Anda di halaman 1dari 7

Posts: 51

Kandungan ASI on: April 08, 2007, 04:46:20 pm Kandungan ASI Di bawah terdapat tabel yang menunjukkan keunggulan susu manusia (ASI) bila dibandingkan dengan susu hewan. KANDUNGAN TOTAL PROTEIN ASI 1.0% Susu Sapi 3.5% KANDUNGAN PROTEIN SEKETIKA (Secara biologis sangat penting) ASI >70% Susu Sapi <20% PERBANDINGAN KANDUNGAN ASAM AMINO PADA ASI DAN SUSU SAPI

Phenylalanine and tyrosine ASI lebih sedikit (berlebihan dapat berbahaya bagi neonatus) Cystine Lebih banyak pada ASI (essensial untuk pertumbuhan) Methionine Susu sapi lebih banyak (neonatus tidak dapat mengubahnya menjadi sistin karena enzim belum berfungsi sempurna) Taurine 30-40 kali lebih banyak pada ASI (penting untuk perkembangan otak)

Kandungan ASI lainnya secara biokimia :

Protein Laktoalbumin dan laktoglobulin lebih banyak, penting untuk pertahanan tubuh dan antibody Kasein lebih banyak, sehingga lebih mudah dicerna tubuh Karbohidrat Laktosa lebih banyak, penting untuk pertumbuhan Lactobacillus bifidus, menghilangkan infeksi saluran cerna, pertumbuhan sel otak, retensi kalium, fosfor dan magnesium Lemak Asam lemak tak jenuh lebih banyak dan mudah diserap Kolesterol lebih banyak Asam lemak esensial lebih banyak

Asam palmitat lebih banyak Garam empedu lebih banyak lebih banyak membuat absorpsi lebih baik Laktoferin, lysozime, IgA : melindungi bayi dari infeksi gastroenteritis, radang saluran pernafasan dan paruparu, otitis media, dan diare Mineral Kadar Natrium lebih banyak, melindungi neonatus dari dehidrasi dan hipernatremia 50-70% besi diserap dari ASI bila dibandingkan dari susu sapi yang hanya diserap 10-30% ASI mengandung molekul pengikat seng, asam pikolinik, membuat penyerapan seng lebih efisien Rasio kalsium dan fosfor ASI sesuai untuk mineralisasi tulang bila dibandingkan dengan susu sapi

Home > Ibu baru > Serba serbi ASI > Manfaat menyusui > Komposisi ASI

Komposisi ASI

Ada banyak nutrisi yang hanya ada dalam ASI yang penting tidak hanya bagi perkembangan daya tahan tubuhnya akan tetapi juga untuk perkembangan otaknya. Bila Ibu memiliki pertanyaan lebih lanjut, Ibu dapat langsung menanyakannya pada kami. Ibu Gitta Konsultan Perawatan Ibu & Bayi

Ibu dari 2 anak Hubungi kami Email kami Chat

Kandungan ASI nyaris tak tertandingi. ASI mengandung zat gizi yang secara khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan memperkuat daya tahan alami tubuhnya. Kandungan ASI yang utama terdiri dari: 1. LAKTOSA merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan penting sebagai sumber energi . Selain itu laktosa juga akan diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang berperan dalam perkembangan sistem syaraf. Zat gizi ini membantu penyerapan kalsium dan magnesium di masa pertumbuhan bayi. 2. LEMAK merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber energi utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak esensial yaitu: asam linoleat dan asam alda linolenat yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA. AA dan DHA sangat penting untuk perkembangan otak bayi. 3. OLIGOSAKARIDA merupakan komponen bioaktif di ASI yang berfungsi sebagai prebiotik karena terbukti meningkatkan jumlah bakteri sehat yang secara alami hidup dalam sistem pencernaan bayi. 4. PROTEIN Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai pembentuk struktur otak. Beberapa jenis asam amino tertentu, yaitu taurin, triptofan, dan fenilalanin merupakan senyawa yang berperan dalam proses ingatan.

Komposisi zat utama dalam ASI:


1. Laktosa- 7gr/100ml. 2. Lemak- 3,7-4,8gr/100ml. 3. Oligosakarida- 10-12 gr/ltr. 4. Protein- 0,8-1,0gr/100ml. Diare persisten pada anak merupakan berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau lebih yang dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah (disentri). Keadaan ini merupakan penyebab penting kematian pada anak di negara berkembang. Kemudian karena diare berhubungan dengan diare persisten yang semakin meningkat pada pertengahan tahun 1980-an. Organisasi Kesehatan Dunia mengakui bahwa usaha untuk mengendalikan diare persisten belumlah cukup.

