Anda di halaman 1dari 43

BAB II PROSES BISNIS KELAPA SAWIT 2.1.

Land Clearing Kultur teknis pembukaan lahan merupakan salah satu faktor yang menentukan kuantitas perolehan produksi. Mutu dan ketepatan persiapan lahan/lapangan akan mempengaruhi beberapa hal, antara lain : Biaya pembukaan/persiapan lahan Biaya, kemudahan dan mutu penanaman kelapa sawit Lama masa TBM / IMMATURE (semakin baik kualitas persiapan lahan, masa TBM akan semakin pendek) Produksi FFB/MKS/IKS Biaya pemeliharaan TBM Biaya pemeliharaan dan biaya panen selama TM Persiapan lahan untuk penanaman dibedakan menjadi 3, yaitu : Untuk Tanaman Baru (TB), lahan yang digunakan masih berupa hutan sehingga perlu dilakukan blocking area. Untuk Tanaman Ulang (TU), atau biasa disebut replanting/peremajaan dengan komoditas tanaman yang sama. Misalkan tanaman sawit yang sudah tidak produktif diremajakan dengan ditanam kelapa sawit kembali. Untuk Tanaman Konversi (TK), yaitu peremajaan tanaman kembali akan tetapi bahan tanaman diganti dengan komoditas lain, misalkan kelapa sawit diganti dengan karet, atau sebaliknya. Dengan berdasarkan pertimbangan bahwa peremajaan ditujukan untuk dapat mempertahankan produksi agar optimum. Beberapa pertimbangan untuk melakukan peremajaan adalah : -

Rata-rata produksi per Ha tanaman yang akan diremajakan Biaya per ha dan biaya per kg tandan buah segar (TBS) tanaman yang akan diremajakan, yang disebabkan produktifitas yang sudah rendah dengan faktor kesulitan dalam penggalian produksi karena tanaman sudah terlalu tinggi.

Pertimbangan

harga

jual

produk CPO dan PKO di pasaran, dan

ketersediaan modal untuk melakukan peremajaan.


A. Langkah-langkah persiapan lahan tanam Tanaman Ulang Kelapa Sawit

Langkah-langkah persiapan lahan agar tersedia lahan yang sesuai sebagai media tumbuh tanaman, yang nantinya akan berpengaruh produktifitas tanaman : 1. Bajak I
a. Pelaksanaan pekerjaan menggunakan Tractor 4 WD minimal 120 HP (misal :

Ford 6610). b. Implement yang digunakan adalah Disc Plow berdiameter 32 inchi (4 Disc). c. Bajak I dilakukan sebelum pembongkaran tanaman kelapa sawit.
d. Arah pada Bajak I untuk satu blok pekerjaan adalah Utara - Selatan atau

searah dengan barisan tanaman. Semua tanah terbalik rata dengan kedalaman minimal 27 cm.

Foto 1 & 2. Hasil pekerjaan bajak I searah dengan barisan tanaman (utara-selatan)

2. Bajak II a. Bajak II dilakukan 15 21 hari setelah Bajak I tetapi sebelum pembongkaran tanaman kelapa sawit.

b. Pelaksanaan pekerjaan menggunakan Tractor 4 WD minimal 120 HP (misal :

Ford 6610) . c. Implement yang digunakan adalah Disc Plow berdiameter 32 inchi (4 Disc).
d. Arah pada Bajak II memotong (45) terhadap Bajak I, yaitu arah Tenggara -

Barat Laut atau Timur Laut - Barat Daya. Semua bongkah-bongkah tanah besar hasil Bajak I menjadi pecah dan semua rumput-rumput hijau tidak ada lagi. Dengan demikian permukaan tanah asli (top soil) semuanya sudah terbalik dan pecah dengan kedalaman minimal 27 cm.

