Anda di halaman 1dari 8

1. Definisi: Batu empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu.

Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelithiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolithiasis. Ada 3 tipe batu empedu yang utama yaitu: 1. Tipe kolesterol, akibat dari gangguan hepar yang mengeksresikan kolesterol berlebihan ke dalam empedu 2. Tipe pigmen empedu, akibat dari proses hemolitik atau infeksi E.Coli atau Ascaris lumbricoides de dalam empedu yang dapat merubah bilirubin diglukuronida menjadi bilirubin bebas yang dapat menjadi kristal kalsium bilirubin. ( tidak b isa dilarutkan, harus dikeluarkan dengan jalan operasi ) 3. Tipe Campuran : Merupakan batu campuran kolesterol yang mengandung kalsium. Batu ini sering ditemukan hampir sekitar 90 % pada penderita kolelitiasis. batu ini bersifat majemuk, berwarna coklat tua. Sebagian besar dari batu campuran mempunyai dasar metabolisme yang sama dengan batu kolesterol1,2,3,6. Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insident ini semakin sering dijumpai pada individu berusia di atas 40. 2. Etiologi: Kolelithiasis lebih banyak ditemukan pada wanita dan faktor resikonya adalah: usia lanjut kegemukan (obesitas) diet tinggi lemak faktor keturunan 3. Patofisiologi Perubahan susunan empedu mungkin merupakan yang paling penting pada pembetukan batu empedu. Hepar penderita batu kolesterol mensekresi empedu

yang jenuh dengan kolesterol. Stasis empedu dalam kandung dapat mengakibatkan supersaturasi progresif,perubahan susunan kimia, dan pengedapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spame sfingter Oddi atau keduanya dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu, menyebabkan insiden tertingi pada tipe kolesterol. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam pembetukan batu, melalui peningkatan deskuamasi sel dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler atau bakteri dapat berperanan sebagai pusat presipitasi. Akan tetapi infeksi mungkin lebih sering menjadi akibat dari pembentukan batu empedu daripada sebab pembentukan batu empedu. Keadaan yang berhubungan dengan batu empedu pigmen kurang luas serta mencakup hemolisis., sirosis, dan penuaan. Keadaan hemolisis menahun apapun akibat infeksi atau hemoglobinopati primer dapat menyebabkan peningkatan yang jelas dalam eksresi bilirubin ke dalam empedu, tempat ia berpresipitasi bersama kolesterol dan membentuk batu. 4. Manifestasi klinik Sebagian besar batu empedu dalam jangka waktu yang lama tidak menimbulkan gejala, terutama bila batu menetap di kandung empedu. Kadang-kadang batu yang besar secara bertahap akan mengikis dinding kandung empedu dan masuk ke usus halus atau usus besar, dan menyebabkan penyumbatan usus (ileus batu empedu). Dari saluran empedu, batu empedu bisa masuk ke usus halus atau tetap berada di dalam saluran empedu tanpa menimbulkan gangguan aliran empedu maupun gejala. Jika batu empedu secara tiba-tiba menyumbat saluran empedu , maka penderita akan merasakan nyeri pasca makan subcostalis atau kuadran kanan atas kanan.. Nyeri cenderung hilang-timbul dan dikenal sebagai nyeri kolik. Nyeri timbul secara perlahan dan mencapai puncaknya, kemudian berkurang secara bertahap. Nyeri bersifat tajam dan hilang-timbul, bisa berlangsung sampai beberapa jam. Lokasi nyeri berlainan , tetapi paling banyak dirasakan di perut atas sebelah kanan dan bisa menjalar ke bahu

kanan. Penderita seringkali merasakan mual dan muntah.. Jika terjadi infeksi bersamaan dengan penyumbatan saluran , maka akan timbul demam , menggigil dan sakit kuning (jaundice) atau ikterus. Kadang nyeri yang hilangtimbul kambuh kembali setelah kandung empedu diangkat , nyeri ini mungkin disebabkan oleh adanya batu empedu di dalam saluran empedu utama. Jadi dapat disimpulkan manifestasi klinis batu empedu yaitu : Batu empedu bisa terjadi secara tersembunyi karena tidak menimbulkan rasa nyeri dan hanya menyebabkan gejala gastrointestinal yang ringan. Rasa nyeri dan Kolik biner Merasakan mual dan muntah Jaundice / Icterus Defisiensi Vitamin

5. Pemeriksaan 1. Anamnesis Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asintomatis. Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepdia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam

2. Pemeriksaan Fisik 1. Batu kandung empedu Apabila ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan

komplikasi, seperti kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrop kandung empedu, empiema kandung empedu, atau pangkretitis. Pada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu. Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas 2. Batu saluran empedu Baru saluran empedu tidak menimbulkan gejala dalam fase tenang. Kadang teraba hatidan sklera ikterik. Perlu diktahui bahwa bila kadar bilirubin darah kurang dari 3 mg/dl, gejal ikterik tidak jelas. Apabila sumbatan saluran empedu bertambah berat, akan timbul ikterus klinis

3. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak

menunjukkan kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang

tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledukus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum biasanya meningkat sedang setiap setiap kali terjadi serangan akut 2. Pemeriksaan radiologist - Foto polos Abdomen Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatika

- Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa

- Kolesistografi Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu

radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu - Computed tomografi (CT) CT Scan juga merupakan metode pemeriksaan yang akurat untuk menentukan adanya batu empedu,pelebaran saluran empedu dan koledokolithiasis.

6. Penatalaksanaan 1.Konservatif a.Diet rendah lemak b.Obat-obat antikolinergik/anti spasmodik c.Analgetik d.Antisiotik, bila disertai dengan kolesistitis. e.Asam empedu ( asam kenodeoksilat)6,75-4,5 gr/hari 2.Kolesistektomi Dengan kolesistektomi pasien tetap dapat hidup normal,makan seperti biasa.Umumnya dilakukan pada pasien dengan kolik bilier atau diabetes. 3.Komplikasi Komplikasi yang paling penting adalah kolesistitis akut dan kronik,koledokolithiasis dan pankreatitis.Yang lebih jarang ialah kolangitis, abses hati, sirosis bilier, empiema, ikterus obstruktif Alasan dijadikan diagnosa banding: Alasan kami menganggap batu empedu sebagai diagnosa banding karena melihat nyeri yang ditimbulkan batu empedu merupakan keluhan utama

pasien datang ke dokter sedangkan pada skenario keluhan utama pasien adalah mata dan kulit kekuning-kuningan serta insiden terbanyak dari batu empedu adalah lansia dan jarang pada dekade awal.

Di susun oleh : 1. Rendra Adi Primana 2. Reni Indarwati 3. Retno Wahyuningdyah 4. Rinny Heldy Leony Bell 5. Ririn Indayani 10207044 10207045 10207046 10207047 10207048

PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI 2009

Anda mungkin juga menyukai