P E N D A H U L U A1 N
Latar Belakang
2
dasar dari setiap upaya pembangunan atau perubahan untuk mencapai
kesejahteraan manusia dan keberlanjutan fungsi alam semesta.
3
Pembagian sumberdaya alam kepunahan. Teknologi daur ulang
menjadi sumberdaya alam terbarui dan limbah cair maupun sampah,
tidak terbarui memberikan pengertian merupakan contoh sumberdaya
tentang fungsi keterlanjutan persediaan terdaur ulangkan.
sumberdaya tersebut bagi kehidupan di
alam semesta. Sumberdaya alam
hayati akan tetap mampu memperbarui
diri, sepanjang eksploitasinya tidak
melampaui laju kembang biaknya,
sedangkan sumberdaya alam tak
terbarui, seperti galian tambang, gas
bumi, batubara, dan sebagainya,
kondisi jumlahnya di alam relatif
terbatas, oleh karena itu akan terurai di
alam bila daya gunanya telah habis.
Kategori sumberdaya alam telah
berkembang dengan penggolongan
sumberdaya alam tak terhabiskan dan
sumberdaya alam terdaur ulangkan.
Sumberdaya alam yang tak terhabiskan
adalah sinar surya, curah hujan, energi
pasang surut, ombak/gelombang arus
(OTEC) dan sebagainya, sedangkan
sumberdaya alam terdaur ulangkan
terkait dengan kemampuan teknologi
untuk daur ulang menjadi komponen
alami kembali, agar pemborosan dan
penggunaan sumberdaya alam yang
berlebihan dapat dikendalikan, dan
tidak mengarah pada kelangkaan dan
4
Masalah sumberdaya alam maupun sumber alam mempunyai sifat interaksi
dan interdependensi dengan kehidupan manusia dan perkembangan ilmu dan
teknologi. Oleh karena pemahaman sumberdaya alam tidak hanya terfokus pada
kepentingan manusia saja, tetapi mempunyai dimensi dalam materi, energi, ruang,
waktu dan keanekaragaman (Watt, 1980 dalam Soeriaatmadja, 1980). Jadi
kategori sumberdaya alam tidak hanya materi dan energi saja, tetapi masih
mempunyai keanekaragaman lainnya. Masalah lain adalah pandangan manusia
yang lebih mementingkan ekonomi daripada pertimbangan ekologi, dalam upaya
memanfaatkan sumberdaya alam. Pandangan ini akan menghambat terwujudnya
‘sustainable development’ yang mengutamakan keserasian, keseimbangan dan
kelestarian fungsi yang terlanjutkan.
5
alam, sumberdaya manusia dan iptek, tidak semuanya dapat menyelesaikan
masalah pembangunan. Pada sisi lain, masalah pembangunan juga dimuati matra
politik, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan dan aspek lainnya. Dalam studi
lingkungan hidup, kondisi sumberdaya alam hayati dan non hayati secara rinci
harus diungkapkan data dan informasinya, sehingga kajian identifikasi, Prediksi
dan evaluasi potensi, pelestarian, pemanfaatan dan dampaknya, didasarkan atas
kondisi dan potensi daya dukung lingkungan yang ada. Kehadiran komunitas
hayati dalam suatu ekosistem merupakan bagian dari keseimbangan lingkungan
(homeostatis lingkungan), sehingga penilaian hadirnya komunitas hayati harus
dilihat dari segi fungsi ekosistem, dan tidak perlu selalu harus dapat memberikan
nilai ekonomi tertentu. Upaya pembangunan sumberdaya binaan yang
memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan, perlu menserasikan antara
kepentingan ekonomi dan pertimbangan ekologi, dalam perencanaan maupun
pelaksanaan pembangunan tersebut. Oleh karena kehadiran lingkungan alami
mempunyai lima fungsi pada terbentuknya lingkungan binaan (Van Raay et. Al
1980 dalam Soeriaatmadja 1986) yaitu fungsi produksi; fungsi pengatur; fungsi
pemurni; fungsi informasi; fungsi pembawa-pemelihara keseimbangan.
6
kuantitas berbagai sumberdaya pada pemanfaatan sumberdaya alam dan
lingkungan dalam kehidupan sangatlah erat, karena hasil analisis atau evaluasi
ketersediaan dan potensi sumberdaya dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
dan perencanaannya, termasuk untuk digunakan sebagai dasar pengelolaan dan
pemantauannya.
Sebagai bagian dari wilayah ekosistem pulau Jawa, Propinsi Jawa Timur
mempunyai berbagai potensi Sumberdaya Alam yang cukup lengkap, untuk dapat
dimanfaatkan bagi pembangunan wilayah, guna meningkatkan kesejahteraan
penduduk. Arah kedepan perlu tahapan peningkatan pengelolaan lingkungan
hidup dengan mengerakkan perekonomian regional dan Nasional yang berbasis
7
teknologi ramah lingkungan. Fungsi
penataan ruang wilayah Jawa Timur
merupakan dasar atas semua bentuk
perencanaan fisik pembangunan, karena
alokasi lahan dan jenis kegiatannya perlu
mempertimbangkan aspek ekologi dan
kajian dampak lingkungan, serta
kemampuan daya dukung
lingkungannya. Hal ini juga perlu di
dukung dengan peraturan perundangan dan pedoman pelaksanaannya, agar
semua kebijakan dalam pemanfaatan ruang dapat ditaati dan dilaksanakan secara
konsisten.