Foto 3 & 4. Proses pekerjaan bajak II, memotong 45 dari bajak I

3. Pembongkaran Tanaman
a. Gali tanah di Utara Selatan bonggol akar kelapa sawit yang akan dibongkar

(searah barisan tanaman) dengan bucket excavator, sedalam 80 cm.


b. Penumbangan pohon kelapa sawit. c. Setelah pohon ditumbang, lubang bekas bongkaran tersebut dikeruk sampai

kedalaman 80 cm dan radius 200 cm untuk mengeluarkan sisa bonggol dan akar yang masih tersisa.
d. Tumbangan pohon kelapa sawit/tunggul yang telah dibongkar dikumpulkan

dan dirumpuk dalam barisan rumpukan arah Utara - Selatan (searah dengan

rencana barisan tanaman) dengan lebar rumpukan 2 m (3 batang per rumpukan), 2 batang dibawah dan 1 batang di atas.
4. Ayap

Pekerjaan ayap dilakukan bertujuan untuk membersihkan akar-akar dan sampah lainnya, bisa dilakukan secara mekanis dengan menggunakan Trash Rake atau dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia. a. Sisa-sisa akar dibersihkan, sehingga lubang bongkaran menjadi bersih dari sisa serpihan akar. b. Akar-akar ex-tunggul/bonggol/sisa-sisa akar ex-bongkaran pohon yang terserang ganoderma harus dikutip bersih dan ditempatkan pada rumpukan tumbangan pohon dan diusahakan terkena sinar matahari langsung (tidak boleh dibenamkan dalam tanah).

5. Garu
a. Pelaksanaan pekerjaan menggunakan Tractor 4 WD (misal : Ford 6610) . b. Implement yang digunakan adalah Disc Harrow berdiameter 32 inchi (4 Disc).

c. Arah pada Garu I adalah Utara - Selatan (searah dengan rencana barisan tanaman). Bertujuan agar bongkah-bongkah tanah menjadi remah dan gembur semuanya. 2.2. Pembibitan Kualitas benih/bibit (jenis dan pertumbuhannya) adalah faktor utama yang menentukan produksi per ha adalah kualitas bibit. Umur tanaman kelapa sawit mulai dari ditanam sampai peremajaan kembali dapat mencapai 25 - 30 tahun, maka jenis dan kualitas bibit menjadi perhatian utama. Sesudah beberapa tahun tumbuh di lapangan, rehabilitasi faktor jenis dan kualitas tanaman tidak pernah mungkin dapat dilakukan, sedangkan faktor-faktor lain masih dapat diperbaiki pada tahun-tahun berikutnya. Pembibitan bertujuan agar memperoleh bahan

tanam yang prima dan berkualitas yang nantinya akan menunjang produksi pada masa eksploitasi. 1. Pembibitan UU Padang Ratu Pembibitan UU Padang Ratu memakai metode pembibitan Double Stage, yaitu pembibitan dibagi 2 tahap, tahap pre nursery selama 3 bulan dan tahap main nursery 9 bulan. Varietas bibit yang dipakai adalah jenis D x P dari Marihat (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) dengan jenis persilangan 05 - 73 B. Jarak tanam bibit di Main Nursery adalah 90 cm x 90 cm x 90 cm (segitiga sama sisi), dengan ukuran largebag 50 cm x 40 cm disusun kearah Utara - Selatan. Setiap 5 baris bibit dibuat jalan kontrol selebar 156 cm atau dengan menghilangkan 1 barisan bibit. Setiap 50 m dibuat juga jalan kontrol membelah barisan bibit dari Barat Timur. Penyiraman bibit dilakukan 2 x sehari, yaitu pada pagi hari jam 06.00 11.00 dan sore hari jam 15.00 - 17.00 sebanyak 2 liter/hari. Apabila terjadi hujan dengan curah hujan > 8 mm maka tidak dilakukan penyiraman.

Foto 5. Jalan kontrol di setiap 5 baris bibit

Foto 6. Jarak tanam 90 x 90 x 90 cm

Pengendalian gulma di areal Main Nursery dilakukan secara manual dengan rotasi 2 x sebulan. Weeding dalam artinya mengendalikan gulma yang ada dalam largebag dengan cara di cabut, sedangkan weeding luar artinya mengendalikan gulma di inter-row dengan menggunakan cangkul (kesrik).

