Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Pengujian bahan merupakan suatu dasar penelitian dengan tujuan untuk mengetahui sifat-sifat dari sebuah bahan uji, sehingga penggunaan semaksimal danseaman mungkin bias dilakukan, dan kerusakan yang mengakibatkan kerugian didalam bidang teknologi dan ekonomi bisa dihindarkan. Untuk mengetahui sifatsifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap bahan tersebut. Ada empat jenis uji coba yang bisa dilakukan, yaitu uji tarik (tensile test), dan uji tekan (compression test), uji torsi (torsion test), dan uji geser (shear test). Dalam tulisan ini kita akan membahas tentang uji impak dan sifat-sifat mekanik logam yang didapatkan dari interpretasi hasil uji impak. Hasil pengujian sebagai informasi keadaan bahan atau sifat bahan selalu diberikan kepada industry sebagai pemakai bahan, sehingga penulisan hasil pengujian harus disesuaikan dengan standar pengujian yang telah ditentukan oleh standar industry dari masing masing Negara atau standar industry internasional, yang kita kenal dengan ISO. 1.2 TUJUAN UMUM 1. Membandingkan kekuatan kejut beberapa jenis logam (besi tuang, baja, tembaga, dan alumunium). 2. Membandingkan titik luluh logam-logam tersebut. 3. Membandingkan tingkat keuletan logam-logam tersebut, melalui temperature benda logam yang akan di uji. 4. Membuat, membandingkan serta menganalisis kurva antara harga impak dengan temperature, baik kurva rekayasa maupun sesungguhnya dari beberapa jenis logam. 5. Membandingkan penampilan perpatahan (fraktografi) logam-logam tersebut dan menganalisisnya berdasarkan sifat-sifat mekanis yang telah dicapai. 1.3 TUJUAN KHUSUS 1. Sebagai hasil kerja praktek penulisan pada praktikum metalurgi. 2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi penulisan pada umumnya dalam bidang metalurgi. 3. Sebagai penetahuan agar penulis tahu tentang sifat-sifat logam. 4. Sebagai syarat untuk melengkapi mata kuliah metalurgi fisik serta material teknik.

1.4 METODE PENGUMPULAN DATA Adapun metode yang penulis terapkan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut: 1. Metode field survey, yaitu tinjauan langsung pada objek yang dituju untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam membuat laporan ini, yaitu melakukan praktikum pengujian impak. 2. Metode library research, yaitu mengumpulkan data dari membaca bukubuku atau petunjuk dalam pembuatan laporan ini. 3. Metode interview, yaitu mengumpulkan data dari wawancara dengan asisten laboratorium metalurgi fisik. 4. Metode literature atau pustaka, dalam metode inipenulis mengambil literature atau daftar pustaka yang berhubungan dengan pengujian impak ini. 1.5 BATASAN MASALAH Agar laporan ini tidak menyimpangdari tujuan utama praktikum, dikarenakan masalah yang dihadapi mencakup bidang yang cukup luas maka persoalan akan dibatasi dengan pembatasan sebagai berikut: 1. Laporan praktikum ini akan dititik beratkan pada praktikum tentang pengujian impak. 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Agar dalam penyusunan laporanpengujian tarik ini terarah dan sistematis, maka dalam menyusunya penulis membagi dalam 5 bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN Menjelaskan tentang latar belakang pembuatan laporan, tujuan umum darilaporan, tujuan khusus laporan, metode penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan. BAB II LANDASAN TEORI Pa da bab dua ini menjelaskan tentang teori-teori dasar tentang pengujian impak suatu material beserta sifat-sifat mekanis dari material tersebut. BAB III JURNAL PRAKTIKUM Pada bab ini menjelaskan tentang hasil dari praktikum itu sendiri seperti, data hasil praktikum, analisa dari hasil praktikum pengujian impak. BAB IV TUGAS LAPORAN AKHIR Pada bab ini menjelaskan tentang pengerjaan tugas laporan akhir atau pembahasan dari tugas akhir dari data yang telah didapatkan dalam praktkum.