8
mengikat (non-binding agreement) tentang pembangunan berkelanjutan (yang
memuat 27 prinsip dasar), Agenda 21 global (pelayanan masyarakat, pengelolaan
limbah, pengelolaan sumberdaya alam dan lahan), prinsip kehutanan, konvensi
iklim dan konvensi biodiversitas. Selain sejumlah pedoman secara normatif
tersebut, selanjutnya juga perlu memperhatikan pedoman operasional untuk
pencapaian target dengan horison tahun 2015 yang tertuang dalam hasil
Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi tahun 2002 yaitu kebijakan Millineum
Development Goals (MDGs) yang memuat 7 sasaran khususnya pada sasaran
untuk menjamin keberlanjutan lingkungan (Ensure Environmental Sustainability).
10
Landasan Hukum
11
11. Undang-undang No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah
12. Peraturan Pemerintah No.10/2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk
Penataan Ruang Wilayah
13. Peraturan Pemerintah No. 68/1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Peranserta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara
14. Peraturan Pemerintah No. 47/1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
15. Peraturan Pemerintah No. 21/2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran
Instansi Pemerintah
16. Peraturan Pemerintah No. 28/1985 tentang Perlindungan Hutan
17. Peraturan Pemerintah No. 68/1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam
18. Peraturan Pemerintah No. 27/1999 tentqng Analisa Dampak Lingkungan
Hidup
19. Peraturan Pemerintah No. 63/2002 tentang Hutan kota
20. Peraturan Pemerintah No. 16/2004 tentang Penatagunaan Tanah
21. Keputusan Presiden No. 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
22. Peraturan Presiden No. 7/2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional
23. Instruksi Presiden No. 7/1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
12
24. Peraturan Daerah Propinsi Jatim No. 11/1991 tentang Penetapan Kawasan
Lindung di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur
25. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 4/2003 tentang Pengelolaan
Hutan Di Jawa Timur
13
Penyusunan konsep awal dokumen Renstra dilakukan oleh tim kecil (para
konseptor) untuk memformat dan memformulasi materi terintegrasi tentang
14
Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam dokumen awal, berdasar atas data dan
informasi lingkungan hidup yang telah ada. Kompilasi dokumen awal Renstra
tersebut dibahas dan diperbaiki oleh para pakar/ahli yang memahami tentang pola
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan/atau ahli perencanaan, ahli ekonomi
sumberdaya, ahli sosiologi, ahli komunikasi, ahli strategi, ahli ekologi Sumberdaya
Alam, dan para praktisi dan birokrasi yang mempunyai pengalaman lapang tentang
permasalahan dan hasil pelaksanaan program Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Hasil perbaikan tersebut dirumuskan dalam konsep Renstra perbaikan, untuk
kemudian dilakukan uji publik atas sistematika, format, prosedur dan substansi
dokumen Renstra, dengan para fihak yang terkait dengan Pengelolaan Lingkungan
Hidup . Untuk itu, uji publik tersebut dilakukan secara terbuka, dengan para fihak
terkait dengan Pengelolaan Lingkungan Hidup, baik secara perseorangan maupun
kelembagaan. Untuk selanjutnya, perbaikan dan penyempurnaan dokumen
dilakukan konsolidasi hingga menjadi naskah terakhir dari dokumen Renstra
Pengelolaan Lingkungan Hidup, untuk disosialisasikan dan dijadikan panduan
utama dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup .
15
dikedepankan, sebagai bentuk kebersamaan atas tanggung jawab bersama.
Dengan demikian, tidak akan terjadi dominasi atas satu dengan lainnya, dan
musyawarah digunakan sebagai cara mencari alternatif solusi suatu permasalahan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di wilayah masing-masing. Peran dan fungsi
kebijaksanaan dan kearifan dengan santun dan bijak, harus digunakan oleh para
pemimpin formal maupun nonformal dalam mengawal pembangunan menuju
lingkungan hidup yang semakin baik dan sehat, untuk mewujudkan masyarakat
madani Indonesia.
17
sumber alam cenderung berlebihan, mitigasi bencana alam, perubahan iklim/cuaca
global, keanekaragaman hayati menurun, dan berbagai masalah lingkungan hidup
lainnya, yang secara keseluruhan menunjukkan lemahnya komitmen dan
konsistensi berbagai fihak yang terkait dalam mewujudkan Pembangunan
berkelanjutan di Indonesia.