Kondisi inter-row harus dalam kondisi P0, yaitu tidak ada gulma sama sekali (clean weeding) karena gulma yang tumbuh akan menjadi inang dari hama dan penyakit, terutama belalang yang memakan daun.

Foto 7 & 8. Kondisi Inter-row bersih tanpa gulma (P0)

2.

Pembibitan UU Rejosari Pembibitan di UU Rejosari memakai metode pembibitan Double Stage,

yaitu pembibitan dibagi 2 tahap, tahap pre nursery selama 3 bulan dan tahap main nursery. Varietas yang dipakai adalah varietas Dami Mas. Saat ini bibit sudah berumur 23 bulan dengan jarak penyusunan polybag yang dipakai adalah 105 cm x 105 cm x 105 cm, hal ini dilakukan untuk mengurangi etiolasi pada bibit, karena bibit yang sudah tumbuh besar. Baris bibit disusun ke arah utara - selatan, dan setiap 12 baris diberi jarak untuk jalan kontrol selebar 210 cm, yang berfungsi untuk mempermudah pekerjaan pemeliharaan dan kontrol kondisi bibit. Sanitasi bibit bertujuan untuk menunjang pertumbuhan vegetatif bibit, dilakukan pembuangan bunga yang biasa disebut kastrasi. Karena bunga tersebut belum dibutuhkan pada masa pembibitan. Bunga yang dipotong tersebut dibuang diantara barisan bibit. Untuk mempermudah pelaksanaan perawatan bibit dilakukan pemangkasan pelepah paling bawah, terutama pelepah yang sudah kering, dengan menggunakan alat menyerupai sabit dan disusun diantara barisan bibit.

Foto 9 & 10. Bibit berumur 23 bulan dan siap salur ke areal produksi

Foto 11. Penunasan pelepah kering

Foto 12. Pembuangan bunga pada bibit

Penyiraman bibit dilakukan 2 x sehari, yaitu pada pagi hari jam 06.00 11.00 dan sore hari jam 15.00 - 17.00. Apabila pada hari itu terjadi hujan dengan curah hujan > 8 mm maka tidak dilakukan penyiraman. 2.3. Penanaman Bibit Kelapa Sawit Pola tanam biasanya berbentuk segitiga sama sisi. Panjang sisi (jarak tanam) harus dibuat seoptimal mungkin, sehingga setiap individu tanaman mendapat ruang lingkungan yang memadai dan seragam untuk mendapatkan produksi per ha yang maksimal selama satu siklus hidup. Jarak tanam yang dipakai di PTPN VII (UU Bekri) adalah 9 m x 9 m x 9 m dengan populasi tanaman 142 pohon/ha. Perhitungan jarak tanam dan jumlah populasi adalah sebagai berikut :

A. Pancang Tanam Tujuan pekerjaan pancang tanam adalah memberikan tanda-tanda untuk pembuatan lubang tanam, sesuai populasi dengan jarak tanam yang direncanakan. Pada Tanaman Baru pancang tanam juga berfungsi sebagai pedoman untuk pembuatan sarana (jalan), parit, teras kontur, dan menanam kacangan. B. Lubang Tanam Tujuan Pekerjaan pembuatan lubang tanam adalah memberikan media tumbuh yang baik bagi akar tanaman pada saat awal penanaman dan mempermudah peresapan pupuk ke dalam tanah sehingga mempercepat tanaman mengabsorbsi pupuk tersebut, serta memperbaiki aerasi tanah, sifat fisik dan kimia tanah, paling tidak pada lubang tanam tersebut. C. Penanaman Penanaman sebaiknya dilakukan pada saat awal musim hujan, sehingga bibit yang stres akibat transplanting bisa dapat tumbuh dengan baik. Bola tanah tidak boleh pecah dan penanaman tidak boleh terlalu dalam ataupun terlalu dangkal.