Beberapa studi sejak itu telah dilakukan untuk dapat merumuskan strategi penatalaksanaan dan pengendalian diare persisten.1 Sekitar 10 15 % episode diare akut akan menjadi diare persisten yang sering menyebabkan status gizi memburuk dan meningkatkan kematian. Diare persisten menyebabkan 30 50 % dari semua kematian karena diare di negara berkembang. Makalah ini membahas : definisi, angka kejadian, etiologi, patofisiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan diare persisten Definisi

Diare persisten didefinisikan sebagai berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau lebih yang dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah (disentri). Kejadian ini sering dihubungkan dengan kehilangan berat badan dan infeksi non intestinal.5 Diare persisten tidak termasuk diare kronik atau diare berulang seperti penyakit sprue, gluten sensitive enteropathi dan penyakit Blind loop4. Walker-Smith mendefinisikan sebagai diare yang mulai secara akut tetapi bertahan lebih dari 2 minggu setelah onset akut Angka Kejadian Dari 8 studi komunitas di Asia dan Amerika Latin didapati persentase diare persisten antara 3 sampai 23% dari seluruh kasus diare. Pada 7 studi lainnya insiden diare persisten sangat bervariasi. Di India insiden diare persisten per tahun sekitar 7 kasus tiap 100 anak yang berumur 4 tahun atau kurang dan 150 kasus di Brazil. Pada seluruh studi insiden tertinggi pada anak dibawah 2 tahun.1 WHO dan UNICEF memperkirakan pada tahun 1991 diare persisten terjadi 10% dari episode diare dengan kematian sebanyak 35% pada anak di bawah 5 tahun 1,6. Studi di Banglades, India, Peru dan Brazil mendapatkan kematian sekitar 45% atau 30-50% kematian dari diare persisten. Meskipun insiden diare persisten paling banyak terjadi pada anak di bawah 2 tahun, namun kematian sering terjadi pada anak 1 4 tahun dimana malnutrisi sering timbul. Hal ini dikarenakan kamatian oleh karena diare persisten sering berhubungan dengan malnutrisi. Tabel 1. Lamanya episode diare.

Sejumlah studi telah mencoba menemukan patogen utama yang berhubungan dengan diare persisten. Informasi ini berguna untuk meramalkan perjalanan penyakit dan membantu memutuskan apakah perlu pemakaian antibiotik. Empat studi di India, Bangladesh dan Peru menemukan bahwa Rotavirus, Aeromonas, Campylobacter, Shigella dan Giardia Lamblia sama seringnya pada diare akut dan diare persisten. Cryptosporidium lebih sering pada diare persisten dibanding diare akut di Bangladesh. Bukti dari beberapa studi menyatakan bahwa Entero-adherent E Coli terutama dihubungkan dengan diare persisten1,8. Studi Ashraf, dkk di Bangladesh mendapatkan bakteri patogen dari isolasi feses berupa Diaregenic E coli sebesar 66% (ETEC,EAEC dan EPEC) diikuti C jejuni 32%.9 Terdapat banyak bakteri, virus dan parasit sebagai penyebab diare karena infeksi, sejumlah patogen baru memperlihatkan agen penyebab diare yang sering ditemukan. Tabel 3. Penyejuk infeksi diare

Pasien dengan diare persisten melakukan pemeriksaan lebih lanjut berupa mikroskopis dan kultur feses. Pemeriksaan ini merupakan pilihan pertama. Tiga sampel feses harus

dilihat dibawah mikroskop cahaya terhadap parasit oleh yang berpengalaman dan kemudian dilakukan kultur bakteri pathogen. Pemeriksaan antibodi berguna untuk konfirmasi atau mendukung pemeriksaan lain terhadap infeksi tertentu. Serum antibodi spesifik terdapat pada 80 90 % penderita amobiasis infasif, antibodi juga berguna terhadap infeksi yersinia interocolica, namun memerlukan waktu 10 14 hari guna mendapat hasilnya. Kit ELISSA untuk strongiloides dan Schistosoniasis dapat diperoleh secara luas dan digunakan skrening pertama dan terutama bagi pelancong baru kembali dari daerah indemik.

Diare Persisten ( Gastroenterologi anak ) Diare Persisten Diare persisten adalah episode diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung selama 14 hari atau lebih. Diare persisten dibedakan dari diare melanjut, yaitu episode diare akut yang melanjut hingga berlangsung selama 7-14 hari. Etiologi Tidak ada penyebab mikroba tunggal walaupun Shigela, Cryptosporodium, dan E. Coli enteroagregatif mungkin punya peran lebih besar daripada penyebab lain. Faktor Risiko 1. 2. 3. 4. 5. 6. Umur muda (< 18 bulan) Tidak mendapat ASI atau baru dikenalkan dengan susu sapi atau formula Kurang gizi Diare akut dengan etiologi bakteri invasif Tata laksana diare akut yang tidak tepat Melemahnya imunitas

Penatalaksanaan 1. Terapi cairan sesuai derajat dehidrasi. Derajat dehidrasi pada diare persisten ditetapkan sesuai dengan acuan tata laksana diare akut. Hanya perlu berhati-hati

2. 3. 4. 5.

pada diare persisten yang disertai kurang energi protein (KEP) dan penyakit penyerta, yang dapat mengganggu penilaian indikator derajat dehidrasi Anak dengan dehidrasi harus dirawat Untuk anak yang lebih besar, boleh pulang dengan beberapa petunjuk. Bayi yang masih menyusu ASI pemberiannya tidak dihentikan Identifikasi bakteri penyebab dan atasi dengan antibiotik yang sesuai. Pengobatan buta dengan antibiotik atau anti protozoa tidak efektif dan tidak harus diberikan. Anti diare (antimotilitas dan adsorben) harus tidak diberikan. Mencari penyebab lain dan terapi sesuai dengan penyebabnya

Komplikasi Dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia, hipoglikemia, intoleransi laktosa sekunder, kejang, atau malnutrisi energi protein.

Referensi Piranti Lunak Smart Doctor v2.0 Dinkes Banyuasin

Anda mungkin juga menyukai