BAB V PENUTUP Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan serta saran yang harus dilakukan.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 TEORI DASAR Pengujian impak bertujuan untuk mengetahui ketangguhan logam akibat pembebanan kejut pada beberapa macam kondisi suhu. Ketangguhan adalah suatu ukuran energy yang diperlukan untuk mematahkan bahan. Suatu bahan ulet dengan kekuatan yang sama dengan bahan rapuh akan memerlukan energy perpatahan yanglebih besar dan mempunyai sifat tangguh yang lebik baik. Penurunan ketangguhan dapat berakibat fatal, oleh karena itu ketangguhan perlu diukur atau dikuantifikasikan secara konvensional yang mana hal tersebut dilakukan dengan uji impak/benturan. Test dalam pengujian impak ada dua, yaitu: drop weight tes yang dikembangkan oleh laboratorium riset naval, standarisasinya berdasarkan ATSM adalah ASTM E208-69. Test naval (dikenal juga dengan Nil- Ductility-Transision Temperature Test) dimaksud untuk keperluan luas, yakni untuk patah getas ( brittle fracture ) dari bahan baja . notched bar test dikenal ada dua metode yang lazim digunakan, yakni : Metode izod yaitu menggunakan batang impak cantilever. Benda uji izod sangat jarang digunakan pada saat sekarang. Pada benda uji izod mempunyai penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dan bertakik V didekat ujung yang dijepit. Metode charpi menggunakan batang impak yang ditumpuk pada ujungujungnya. Benda uji charpy mempunyai luas penampang lintang bujur sangkar dan mengandung takik V, dengan jari-jari dasar 0.25 mm dan kedalaman 2mm. benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang tidak bertakik diberi beban impak dengan ayunan bandul. Benda uji akan melengkung dan patah pada laju regangan yang tinggi. Menurut ATSM ,standarisai notched bar test adalah ATSM E 23-82. Kedua materi diatas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 standarisasi Notched Bar Test Uji impact adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid loading). Pengujian impact merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi mater ial yang sering ditemui dalam perlengkapan transportasi atau konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan dating secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat terjadinya tumbukan kecelakaan. Pada uji impak terjadi proses penyerapan energy yang besar ketika beban menumbuk specimen. Energy yang diserap material ini dapat dihitung dengan menggunakan prinsip perbedaan energy potensial. Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energy potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Pada pengujian impak ini banyaknya energy yang diserap oleh bahan untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau ketangguhan bahan tersebut. Secara umum benda uji impak dikelompokkan ke dalam dua golongan sampel standar yaitu : batang uji charpy banyak digunakan di amerika serikat dan batang uji izod yang lazim digunakan di inggris dan eropa. Benda uji charpy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar (10 x 10mm) dan memiliki takik (notch) berbentuk V dengan sudut 45, dengan jari-jari dasar 0.25mm dan kedalaman 2mm. Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang bertakik diberi beban impak dari ayunan bandul. Benda uji izod mempunyai penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dengan takik V didekat ujung yang dijepit. Serangkaian uji charpy pada satu material umumnya dilakukan pada