D. Penyisipan/penyulaman Penyisipan pada prinsipnya memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan pada saat penanaman awal, sehingga nantinya mendapatkan produksi per hektar yang maksimal dengan mempertahankan populasi per hektar. Penyisipan harus dilakukan sedini mungkin. Penyisipan yang terlambat akan menjadi sia-sia karena tanaman sisipan tersebut tidak dapat mengejar pertumbuhan tanaman awal. 2.4. Penanaman LCC

Manfaat pembangunan penutup tanah Leguminose Cover Crop adalah sebagai berikut :
-

Menekan

pertumbuhan

gulma,

sehingga

dapat

menghemat

biaya

pengendalian gulma. -

Meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Memperbaiki kondisi fisik tanah yaitu aerasi dan menjaga kelembaban tanah. Mencegah dan mengurangi erosi permukaan tanah. Mengikat (fiksasi) unsur hara Nitrogen dari udara, dan dengan demikian memperkaya tanah dengan senyawa Nitrogen. Menekan pertumbuhan hama dan penyakit tertentu. Leguminose Cover Crop (LCC) yang digunakan adalah Muccuna

Brahteata. LCC ini mempunyai tingkat pertumbuhan yang sangat cepat, yaitu 25 cm perhari, sehingga salah satu fungsi LCC sebagai pengendali pertumbuhan gulma di areal produksi dapat berjalan dengan cepat, yang akhirnya nanti dapat menghemat biaya pengendalian gulma dan membantu pertumbuhan tanaman secara vegetatif. 1. Perbanyakan secara vegetatif (stek) Pebanyakan Muccuna bisa dilakukan dengan perbanyakan vegetatif, yaitu dengan cara stek. Bahan stek dapat diperoleh dari tanaman Muccuna yang ada di areal. Tahap-tahap penyetekan adalah sebai berikut : a. Pembuatan bedengan dengan lebar 120 cm, agar dapat menampung 20 babybag. Sisi bedengan dipasang bambu yang berfungsi sebagai penahan babybag. b. sinar matahari. c. Babybag dengan ukuran lebar 5 cm dan panjang 15 cm diisi dengan tanah top soil yang sudah diayak dan ditambah dengan pupuk RP sebanyak 10 gram/babybag. d. Ambil 2 ruas batang Muccuna yang sehat, ruas bawah untuk tumbuhnya akar sedangkan ruas atas untuk tumbuhnya daun. Pembuatan naungan dengan tinggi depan 120 cm dan belakang 80 cm, menghadap timur, agar hasil stek dapat memperoleh

Ruas yang diambil adalah ruas yang masih tumbuh aktif, tidak terlalu muda ataupun tidak terlalu tua. e. f. Batang Muccuna diambil dari tanaman Muccuna yang Batang dipotong 5 cm dari ruas dibagian pangkal sudah berumur minimal 1 tahun. yang nantinya sebagai tempat tumbuhnya akar, dan dipotong 2 cm dari ruas bagian ujung untuk tumbuhnya tunas. g. Batang Muccuna yang sudah dipotong supaya dijaga kelembabannya, dengan cara ditutup menggunakan karung basah atau direndam dalam air, tidak boleh terkena sinar matahari langsung. h. i. j. k. tidak tererosi. l. bagian depan di buka. m. kondisi iklim. n. 6 - 8 minggu setelah penanaman, batang stek tersebut dapat dipindahkan ke areal produksi. 2 minggu setelah penanaman, semua penutup bedengan dibuka semua, agar tunas pada batang stek dapat menyesuaikan 1 minggu setelah penanaman, penutup bedengan Batang Muccuna siap di tanam di babybag, ruas Sebelum dan sesudah penanam batang stek, bagian akar harus dibawah, tidak boleh terbalik. babybag disiram sampai jenuh. Sesudah penanaman batang stek, bedengan ditutup Penyiraman dilakukan 2 x/hari, yaitu pada pagi dan yang bertujuan untuk menjaga kelembaban batang stek. sore hari. Penyiraman harus memakai gembor agar tanah pada babybag

