terutama lebih jelas pada primipara, terjadi pelebaran fisiologik pada ureter dan pelvis, kelainan ini reversibel dan segera menghilang setelah partus. Selain disebabkan oleh tekanan mekanik akibat pengaruh endokrin yang menyebabkan pgendunan otot polos seluruh tubuh. Kelainan ini sering lebih jelas di sebelah kanan. 4. Sebab-sebab yang tidak diketahui Misalnya pada hidronefrosis idiopatik kongenital tidak ditemukan kelainan. (Patologi UI, 1973 : 276) C. Manifestasi Klinis Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan punggung. Jika terjadi infeksi, maka disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hamaturia dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal terkena, tanda dan gejala gagal kronik muncul. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1443). Tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan serta lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis akut), biasanya akan menyebabkan kolik renalis (nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang rusuk dan tulang panggul) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (hidronefrosis kronis). Bisa tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul). Sering ditemukan infeksi saluran kemih (terdapat nanah di dalam air kemih), demam dan rasa nyeri di daerah kandung kemih atau ginjal. Hidronefrosis juga bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-samar seperti : mual, muntah dan nyeri perut. (www.medicastore. com). D. Patofisiologi

Ginjal yag hidronefrotik mudah terkena infeksi, sehingga dapat berubah menjadi pyanephrosis/ pyelonephiritis. Makroskopik ginjal tampak membesar dan pelvis serta calyces melebar. Papil-papil mendatar dan akhirnya menjadi berbentuk cangkir serta membentuk bangunan kristik kecil-kecil, multilokuler dan berhubungan dengan calyces dan pelvis melalui lubang-lubang yang lebar. Kortek lambat laun menipis dan atrofik, hingga akhirnya hanya berupa pita tipis. Mikroskopik pada tingkat permulaan tampak dilatasi pada saluran tubulus dengan sel epitel tubulus yang menjadi gepeng, tanpa kelainan pad aglomerulus. Dilatasi ini terutama mengenai tubuli resti. Pada tingkat lebih lanjut tubulus menjadi atrofik dan diganti oleh jaringan ikat, kemudian juga glomerolus menjadi atrofik dan akhirnya menghilang. Pada bentuk yang murni sabukan radang hanya sedikit sekali, akan tetapi sebagaimana telah disebutkan diatas, ginjal hidronefrotik mudah kena infeksi, sehingga terjadi pyelonephritis dan/ atau pyonephrosis serta pyoureter. (Patologi UI, 276 277) E. Pemeriksaan Penunjang Dokter bisa merasakan adanya massa di daerah antra tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik ini. Beberapa prosedur digunakan untuk mendiagnosa hidronefrosis : 1. USG memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih 2. Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal 3. Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung (www.medicastore.com) F. Penatalaksanaan Pada hidronefrosis akut - Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit). - Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu. Pada hidronefrosis kronis - Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter tersumbat maka pengobatannya melalui : 1. Terapi hormonal untuk kanker prostat 2. Pembedahan 3. Melebarkan uretra dengan dilator (www.medicastore.com) Untuk mengurangi obstruksi, urin harus dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe diversi lainnya. Infeksi ditangani dengan agent antimikrobial karena sisa urine dalam kaliks menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan untuk mengangkat lesi obstruktif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu ginjal rusak parah dan fungsinya hancur, nefroktomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1443)

G. Patthway

H. Fokus Pengkajian 1. Aktivitas/ istirahat Keletihan, kelemahan, malaise 2. Sirkulasi Edema jaringan umum 3. Eliminasi Disuria, ragu-ragu, dorongan dan retensi (obstruksi, infeksi) 4. Makanan/ cairan Peningkatan BB (edema) 5. Nyeri/ kenyamanan Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah I. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi DP I : Gangguan nyaman nyeri b.d retensi urin Intervensi : 1. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/ karakteristik nyeri. 2. Kaji skala nyeri 3. Berikan obat sesuai indikasi (narkotik, antipasmotik, korikosteroid) DP II : Kurang pengetahuan b.d pembedahan Intervensi : 1. Tekankan perlunya nutrisi yang baik : dorong konsumsi buah, meningkatkan diet tinggi serat. 2. Diskusikan pembatasan aktivitas awal. Contoh menghindari mengangkat berat, latihan keras, duduk/ mengendarai mobil terlalu lama, memanjat lebih dari 2 tingkat tangga sekaligus. DP III : Kelebihan volume cairan b.d edema anasarka Intervensi : 1. Balance cairan 2. Timbang BB tiap hari

3. Kaji kulit, wajah area tergantung untuk edema DP IV : Gangguan eliminasi BAK b.d obstruksi saluran kemih Intervensi : 1. Catat keluaran urine : selidiki pe / penghentian aliran urine tiba-tiba. 2. Observasi dan catat warna urine. Perhatikan hematuri dan/ atau perdarahan dari stoma DP V : Resti penyebaran infeksi b.d phelonephritis Intervensi : 1. Pantau TTV 2. Monitor tanda-tanda infeksi 3. Nutrisi adekuat 4. Kolaborasi pemberian antibiotik Diposkan oleh aritama di 18:01