18
m. Konflik sosial tentang pemanfatan lahan/ruang wilayah tidak berdasar fakta
hukum
n. Hunian penduduk di kawasan lindung sulit diatasi, karena faktor ekonomi atau
kemiskinan
o. Ketaatan penduduk pada peraturan belum menjadi tradisi, terutama sejak
memasuki masa reformasi
p. Tradisi ramah ekologi di pedesaan dan perkotaan cenderung dirusak oleh
kebutuhan hidup yang cepat/instan dan mengabaikan dampak lingkungannya
q. Pentaatan dan penegakan hukum versus pengerahan massa untuk pemaksaan
kepentingan kelompok
19
20
di masa datang akan selalu serasi dan berbasis pada kemampuan dukungan
lestari dengan kondisi dan daya dari ekosistem sumberdaya alam dan
dukung ekosistem sumberdaya alam lingkungan hidup. Masa depan
dan lingkungan hidup. Keserasian lingkungan hidup akan bertumpu pada
pemukiman, baik perkotaan dan bagaimana cara pengelolaan
pedesaan, membutuhkan lingkungan hidup saat ini, yang akan
minfrastruktur yang memperhatikan dapat memberikan dampak kumulatif
aspek petrlindungan sumberdaya bagi kehidupan mendatang.
alam. Agar perencanaannya tidak Sumberdaya alam yang digunakan saat
mengabaikan kondisi lingkungan alami ini, tidak boleh mengurangi kemampuan
yang telah ada, atau membangun penggunaannya di masa mendatang.
bersama alam untuk kesejahteraan Dengan demikian hak setiap warga
manusia. negara untuk mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat, secara
bertahap dapat terpenuhi.
Kondisi lingkungan hidup harus
menjadi semakin baik, berkualitas dan
memiliki kemanfaatan yang besar bagi
kehidupan. Dengan demikian
perubahan atau konversi ruang
ekosistem untuk kepentingan
budidaya harus tetap diserasikan
dengan daya dukung lingkungannya.
Untuk ruang wilayah ekosistem yang
masuk katagori preservasi atau
lindung mutlak, tentunya tidak dapat
dikonversi atau alih peruntukan untuk
kepentingan apapun juga. Oleh karena
prinsip berkelanjutan mengandung
makna pada kelangsungan fungsi
kehidupan sepanjang masa, yang
21
Kekuatan :
22
• Sumber air dengan daerah aliran sungai yang relatif merata di wilayah
Kelemahan :
23
• Koordinasi antar sektor atas perbatasan wilayah lingkungan hidup sulit
tersinergi dengan baik
24
B. Faktor Eksternal
Peluang
• Pendidikan lingkungan hidup dapat dilakukan melalui berbagai lini dan level
di sekolah/lembaga pendidikan
25
• Kesadaran lingkungan hidup dapat dilakukan secara
yang telah tumbuh, harus diikuti konsistensi dan taat asas
dengan konsistensi
pelaksanaan Pengelolaan • Komitmen kepemimpinan
Lingkungan Hidup yang baik terhadap Pengelolaan
Lingkungan Hidup, merupakan
• Hak warga negara atas awal kebijakan yang baik dan
lingkungan hidup yang baik dan berkelanjutan
sehat, dapat diterjemahkan
dalam program Pengelolaan • Prinsip dan asas Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang Lingkungan Hidup dapat
terintegrasi diimplementasikan dalam
program dan kegiatan
• Prinsip pencemar membayar, Pengelolaan Lingkungan
dapat ditindak lanjuti dengan Hidup, serta terukur
peraturan dan prosedur tetap keberhasilannya.
yang lengkap
• Meningkatkan pendidik
sumberdaya manusia yang
peduli lingkungan, untuk
melaksanakan pembangunan
berkelanjutan
26
Hambatan
27
Berdasar kajian tersebut di atas, alokasi sumberdaya publik untuk
dan data informasi yang terekam dalam pengelolaan lingkungan hidup.
berbagai dokumen lingkungan hidup Perencanaan dalam pengelolaan
maupun Status Lingkungan Hidup lingkungan hidup mempunyai nilai
Daerah (SLHD) Jawa Timur, dapat strategis dalam mencapai tujuan dan
diidentifikasikan bahwa, sumberdaya sasaran yang telah ditetapkan.
alam dan lingkungan hidup di wilayah Pendekatan holistik dalam
Jawa Timur mempunyai kelemahan p e r e nc a na a n s t ra te g i k s a ng a t
dalam pengelolaan, yang dimulai dari diperlukan, agar sinergi dan muatan
perencanaan hingga pelaksanaan dan kepentingan sektor dapat
pemantauan maupun evaluasinya. terakomodasi dengan baik. Upaya
Potensi sumberdaya alam-lingkungan menjaring kemitraan dalam sinergi
hidup yang besar di wilayah Jawa perencanaan perlu dilakukan, agar
Timur mempunyai peluang dapat muatan pengelolaan lingkungan hidup
digunakan sebagai aset pembangunan menjadi lengkap dan
berkelanjutan, dengan penataan ruang, merepresentasikan kepentingan
fungsi dan manfaat bagi kesejahteraan semua pihak, untuk menuju pada
masyarakat. Prinsip pengelolaan implementasi pembangunan
sumberdaya alam-lingkungan hidup berkelanjutan.