Foto 13. Ruas batang Muccuna yang baik

Foto 14. Ruas batang Muccuna yang jelek

Foto 15. Penyusunan babybag di bedengan

Foto 16. Penutupan bedengan

Foto 17. Pembuatan lubang tanam

Foto 18. Penanaman batang Muccuna

2.5. Pemeliharaan TBM 1. Kastrasi Pekerjaan kastrasi yaitu pekerjaan membuang bunga jantan dan betina yang memang pertumbuhan generatif belum dibutuhkan pada saat masa TBM,

dan dihentikan pada saat menjelang masa TM, yaitu pembuangan bunga jantan dihentikan pada saat 8 bulan menjelang TM dan pembuangan bunga betina dihentikan pada saat 6 bulan menjelang TM. Pekerjaan kastrasi bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan

vegetatif tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh besar lebih cepat karena tidak terganggu dengan pertumbuhan generatif tanaman. Kastrasi mulai dilakukan apabila tanaman sudah berbunga ( 12 bulan), akan tetapi tidak menutup kemungkinan tanaman sudah mulai berbunga pada umur kurang dari 12 bulan. Pada saat pelaksaaan pekerjaan kastrasi, tidak boleh melukai batang apalagi memotong pelepah. Bunga jantan dan bunga betina yang sudah terpotong dibuang diluar bokoran.

Foto 19. Bunga sawit yang dibuang

Foto 20. Alat kastrasi

Foto 21 & 22. Pekerjaan kastrasi

2. Bokor Manual Pekerjaan bokor manual adalah membersihkan bokoran dari gulma dengan menggunakan cangkul sehingga bokoran dalam kondisi P0 (Clean Weeding). Pekerjaan bokor manual ini bertujuan agar tidak ada kompetisi penyerapan hara antara tanaman dan gulma, karena bokoran di TBM adalah tempat penaburan pupuk. Disamping itu bokoran juga berfungsi untuk pengendalian hama dan penyakit, apabila tanaman terserang hama dan penyakit maka akan mudah dan cepat terdeteksi. Pemeliharaan bokoran dilakukan dengan cara dikesrik dengan

menggunakan cangkul dari sisi luar menuju ke sisi dalam bokoran, rumput dan gulma lain dikumpulkan dan di buang di luar bokoran (dijemur di gawangan mati agar tidak tumbuh lagi), sedangkan tanah yang ikut tercangkul di timbunkan pada pangkal tanaman kelapa sawit. Hal ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar-akar baru pada bonggol, karena tanah yang ditimbunkan tersebut adalah tanah top soil. Bokoran dibuat dengan jari-jari 1 - 1,5 m atau selebar tajuk daun.

Foto 23 & 24. Pemeliharaan Bokoran

3.

Rembet Pekerjaan Rembet merupakan pekerjaan mengendalikan sulur Muccuna

yang menjalar ke bokoran atau bahkan yang sudah melilit tanaman, mengingat pertumbuhan tanaman ini sangat cepat yaitu 20 - 25 cm per hari. Pengendalian

pertumbuhan Muccuna hanya dilakukan di daerah bokoran dan tanaman saja, selain di daerah tersebut, perlu dilakukan perawatan tanaman Muccuna tersebut. Pengendalian pertumbuhan Muccuna dilakukan untuk mencegah sulur Muccuna merambat dan melilit tanaman kelapa sawit, yang nantinya malah akan menghambat pertumbuhan tanaman, karena tanaman akan tertutupi oleh tanaman Muccuna tersebut. Rembet dilakukan dengan cara melipat sulur Muccuna kearah luar bokoran dan membuka lilitan sulur yang melilit tanaman dengan tidak diperbolehkan memotong pelepah kelapa sawit. Rembet dilakukan dengan menggunakan cangkul dan sabit.

Foto 257 & 26. Pengendalian pertumbuhan Muccuna yang menjalar ke Bokoran

4.

