Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Sejarah Indonesia
Kerajaan Hindu-Buddha
Tarumanagara (358669) Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11) Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9) Kerajaan Sunda (6691579) Kerajaan Medang (7521045) Kediri (10451221) Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14) Singhasari (12221292) Majapahit (12931500)
Kerajaan Islam
Kesultanan Ternate (1257sekarang) Kesultanan Malaka (14001511) Kesultanan Demak (14751548) Kesultanan Aceh (14961903)
Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional (1899-1942) Pendudukan Jepang (19421945) Revolusi nasional (19451950)
Indonesia Merdeka
Orde Lama (19501959) Demokrasi Terpimpin (19591965) Orde Baru (19661998) Era Reformasi (1998sekarang)
lbs
Indonesia: Era 1945-1949 dimulai dengan masuknya Sekutu diboncengi oleh Belanda (NICA) ke berbagai wilayah Indonesia setelah kekalahan Jepang, dan diakhiri dengan penyerahan kedaulatan kepada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Terdapat banyak sekali peristiwa sejarah pada masa itu, pergantian berbagai posisi kabinet, Aksi Polisionil oleh Belanda, berbagai perundingan, dan peristiwa-peristiwa sejarah lainnya.
Daftar isi
[sembunyikan]
y
1 1945 1.1 Kembalinya Belanda bersama Sekutu 1.1.1 Latar belakang terjadinya kemerdekaan 1.1.2 Mendaratnya Belanda diwakili NICA o 1.2 Pertempuran melawan Sekutu dan NICA o 1.3 Ibukota pindah ke Yogyakarta 2 1946
o
y y
2.1 Perubahan sistem pemerintahan 2.2 Diplomasi Syahrir 2.2.1 Penculikan terhadap PM Sjahrir 2.2.2 Kembali menjadi PM o 2.3 Konferensi Malino - Terbentuknya "negara" baru 3 1946-1947 o 3.1 Peristiwa Westerling o 3.2 Perjanjian Linggarjati o 3.3 Peristiwa yang terjadi terkait dengan hasil perundingan Linggarjati o 3.4 Proklamasi Negara Pasundan o 3.5 Agresi Militer I o 3.6 Naiknya Amir Syarifudin sebagai Perdana Menteri 4 1948 o 4.1 Perjanjian Renville o 4.2 Runtuhnya Kabinet Amir dan naiknya Hatta sebagai Perdana Menteri 5 1948-1949 o 5.1 Agresi Militer II o 5.2 Perjanjian Roem Royen o 5.3 Serangan Umum 1 Maret 1949 atas Yogyakarta o 5.4 Serangan Umum Surakarta o 5.5 Konferensi Meja Bundar o 5.6 Penyerahan kedaulatan oleh Belanda 6 Rujukan 7 Lihat pula
o o
[sunting] 1945
[sunting] Kembalinya Belanda bersama Sekutu
[sunting] Latar belakang terjadinya kemerdekaan Sesuai dengan perjanjian Wina pada tahun 1942, bahwa negara-negara sekutu bersepakat untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik koloninya masingmasing bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya. Menjelang akhir perang, tahun 1945, sebagian wilayah Indonesia telah dikuasai oleh tentara sekutu. Satuan tentara Australia telah mendaratkan pasukannya di Makasar dan Banjarmasin, sedangkan Balikpapan telah diduduki oleh Australia sebelum Jepang menyatakan menyerah kalah. Sementara Pulau Morotai dan Irian Barat bersama-sama dikuasai oleh satuan tentara Australia dan Amerika Serikat di bawah pimpinan Jenderal Douglas MacArthur, Panglima Komando Kawasan Asia Barat Daya (South West Pacific Area Command/SWPAC). Setelah perang usai, tentara Australia bertanggung jawab terhadap Kalimantan dan Indonesia bagian Timur, Amerika Serikat menguasai Filipina dan tentara Inggris dalam bentuk komando
SEAC (South East Asia Command) bertanggung jawab atas India, Burma, Srilanka, Malaya, Sumatra, Jawa dan Indocina. SEAC dengan panglima Lord Mountbatten sebagai Komando Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara bertugas melucuti bala tentera Jepang dan mengurus pengembalian tawanan perang dan tawanan warga sipil sekutu (Recovered Allied Prisoners of War and Internees/RAPWI). [sunting] Mendaratnya Belanda diwakili NICA Berdasarkan Civil Affairs Agreement, pada 23 Agustus 1945 Inggris bersama tentara Belanda mendarat di Sabang, Aceh. 15 September 1945, tentara Inggris selaku wakil Sekutu tiba di Jakarta, dengan didampingi Dr. Charles van der Plas, wakil Belanda pada Sekutu. Kehadiran tentara Sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration - pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr. Hubertus J van Mook, ia dipersiapkan untuk membuka perundingan atas dasar pidato siaran radio Ratu Wilhelmina tahun 1942 (statkundige concepti atau konsepsi kenegaraan), tetapi ia mengumumkan bahwa ia tidak akan berbicara dengan Soekarno yang dianggapnya telah bekerja sama dengan Jepang. Pidato Ratu Wilhemina itu menegaskan bahwa di kemudian hari akan dibentuk sebuah persemakmuran yang di antara anggotanya ialah Kerajaan Belanda dan Hindia Belanda, di bawah pimpinan Ratu Belanda.
[sunting] 1946