harus menjadi acuan pokok dalam
menyusun perencanaan. Beberapa
asas atau ciri dasar pengelolaan
lingkungan hidup yang harus
memperoleh perhatian adalah sifat
interaksi-interdependensi, keterbatasan
daya dukung lingkungan dan
sumberdaya alami, ciri keberlanjutan,
batasan wilayah ekologi, kelembagaan
dan sinergi program, sampai pada
komitmen kepemimpinan maupun
28
29
Pada tahun 2004 luas lahan kawasan hutan di Jawa Timur pada
kritis didalam kawasan hutan yang tahun 2004 mencapai luas 865.000
meliputi kawasan hutan produksi dan Ha. Kondisi ini mengakibatkan banjir,
hutan lindung seluas 160.000 Ha, tanah longsor dan kekeringan dimusim
yang tersebar antara lain di wilayah kemarau. Kawasan konservasi sumber
Ngawi, Jombang dan Mojokerto. plasma nuftah dan perlindungan
Luas lahan kritis di kawasan hutan daerah bawahan juga mengalami
konservasi seluas 40.000 Ha, kerusakan. Pada tahun 2004 luas
sedangkan di luar kawasan hutan lahan kritis Taman Hutan Raya R.
telah mencapai 665.000 Ha. Selain Soeryo seluas 14.000 Ha, yang
itu pada tahun 2004, banyak terletak di hulu Daerah Aliran Sungai
kawasan hutan yang tidak sesuai (DAS) Brantas yang mengakibatkan
dengan fungsi dan peruntukannya sekitar 60 % mata airnya berhenti
yaitu seluas 251.618 Ha kawasan mengalir ke Sungai Brantas.
hutan produksi yang seharusnya
berfungsi sebagai hutan lindung
serta adanya konversi hutan menjadi
lahan non hutan seperti pemukiman
dan perkebunan mencapai seluas
9.000 Ha yang berada diwilayah
Jember, Banyuwangi, Pasuruan dan Indonesia
• Luas DAS : 12,000 km2 (25% Jawa Timur)
• Penduduk (2001) : 15.5 juta jiwa (45% Jawa Timur)
Mojokerto. Hal ini yang • Panjang sungai : 320 km
• Curah hujan rerata :2,000 mm/tahun
menyebabkan luas lahan kritis diluar • Potensi air : 12 miliar m3/tahun
Jawa Timur
kawasan hutan dan lahan rusak Jawa Timur
30
2. Permasalahan Wilayah Pesisir dan laut
Oleh karena itu untuk mengurangi masalah pesisir dan laut dibutuhkan
pendekatan kemasyarakatan yang menyeluruh, terencana, melibatkan fihak
terkait, serta konsisten dalam pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi. Dengan
meningkatnya pembangunan diwilayah pesisir yang kurang memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup, utamanya didaerah Tuban, Lamongan, Gresik,
Surabaya telah menyebabkan kerusakan ekosistem pesisir dan laut. Sebagai
contoh ekosistem mengrove di Jawa Timur saat ini tercatat 37.237 Ha, dengan
kondisi rusak seluas 11.124 Ha dan tanah kosong yang ideal untuk ditanami
mangrove seluas 5.242 Ha, sedangkan luas hutan mangrove di Jawa Timur
idealnya sebesar 45.000 Ha. Kondisi di Jawa Timur masih kurang optimal.
Untuk ekosistem terumbu karang di perairan laut Jawa Timur, pada tahun 2004
kondisi kerusakannya bervariasi
antara 30 – 80 % yang tersebar
antara lain di wilayah pesisir
Situbondo, dan beberpa pulau kecil
diantaranya, Pulau Sabunten, Pulau
Sesiil, Pulau Bili Raja, Pulau Raas
dan Pulau Mamburit.
31
3. Permasalahan Pencemaran Air, Tanah dan Udara
32
4. Permasalahan Lingkungan Perkotaan
33
lingkungan hidup, untuk kemudian diikuti dengan sosialisasi tentang hak dan
kewajiban mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, dan diikuti
dengan perubahan budaya tingkah laku menuju masyarakat yang hidup baik,
sehat dan bertanggung jawab.