Pembuatan Jalan Kontrol Pekerjaan pembuatan pasar kontrol adalah membuat jalan dengan

membuka hamparan tanaman Muccuna dan meratakan tanah dengan lebar 1,2 meter. Pada masa TBM, jalan kontrol berfungsi untuk memudahkan kontrol pengawasan dan jalan untuk kegiatan perawatan lainnya. Untuk TBM 1, jalan kontrol dibuat dengan rasio 4 : 1, artinya dalam 4 baris tanaman dibuat 1 jalan kontrol. Pembuatan jalan kontrol menggunakan sabit dan cangkul. Pertama-tama hamparan Muccuna dibelah menggunakan sabit, selanjutnya tanaman Muccuna

di lipat kearah samping selebar 1,2 meter. Gundukan-gundukan tanah yang ada di jalan kontrol tersebut diratakan dengan menggunakan cangkul dan apabila lubang di tutup dengan tanah.

Foto 27 & 28. Pembuatan jalan kontrol pada TBM 1

5.

Ecer Tandan Kosong Lubang Ganda Pemberian tandan kosong pada lubang ganda berfungsi untuk

memperbaiki struktur tanah sehingga unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman bisa tersedia walaupun secara slow release. Pada dasarnya pemberian tandan kosong tersebut adalah salah satu kegiatan pemberian pupuk organik. Lubang ganda diisi dengan tandan kosong masing-masing 200 kg, jadi dosis per pohon adalah 400 kg ( 12 angkong). Alat yang digunakan untuk mengecer tandan kosong adalah kereta sorong (angkong), gancu, dan cangkul. Setelah lubang ganda diisi tandan kosong, lubang tersebut ditimbun tanah. Hal ini bertujuan agar tumpukan tandan kosong tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya hama Oryctes yang nantinya dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Foto 29. Tandan kosong pada lubang ganda

Foto 30. Penimbunan tanah

2.5. Pengendalian Gulma di TM Pengendalian gulma adalah mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh di areal tanaman yang diusahakan agar persaingan dengan tanaman utama dapat ditekan. Pada dasarnya pengendalian/pemberantasan gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada 2 (dua) tempat, yaitu di bokoran dan di gawangan (inter-row). Tujuan pemberantasan gulma umum di piringan :
-

Mengurangi kompetisi unsur hara dan air, karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan/pokok. Untuk meningkatkan efisiensi pemupukan. Untuk mempermudah kontrol pelaksanaan panen dan aplikasi pemupukan. Memudahkan pengutipan brondolan (menekan loses brondolan). Tujuan pengendalian gulma di gawangan : Mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari Mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain Menekan populasi hama (terutama pada TBM)

A. Pengendalian Lalang (Imperata Cylindrica)

Tujuan -

pemberantasan

lalang

adalah

untuk

menghentikan

perkembangbiakannya, karena : perkembangan populasinya sangat cepat (dengan bunga dan rhizome)

ditinjau dari segi penyediaan bahan organik, lalang tidak memberikan kontribusi pada kondisi populasi yang tinggi, sangat berperanan penyulut kebakaran menyerap unsur hara dan air yang disimpan di rhizome Pada pertumbuhan lalang yang meluas (sheet), metode pengendalian

yang efektif adalah dengan cara kimia yaitu penyemprotan herbisida. Jenis herbisida yang efektif adalah yang bernbahan aktif Glifosat. Pertumbuhan lalang yang masuk dalam kondisi ringan dan terpencar-pencar akan lebih efektif jika diberantas dengan metode wiping (mengusap) dengan bahan kimai Glifosat.

B. Pemeliharaan Bokoran dan Gawangan Bokoran, dan gawangan merupakan beberapa sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan. Supaya berfungsi sebagaimana mestinya, maka sarana tersebut mutlak memerlukan pemeliharaan yang cara kimia (semprot) dan cara manual. a. Pemeliharaan Bokoran Pemeliharaan bokoran dengan cara manual yaitu dengan cara membersihkan semua gulma dan sampah-sampah yang ada di dalam bokoran dengan menggunakan cangkul. Kondisi bokoran harus dalam kondisi P0 (clean weeding) dengan jari-jari 2 m dari pangkal batang. Pengerjaan bokoran manual dimulai dari sisi luar bokoran menuju ke pangkal batang, dan tanah yang terikut ditimbunkan ke pangkal batang setelah rumput dan gulmanya dibersihkan terlebih dahulu. Pemeliharaan bokoran dengan cara kimia yaitu penyemprotan bokoran dengan herbisida yang berbahan aktif glifosat. Penyemprotan harus merata di bokoran dengan jari-jari 2 m dari pangkal batang. b. Pemeliharaan Gawangan berkesinambungan. Pemeliharaan bokoran dan gawangan dilakukan dengan cara kombinasi antara