ASUHAN KEPERAWATAN PYELONEFRITIS


Posted by nurse87 on 22 November 2009 Posted in: Keperawatan. 1 komentar Definisi Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436). Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668) B. Etiologi 1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll). Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi (www.indonesiaindonesia.com/f/10918pielonefritis). 2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat 3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke dalam ureter. 4. Kehamilan 5. Kencing Manis 6. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk malawan infeksi. C. Manifestasi Klinis Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat. Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat. Pada pielonefritis kronis, nyerinya dapat menjadi samar-samar dan demam menjadi hilang timbul atau malah bisa tidak ditemukan demam sama sekali. D. Pemeriksaan Penunjang 1. Whole blood 2. Urinalisis 3. USG dan Radiologi 4. BUN 5. creatinin 6. serum electrolytes E. Komplikasi Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669): Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama pada penderita diabetes

melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik. Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu) (Brunner&Suddarth, 2002: 1437). F. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007: Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (ProBanthine) Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara progresif. 2. Penetalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007: Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi. Monitor Vital Sign Melakukan pemeriksaan fisik Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis. Memantau input dan output cairan. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes) Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan. Karna pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya yangdapat membuat psien berkecil hati G. Patofisiologi Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra. Flora normal fekal seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus adalah bakteri paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut. E. coli menyebabkan sekitar 85% infeksi. Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal. H. Diagnosa Keperawatan a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal. b. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.

c. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal. d. Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal. e. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah. I. Rencana Keperawatan A. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal Intervensi : 1)Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C Rasional : Tanda vital menaDefinisi Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436). Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668) B. Etiologi 1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll). Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi (www.indonesiaindonesia.com/f/10918pielonefritis). 2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat 3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke dalam ureter. 4. Kehamilan 5. Kencing Manis 6. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk malawan infeksi. C. Manifestasi Klinis Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat. Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat. Pada pielonefritis kronis, nyerinya dapat menjadi samar-samar dan demam menjadi hilang timbul atau malah bisa tidak ditemukan demam sama sekali. D. Pemeriksaan Penunjang 1. Whole blood 2. Urinalisis 3. USG dan Radiologi 4. BUN 5. creatinin 6. serum electrolytes

E. Komplikasi Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669): Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik. Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu) (Brunner&Suddarth, 2002: 1437). F. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007: Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (ProBanthine) Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara progresif. 2. Penetalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007: Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi. Monitor Vital Sign Melakukan pemeriksaan fisik Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis. Memantau input dan output cairan. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes) Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan. Karna pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya yangdapat membuat psien berkecil hati G. Patofisiologi Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra. Flora normal fekal seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus adalah bakteri paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut. E. coli menyebabkan sekitar 85% infeksi. Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan

menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal. H. Diagnosa Keperawatan a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal. b. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi. c. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal. d. Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal. e. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah. I. Rencana Keperawatan A. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal Intervensi : 1)Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh 2)Catat karakteristik urine Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 3)Anjurkan pasien untuk minum 2 3 liter jika tidak ada kontra indikasi Rasional : Untuk mencegah stasis urine 4)Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi. Rasional : Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita. 5)Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih. Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih 6)Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering. Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra B. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal. Intervensi : 1)Ukur dan catat urine setiap kali berkemih Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put 2)Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 jam Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria. 3)Palpasi kandung kemih tiap 4 jam Rasional : Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih. 4)Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal Rasional : Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.

5)Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman Rasional : Supaya klien tidak sukar untuk berkemih. C. Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal. Intervensi : 1)Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri. Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi 2)Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran. Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot 3)Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih 4)Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi. Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri D. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah. Intervensi : 1)Kaji tingkat kecemasan Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien 2)Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan 3)Beri support pada klien Rasional : 4)Beri dorongan spiritual Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri support pada klien 5)Beri penjelasan tentang penyakitnya Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya. E. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi. Intervensi: 1) Pantau suhu Rasional: Tanda vital dapat menandakan adanya perubahan di dalam tubuh. 2) Pantau suhu lingkungan Rasional: Suhu ruangan dan jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal 3) Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik Rasional: Mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus Diposkan oleh Tulus Andi di 08:58

0 komentar: Poskan ndakan adanya perubahan di dalam tubuh 2)Catat karakteristik urine Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 3)Anjurkan pasien untuk minum 2 3 liter jika tidak ada kontra indikasi Rasional : Untuk mencegah stasis urine 4)Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi. Rasional : Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita. 5)Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih. Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih 6)Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering. Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra B. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal. Intervensi : 1)Ukur dan catat urine setiap kali berkemih Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put 2)Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 jam Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria. 3)Palpasi kandung kemih tiap 4 jam Rasional : Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih. 4)Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal Rasional : Untuk memudahkan klien di dalam berkemih. 5)Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman Rasional : Supaya klien tidak sukar untuk berkemih. C. Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal. Intervensi : 1)Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri. Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi 2)Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran. Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot 3)Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih

4)Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi. Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri D. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah. Intervensi : 1)Kaji tingkat kecemasan Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien 2)Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan 3)Beri support pada klien Rasional : 4)Beri dorongan spiritual Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri support pada klien 5)Beri penjelasan tentang penyakitnya Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya. E. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi. Intervensi: 1) Pantau suhu Rasional: Tanda vital dapat menandakan adanya perubahan di dalam tubuh. 2) Pantau suhu lingkungan Rasional: Suhu ruangan dan jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal 3) Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik Rasional: Mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus

Anda mungkin juga menyukai