Visi
35
Misi
36
Tujuan
Sasaran
37
38
∗ Pengelolaan ekosistem alami maupun binaan, harus berorientasi pada prinsip
eko-efisiensi, serta mencegah secara dini terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan
∗ Kemampuan purifikasi alami dan daya dukung lingkungan pada suatu habitat
lokasi, dijadikan pertimbangan utama untuk menetapkan peruntukannya
39
Strategi Pembeayaan
40
Beberapa prioritas dalam strategi pembeayaan untuk melaksanakan program
Pengelolaan Lingkungan Hidup, adalah sebagai berikut :
41
42
c. Mengefektifkan pengelolaan hutan serasi dengan sumberdaya alam yang
tersedia;
j. Memelihara taman nasional /suaka alam /taman laut pesisir sebagai aset
sumberdaya alam hayati;
43
2. Arah Kebijakan dan Program Pembangunan untuk Wilayah Pesisir dan
Laut:
44
3. Arah Kebijakan dan Program Pengendalian Pencemaran Air, Tanah dan
Udara :
45
b. Pengembangan jaringan kerjasama kelembagaan untuk bantuan teknis
dan non teknis, guna memanfaatkan teknologi pengolahan sampah;
46
c. Meningkatkan daya kepedulian lingkungan dan responsibilitas masyarakat
terhadap pengelolaan lingkungan hidup yang rutin;
48
1. Sasaran Pembangunan untuk Kelestarian Fungsi Hutan, Lahan dan
Sumber Air adalah :
c. Optimalisasi nilai tambah dan manfaat hasil hutan kayu, berdasar prinsip
kelestarian fungsi hutan;
f. Konservasi hutan dan rehabilitasi lahan pada Daerah Aliran Sungai (DAS)
prioritas untuk menjamin pasokan air dan sistem penopang kehidupan
lainnya;
h. Penerapan iptek yang inovatif pada sektor kehutanan yang dikelola secara
lestari;
49
j. Pembobotan ulang pada tapal batas hutan yang disepakati para pihak
terkait dan menetapkan kewenangan operasional;
k. Pengendalian pola aliran air sungai dalam daerah pengaliran yang saling
berhubungan dalam wilayah tadah hujannya;
m. Menyimpan cadangan air tanah dan secara selektif dalam eksploitasi air
tanah;
50
e. Penyelesaian ketentuan batas laut dan kewenangan pengelolaan di
wilayah pesisir;
51
pengendalian dan pemantauan polusi pada sektor/sumber polusinya;
52
4. Sasaran Pembangunan untuk Permasalahan Lingkungan Perkotaan
adalah:
53
j. Terlaksananya peningkatan upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam
manajemen persampahan untuk mengurangi beban TPA;
54
teduh/rindang dalam suasana kondunsif yang serasi dengan alam
lingkungan sekitarnya
55
56
1. Program Pembangunan untuk Rehabilitasi dan Pencegahan Kerusakan
Hutan, Lahan dan Sumber Air :
PENCEGAHAN
• Penetapan dan penataan Tata Ruang Wilayah (RTRW);
• Pencegahan Kerusakan kawasan konservasi dan kawasan lindung/presevasi
• Moratorium Logging/Jeda Balak di wilayah kritis (selektif dan bertahap)
• Mengefektifkan pengawasan, pengendalian dan evaluasi program
• Mengefektifkan pengawasan, pengendalian dan evaluasi program
• Pengukuhan kawasan hutan, berdasar jenis dan fungsinya
• Penyusunan data potensi sumber daya hutan dan membangun basis-data kehutanan
• Penatagunaan hutan dan pengendalian alih fungsi dan status kawasan hutan
• Pengembangan hutan kemasyarakatan dan usaha perhutanan rakyat
• Pembinaan kelembagaan hutan produksi dan pengendaliannya
• Pengembangan hutan tanaman industri pada lahan konversi
• Pemasaran dan pengendalian peredaran hasil hutan
• Pembinaan industri kehutanan primer, dan hasil hutan non-kayu dan jasa lingkungannya
• Peningkatan nilai tambah dan kualitas hasil hutan produksi
• Menjaga perlindungan mutlak/preservasi pada hutan Taman Nasional
• Penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan peningkatan nilai ekonomi sosial, maupun
ekologi sumber daya hutan dan hasil hutan
• Membangun masyarakat tepi hutan dengan pemberdayaan ekonomi dan fasilitas dasar untuk
kehidupan masyarakat;
• Melindungi setiap sumber air dengan area arboretum
• Menegakkan hukum dan pentaatan peraturan perundang-undangan tentang SDA dan LH
Renstra Pengelolaan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Timur 2006—2010
57
57
PENGENDALIAN
• Perlindungan legalitas peruntukan kawasan untuk penegakan dan pentaatan hukum
• Eksploitasi sumberdaya alam sesuai dengan daya dukung lingkungan dan kemampuannya
• Perubahan hutan produksi dengan kemiringan 40 – 60 % menjadi hutan lindung
• Pengembangan usaha produktif/budidaya disesuaikan dengan tata ruang wilayah
• Pengendalian lalu lintas hasil hutan yang legal, dan menindak kegiatan illegal
• Bekerjasama dengan pihak terkait dalam menangani kasus lingkungan hidup, dengan
menerapkan hukum yang berlaku
PEMULIHAN
• Rehabilitasi dan reboisasi lahan kritis dan kosong didalam dan diluar kawasan hutan, melalui :
Gerakan Rehabilitasi Nasional Hutan Lindung (GRNHL), Gerakan Sejuta Pohon, Penghijauan
kawasan
• Reklamasi dengan komunitas vegetasi pada lahan bekas penambangan terbuka
• Rehabilitasi dan intensifikasi tumbuhan pelindung pada arboretum di sekitar sumber-sumber air
• Pemulihan kerusakan habitat untuk menunjang keseimbangan ekosistem
• Melestarikan fungsi dan habitat keanekaragaman hayati;
• Pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat untuk melindungi sumber alam
• Sosialisasi penerapan hukum pada kasus pelanggaran dan kerusakan sumberdaya alam hayati.
58
2. Program Pembagunan untuk Wilyah Pesisir dan Laut :
PENCEGAHAN
• Penetapan dan pentaatan Tata Ruang Pesisir/ Pantai.