Gawangan diusahakan selalu dalam kondisi P3, artinya 70 % kacangan dan 30 % rumput lunak. Dilakukan dengan cara manual menggunakan cangkul. Gulma berkayu harus di cabut sampai ke akar dan tidak diperbolehkan dibabat (slashing). c. Pemeliharaan Pasar Tikus Pemeliharaan pasar tikus dilakukan dengan cara kima, yaitu di semprot menggunakan herbisida dengan bahan aktif glifosat, yang bertujuan untuk menciptakan kemudahan bagi pemanen dalam mengangkut buah ke TPH. 2.6. Pemupukan Pemupukan merupakan sebuah tindakan agro management untuk mempertahankan perkebunan, kesuburan pupuk tanah dan menunjang peranan keberhasilan yang penting bisnis untuk karena mempunyai

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. A. Pupuk An Organik Dosis pemupukan yang diberikan berdasarkan rekomendasi dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit melalui analisa daun (LSU) dan analisa tanah (SSU), sehingga pemberian pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan memberikan keuntungan yang tinggi melalui peningkatan produksi dan penggunaan pupuk yang efektif dan efisien. Setelah rekomendasi pemupukan dikeluarkan oleh PPKS dan adanya surat panduan pemupukan dari Kantor Direksi (surat edaran), maka sebelum dilakukannya pemupukan, pihak afdeling harus membuat SOP Pemupukan yang berisi tentang : Organisasi Pemupukan Kebutuhan pupuk berdasarkan jumlah pohon sehat, jenis pupuk, dan dosis pupuk Peta Ecer Besar Peta Ecer Kecil

B. Pupuk Organik

Disamping pemberian pupuk an-organik, pemupukan organik uga dibutuhkan tanaman walaupun sifat pupuk organik adalah slow release tapi pemupukan bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah. a. Bokor Timbun dengan menggunakan Tandan Kosong Pada dasarnya perlakuan penimbunan bokoran ini disebabkan oleh turunnya permukaan bokoran sehingga bokoran tergenang apabila musim hujan. Turunnya permukaan bokoran disebabkan oleh pada waktu penanaman bibit menggunakan metode big hole, yaitu lubang besar 2 m x 2 m dan diisi dengan tandan kosong, dan akhirnya tandan kosong tersebut melapuk. Sebelum dilakukan penimbunan dengan tanah, tandan kosong dan pelepah disusun terlebih dahulu, kemudian ditimbun dengan tanah. perlakuan pemberian tandan kosong ini disamping untuk meratakan bokoran juga sekaligus bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah.

Foto 31. Penyusunan Tandan kosong

Foto 32. Penimbunan tanah

b. Pupuk Kompos dari Tandan Kosong

Pupuk kompos berasal dari tandan kosong yang sudah dilakukan fermentasi dengan disiram memakai efluen (limbah cair). Pupuk kompos ini ditabur merata di dalam bokoran dengan dosis sebanyak 50 kg/batang.

Foto 33 & 34. Pemupukan kompos tandan kosong

2.7. Pengendalian Hama dan Penyakit Budidaya tanaman secara monokultur dapat mengakibatkan kondisi alam yang tidak seimbang, akibatnya muncul hama dan penyakit yang menyerang tanaman utama. Pada dasarnya pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah mengendalikan suatu kehidupan. Oleh karena itu konsep pengendaliannya dimulai dari pengenalan dan pemahaman dari siklus hidup hama/penyakit itu sendiri. Upaya mendeteksi hama dan penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak untuk dilaksanakan (Early Warning System). Keuntungan deteksi dini adalah selain akan memudahkan tindakan pencegahan dan pengendaliannya juga agar tidak terjadi ledakan serangan yang tidak terkendali/terduga. A. Pengendalian UPDKS Serangan hama ulat api dan ulat kantong (atau disebut ulat pemakan daun kelapa sawit), telah banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dengan terjadinya eksplosi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan kehilangan daun (defoliasi) tanaman yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi.