berbagai terperatur sebagai upaya untuk mengetahui temperature transisi(akan diterangkan pada paragraph-paragraf selanjutnya). Sementara uji impak denganmetode izod umumnya dilakukan hanya pada temperature ruang dan ditunjukkan untuk material-material yang didesain untuk berfungsi sebagai cantilever. Takik (notch) dalam benda uji standar ditujukkan sebagai suatu konsentrasi tegangan sehingga perpatahan diharapkan akan terjadi dibagian tersebut. Selain bentuk V dengan sudut 45, takik dapat pula dibuat dengan bentuk lubang kunci (key hole). Pengukuran lainnya yang biasa dilakukan dalam pengujian impak charpy adalahpenelaahan permukaan perpatahan untuk menentukan jenis perpatahan (fractografi) yang terjadi. Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu: perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran bidang-bidang Kristal didalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan permukaan patahan berserat yang berbentuk dimple yang menyerap cahaya dan berpenampilan buram. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanismepembelahan (cleavage) pada butir-butir dari bahan )logam) yang rapuh(brittle). Ditandai dengan permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang tinggi (mengkilat). Perpatahan campuran (berserat dan glanular). Merupakan kombinasi dua jenis perpatahan diatas. Selain dengan harga impak yang ditunjukkan oleh alat uji pengukuran ketangguhan suatu bahan dapat dilakukan dengan memperkirakan berapa persen patahan berserat dan patahan kristalin yang dihasilkan oleh benda uji yang diuji pada temperature tertentu. Semakin banyak persentase patahan berserat maka dapat dinilai semakin tangguh bahan tersebut. Cara ini dapat dilakukan dengan mengamati permukaan patahan benda uji dibawah mikroskop stereoscan. Informasi lain yang dapat dihasilkan dari pengujian impak adalah temperature transisi bahan. Temperature transisi adalah temperature yang menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan suatu bahan bila diuji pada temperature yang berbeda-beda. Pada pengujian dengan temperature yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada temperature tinggi material akan bersifat ulet(ductile) ,sedangkan pada temperature rendah material akan bersifat rapuh atau getas(brittle). Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperature yang berbeda dimana pada temperature kamar vibrasi itu berada dalam kondisi kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperature dinaikkan(ingatlah bahwa energy panas merupakan suatu driving forceterhadap pergerakan partikel atom bahan). Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu penghalang (obstacle) terhadap pergerakan dislokasi pada saat terjadi deformasi kejut/impak dari luar. Dengan semakin tinggi vibrasi itu maka pergerakan dislokasi menjadi relative sulit sehingga dibutuhkan energy yang lebih besar untuk mematahkan benda uji. Sebaliknya pada temperature dibawah nol derajat Celcius ,vibrasi atom relative sedikit sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dan benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energy yang relative rendah. Informasi mengenai temperature transisi menjadi demikian penting bila

suatu material akan didisain untuk aplikasi yang melibatkan rentang temperature yang besar, misalnya dari temperature dibawah nol derajat Celcius hingga temperature tinggi diatas 100c ,contoh system penukaran panas (heat exchanger). Hamper semua logam berkekuatan rendah dengan struktur Kristal FCC seperti tembaga dan alumunium bersifat ulet pada semua temperature sementara bahan dengan kekuatan luluh yang tinggi bersifat rapuh. Bahan keramik, polimer dan logam-logam BCC dengan kekuatan luluh rendah dan sedang memiliki transisi rapuhulet bila temperature dinaikkan. Hamper semua baja karbon yang dipakai pada jembatan, kapal, jaringan pipa dan sebagainya bersifat rapuh pada temperature rendah. Proses penyerapan energy ini akan dirubah menjadi berbagai respon material, yaitu Deformasi Plastis, Efek Hysteresi, Efek Inersia. Ada dua macam pengujian impak, yaitu Charpy dan Izod. Perbedaan Charpy dengan Izod adalah peletakan specimen. Pengujian dengan munggunakan Charpy lebih akurat karena pada Izod, pemegang specimen juga turut menyerap energy, sehingga energy yang terukur bukanlah energy yang mampu diserap material seutuhnya. Factor yang mempengaruhi kegagalan material pada pengujian impak notch. Notch pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan pada daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu notch juga akan menimbulkan triaxial stress. triaxial stress ini sangat berbahaya karena tidak akan terjadi deformasi plastis dan menyebabkan material menjadi getas. Sehingga tidak ada tanda-tanda bahwa material akan mengalami kegagalan. Pada temperature tinggi material akan getas akan pengaruh vibrasi elektronya yang semakin rendah, begitupun sebaliknya. Strainrate jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja, maka material akan sempatmengalami deformasi plastis, karena pergerakan atomnya (dislokasi). Dislokasi akan bergerak menuju ke batas butir lalu kemudian patah. Namun pada uji impak, strain rate yang diberikan sangat tinggi sehingga dislokasi tidak sempat bergerak, apalagi terjadi deformasi plastis, sehingga material akan mengalami patah transgranular, patahnya ditengah-tegah atom, bulan diatas butir. Karena dislokasi tidak sempat gerak keatas butir

Anda mungkin juga menyukai