• Perlindungan kawasan pesisir/ pantai strategis sebagai kawasan konservasi/lindung
• Pengembangan sistem MCS (monitoring, controlling, and surveilance);
• Perumusan kebijakan dan penyusunan aturan tentang pengelolaan sumberdaya laut, pesisir, dan
pulau-pulau kecil
• Peningkatan kapasitas kelembagaan dan sosialisasi pentaatan hukum lingkungan
• Membangun kapasitas kelembagaan berbasis kebutuhan dan peraserta masyarakat
• Melestarikan fungsi wilayah pesisir dalam preservasi dan konservasi sumber alam laut
• Pengembangan riset dan teknologi kelautan serta riset sumber daya non hayati lainnya.
• Mensosialisasikan peraturan perundang-undangan tentang wilayah pesisir dan laut
PENGENDALIAN
• Pentaatan dan penegakan hukum, serta tindakan hukum atas kasus pelanggaran
• Mengefektifkan pengawasan dan pengendalian pada setiap pelanggaran hukum
• Pentaatan baku mutu air laut dan tidak menggunakan bahan peledak dan beracun untuk
penangkapan ikan.
• Melindungi peran dan fungsi komunitas terumbu karang dan pasir laut dan mencegah pengambilan
tanpa izin
• Memelihara kelanjutan fungsi pelabuhan tangkapan ikan secara berhasil guna, sesuai dengan
prosedur yang baku
• Mensosialisasikan peranan dan fungsi ekologi-ekonomi dari wilayah pesisir dan laut
• Menata ulang ruang pesisir untuk kemudahan akses publik ke pantai
59
PEMULIHAN
• Rehabilitasi kerusakan mangrove di dalam dan diluar kawasan hutan negara
• Memperbanyak rumpon untuk biota laut di perairan pesisir
• Memperbanyak bangunan pemecah gelombang, mencegah abrasi
• Memelihara keserasian garis pantai, kebersihan dan perlindungan alami
• Menata kembali fungsi tata ruang pesisir yang tidak sesuai peruntukannya
60
3. Program Pembangunan untuk Penanganan Kerusakan Air, Tanah dan
Udara:
PENCEGAHAN
• Penerapan teknologi ramah lingkungan produksi bersih
• Pengembangan sistem manajemen lingkungan
• Pengembangan kapasitasi informasi status pencemaran tanah, air dan udara
• Penyediaan sarana pengolah limbah cair dan padat
• Pemantauan kualitas udara dan badan air secara kontinyu dan terkoordinasi antar daerah dan
antar sektor
• Peningkatan fasilitas laboratorium lingkungan rujukan di tingkat propinsi
• Penyelesaian kasus pencemaran lingkungan secara hukum, melalui penyidikan, penuntutan dan
pengadilan
• Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan di sektor transportasi dan energi dalam upaya
mengurangi polusi udara perkotaan
• Sosialisasi penggunaan teknologi bersih dan eko-efisiensi di berbagai kegiatan manufaktur,
transportasi dan konsumsi produk ramah lingkungan
• Pengkajian mendalam thd dampak perubahan iklim global pada sektor-sektor tertentu
• Adaptasi dampak perubahan iklim pada rencana strategis sektor maupun rencana pembangunan
daerah
• Upaya pendirian satu fasilitas pengelola Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) baru
• Pengintegrasian biaya-biaya lingkungan ke dalam biaya produksi termasuk pengembangan pajak-
progesif dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
• Pengembangan teknologi yang berwawasan lingkungan, termasuk teknologi tradisional dalam
pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan limbah, dan teknologi industri yang ramah lingkungan
61
PENCEGAHAN
• Pengembangan sistem insentif dan disinsentif terhadap kegiatan-kegiatan yang berpotensi
mencemari lingkungan seperti industri dan pertambangan
• Perumusan aturan dan mekanisme pelaksanaan tentang alternatif pendanaan lingkungan seperti
DNS (debt for nature swap), CDM (Clean Development Mechanism), retribusi lingkungan, dan
sebagainya
PENGENDALIAN
• Pentaatan dan penegakan hukum disemua level dan lini dalam pembangunan
• Pengembangan fungsi AMDAL dan Perijinan Pembuangan Limbah ke alam lingkungan;
• Pengembangan kapasitas Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup Daerah (PPLHD), dengan pelatihan, sosialisasi dan pengendalianm tentang perngelolaan
lingkungan hidup
• Optimalisasi pemantauan evaluasi pengelolaan lingkungan oleh penanggung jawab usaha dan
pemberi ijin usaha
• Pengendalian pencemaran Kali Brantas/Kali Surabaya dan Bengawan Solo, serta badan air lainnya
• Peningkatan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pengawasan dampak lingkungan, pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup, melalui keterpaduan dan keterlanjutan kegiatan hingga tahap
penegakan dan kepastian hukum.
62
4. Program Pembangunan untuk Penanganan masalah Lingkungan
Perkotaan:
PENCEGAHAN
• Program kebersihan, kenyamanan dan keamanan kota, berdasar Rencana Umum Tata Ruang
(RUTR) kota dan peraturan pendukungnya
• Sosialisasi untuk pemberdayaan masyarakat di bidang penguatan kelembagaan dan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup
• Peningkatan kualitas sumberdaya alam dalam hal pengelolaan kota dan infrastrukturnya, terutama
pengolahan sampah dan limbah
• Penetapan ruang terbuka hijau (RTH) di Kabupaten/Kota yang terawat baik dan berkelanjutan
• Sosialisasi peraturan perundangundanganan, terkait dengan kebersihan, fasilitas publik dan
keindahan kota
• Penyediaan prasarana dan sarana pengolahan sampah dan komposting, dengan peranserta
masyarakat, antara laindengan pembuatan demplot kompos dan sosialisasinya
• Penambahan jalur hijau/pejalan kaki di wilayah perkotaan dan memelihara kebersihan sungai/
saluran pematusan
• Pengunaan bahan bakar ramah lingkungan di sektor transportasi dan energi, dalam upaya
mengurangi polusi udara perkotaan
• Peningkatan produksi dan penggunaan pupuk kompos yang berasal dari sampah perkotaan
• Pengkajian pendirian perusahaan Tempat Pembuangan Akhir Regional di beberapa kota, khususnya
kota besar dan sekitarnya
Peningkatan infrastruktur lingkungan permukiman pada kawasan kumuh/tidak layak huni di perkotaan
63
PENCEGAHAN
• Pengendalian transportasi kota, terutama alur utama dan kemacetan oleh berbagai jenis kendaraan
dan jam beban puncak
• Pengaturan tata lingkungan kota berdasar Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota secara
konsisten dan taat asas
PENGENDALIAN
• Penegakan dan penerapan hukum dalam kebersihan kota/pengelolaan sampah
• Pentaatan Perda yang terkait dengan masalah Ruang Terbuka Hijau (RTH), kebersihan dan
keamanan kota
• Penetapan daya tampung dan daya dukung untuk wilayah tempat pembuangan akhir sampah
• Peningkatan metode pengolahan sampah dan pembuatan kompos
• Pemantauan penetapan alokasi lahan dan kawasan lindung di wilayah Kabupaten/Kota
• Identifikasi dan pengendalian pertumbuhan kawasan kumuh perkotaan, sesuai daya dukung
lingkungannya
64
PEMULIHAN
• Penatagunaan lahan bekas Tempat Pembuangan Akhir dan fungsi boezem kota
• Peningkatan penghijauan kota untuk mengurangi pencemaran udara
• Perawatan dan memperluas Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk menciptakan iklim mikro dan
estetika ruang wilayah
• Revitalisasi dan perbaikan sarana lingkungan permukiman pada kawasan kumuh.
• Perbaikan dan perawatan drainase kota untuk pengendalian banjir
• Peningkatan fasilitas kebutuhan air bersih dan sanitasi lingkungan pemukiman bagi penduduk kota
• Meningkatkan kepedulian dan peranserta masyarakat dalam pengelolaan kota yang bersih, hijau
dan aman
65
5. Program Pembangunan Kemasyarakatan :
• Pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat di bidang pemulihan kerusakan hutan dan
lahan
• Penguatan kelembagaan masyarakat di bidang pencegahan kerusakan pesisir dan pantai
• Peningkatan peran serta masyarakat di bidang pemulihan kerusakan pesisir dan pantai
• Sosialisasi untuk pemberdayaan masyarakat di bidang hukum lingkungan dan penguatan
kelembagaan di bidang pencegahan permasalahan lingkungan perkotaan
• Penyuluhan dan sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS);
• Peningkatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengawasan dan pengendalian sumberdaya pesisir dan
kelautan
• Penguatan masyarakat dalam rangka mengembalikan peran penegakan hukum berbasis
kepentingan masyarakat
• Sosialisasi dan mengembangkan mekanisme pengaduan masyarakat yang dapat diakses dengan
mudah dan murah oleh segenap lapisan masyarakat
• Kampanye penyadaran pemahaman lingkungan hidup kepada masyarakat melalui media cetak/
elektronik multimedia dan bentuk medium komunikasi publik lainnya
• Upaya penegakan dan pentaatan hukum bagi masyarakat umum perlu disosialisasikan terus,
dengan kampanye melalui berbagai media massa dan tindakan konsisten terhadap pelanggar
hukum, termasuk bagi aparat penegak hukum yang melanggar disiplin penugasan
• Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kelestarian fungsi lingkungan
hidup
PENUTUP 66
67
Sumber daya alam di Jawa Timur merupakan kekayaan dan modal bagi
pembangunan dan pengembangan wilayah. Oleh karena itu pengelolaan dan
alokasi penataan ruang harus didasarkan atas peruntukan dan fungsi ekologisnya,
selain itu masih banyak dijumpai sumber daya alam hayati maupun non-hayati
yang perlu dikelola dan dimanfaatkan secara lestari.Berdasar uraian di atas, dalam
menyusun dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Propinsi
Jawa Timur perlu untuk mempertimbangkan keserasian ekologi, ekonomi, sosial,
etika lingkungan dan kesadaran/kepedulian akan kelestarian fungsi lingkungan
hidup.
68
Timur maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, di dalam menentukan arah
kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dalam Pembangunan Berkelanjutan di
wilayahnya. Penyusunan dokumen Lingkungan Hidup di Jawa Timur ini telah
melalui seri diskusi dan pembahasan materi dari para anggota Tim Inti Dewan
Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Timur, dimana para anggota Tim Inti tersebut
terdiri dari para pakar lingkungan baik yang berasal dari instansi pemerintah,
perguruan tinggi, organisasi profesi, praktisi lingkungan maupun lembaga swadaya
masyarakat bidang lingkungan hidup.
Disamping itu juga telah mendengar saran dan perbaikan dari berbagai fihak
terkait maupun nara sumber perorangan, yang peduli dengan PLH. Diharapkan
nantinya Renstra Pengelolaan Lingkungan Hidup Jawa Timur dapat dipakai
sebagai sumber referensi dan pertimbangan penyusunan program dan kegiatan
pembangunan bagi Pemerintah Propinsi Jawa Timur, maupun Pemerintah Daerah
Kabupaten / Kota se Jawa Timur, didalam menentukan skala prioritas program-
program perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari berbagai
program/kegiatan pengelolaan lingkungan hidup se Propinsi Jawa Timur.
Keseluruhan arah strategis Pengelolaan Lingkungan Hidup yang tertuang didalam
Rencana Strategis Pengelolaan Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Timur dalam
periode tahun 2006 – 2010, dapat dipakai sebagai pedoman maupun acuan oleh
para fihak terkait, dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan di
Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Timur.
69
dan organisasi / kelembagaan lingkungan hidup, amatlah sangat tergantung dari
komitmen dan kompetensi sumberdaya manusia yang melaksanakannya. Oleh
karena itu, rencana strategis pengelolaan lingkungan hidup ini hendaknya dapat
dijabarkan pula untuk pembinaan sumberdaya manusia, seiring dengan rencana
implementasi program hingga perencanaan alokasi anggaran yang memadai.
Untuk itu komitmen dan konsistensi kepemimpinan pada jajaran kepemerintahan
dan lembaga/institusi pendukung lainnya perlu ditindak lanjuti, dengan program
pembaruan kualitas sumberdaya manusia yang utuh dan dapat dipertanggung
jawabkan.
1 Hutan, Lahan 1. Pemetaan & Program perlindungan & 1. Peta kawasan & fungsi 1. Bapedalprov
dan sumber air penetapan TRW hutan konservasi SDA a.l.: hutan di wilayah hutan 2. Dinas Kehutanan
2. Kontrol alih fungsi 1. Pengkukuhan fungsi scara permanen 3. Perhutani
hutan kawasan hutan 2. Keseimbangan konservasi 4. ESDM
3. Penghentian/kontrol 2. Penataan ruang hutan / SDA & terpeliharanya 5. BKSDA
’illegal logging’ reskoring fungsi ekologi secara 6. PU Pengairan
4. Optimalisasi reboisasai 3. Moratorium –logging berkelanjutan 7. Perum Jasa Tirta
& penghijauan 4. Evaluasi TRW hutan dan 3. Tercapainya pengurangan 8. BAPPEPROP
5. Konservasi sumber air, peruntukannya lahan kritis dalam kawasan 9. BAPEDAL/ Dinas
arboretum (lindung 5. Sinkronisasi teknis hutan & luar kawasan LH
mutlak) reboisasai kawasan hutan & hutan 10. PT CQ PSL
6. Peningkatan kapasitas luar kawasan hutan/DAS 4. Optimalissi sumber- 11. Org LSM – LH
air di embung /waduk kritis sumber air di wilayah DAS 12. ORMAS
7. Kontrol populasi 6. Evaluasi sumber/ mata air di 5. Meningkatnya daya 13. PARPOL
penduduk dalam DAS tampung sumber-sumber 14. POLDA
kawasan hutan 7. Penambahan & perawatan air & terkendalinya 15. Kejaksaan Tinggi
waduk, bendung, embung di bencana banjir 16. Pengadilan/
DAS 6. Berfungsinya kembali Tinggi
8. Reset tement penduduk dlm lahan hutan dengan 17. BUMD
kawasan hutan ke lokasi lain tegakan vegetasi &
berkurangnya kawasan
terbuka dalam hutan.
71
No Isu Pokok Kebijakan Program / Kegiatan Target Hasil Instansi Terkait
72
No Isu Pokok Kebijakan Program / Kegiatan Target Hasil Instansi Terkait
4 Basis data Standarisai database Program peningkatan kualitas & 1. Potensi & sumber daya
Lingkungan lingkungan Jawa Timur akses informasi sumber daya alam Jawa Timur
Hidup / alam & lingkungan 2. Akses data internet/
Dokumen SLHD Kegiatan antara lain: validasi data
terpadu 1. Studi pemetaan sumber daya 3. Pemanfaatan data untuk
alam & lingkungan hidup perencanaan
Jawa Timur
2. Menyusun database sumber
daya alam
3. Menyusun neraca lingkungan
hidup Jawa Timur
73
No Isu Pokok Kebijakan Program / Kegiatan Target Hasil Instansi Terkait
6 EMS – produk 1. Menawarkan instrumen Program konsultasi & Peserta EMS semakin nstansi pemerintah /
ramah PLH yang sukarela pemantauan oleh Pemerintah, meningkat, dan Deperindag, Kadin,
lingkungan 2. Sosialisaasi EMS ke dan program aksi EMS oleh tersosialisasinya produk Asosiasi profesi dan
fihak terkait usahawan dan fihak terkait ramah lingkungan di LSM
3. Kampanye produk masayarakat konsumen
ramah lingkungan