Foto 35. Ulat api

Foto 36. akibat serangan ulat kantong

Ada 3 (tiga) tahap pemeriksaan/pengamatan dalam metode yang dikenal dengan Early Warning System, yaitu : a. Sensus Global Sensus global dilakukan dengan cara menentukan baris dan pohon sampel dan melakukan pengamatan pada pelepah yang mengalami serangan berat dengan rotasi 4 x per bulan. Rotasi I II III IV Baris Ke 3, 16, 29, 42 6, 19, 32, 45 9, 22, 35, 48 12, 25, 38, 50 Pohon Ke 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45

Setelah melakukan pengamatan/perhitungan jumlah ulat per blok, maka dilakukan scoring tingkat serangan pada blok tersebut. Cara perhitungan dan penentuan score tingkat serangan adalah sebagai berikut : Nomor Pohon Nomor Baris 3 16 29 42 Rata-rata Jumlah Ulat / pelepah

5 10 15 20 25 30 35 40 TOTAL

5 5 6 4 1 6 7 4 3 41

1 4 1 2 3 2 2 1 2 18

1 6 3 4 2 6 5 1 6 44

2 1 4 3 2 6 3 1 2 24 Jumlah Ulat / Pelepah Api kantong 01 24 59 10 19 20 39 > 40 01 12 35 6 10 10 Keterangan

Score

Klasifikasi Serangan Tidak ada serangan Serangan ringan Serangan sedang Serangan agak berat Serangan berat Serangan berat sekali

0 1 2 3 4 5

Sensus Efektif Pengendalian Pengendalian Pengendalian Pengendalian

b. Sensus efektif Sensus efektif dilakukan apabila terjadi serangan ringan, yaitu apabila terdapat 2-4 ulat api/pelepah atau 1-2 ulat kantong/pelepah. Sensus efektif dilakukan dengan cara menentukan baris dan pohon sampel dan melakukan pengamatan pada pelepah yang mengalami serangan berat.

Baris Ke

Pohon Ke

Setelah dilakukan sensus efektif, maka dilakukan scoring kembali apabila terdapat serangan sedang, yaitu 5-9 ulat api/pelepah atau 3-5 ulat kantong/pelepah maka segera dilakukan pengendalian. c. Injeksi Batang Melihat cara hidup ulat kantong, maka teknik pengendalian ulat kantong bisa dilakukan dengan cara menggunakan metode injeksi batang (cara sistemik), yaitu dengan menyuntikkan insektisida ke dalam batang dengan harapan insektisida tersebut terangkut bersama unsur hara ke daun, dan secara tidak langsung ikut termakan oleh ulat kantong tersebut. Langkah-langkah penyuntikan batang adalah sebagai berikut : Membuat lubang pada batang (2 lubang) dengan menggunakan besi runcing dengan kemiringan lubang 40 dengan tujuan agar larutan insektisida tidak tumpah keluar kembali Insektisida di suntikkan ke dalam lubang dengan dosis 40 cc/batang Tutup lubang dengan pelepah sawit yang sudah dibentuk bulat untuk menghindari masuknya air apabila hujan

Foto 37 & 38. Pengendalian UPDKS dengan cara injeksi batang

Foto 39 & 40. Penyuntikan dan penutupan lubang injeksi

2.8. Tunas Pelepah Tunas pelepah dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan panen dan memperkecil losses (brondolan tersangkut) dan memudahkan pemanen dalam melihat buah masak (tanaman tinggi). Akan tetapi pemotongan pelepah harus memperhatikan jumlah pelepah yang tersisa di pohon agar pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman tidak terganggu. Pekerjaan Tunas Pelepah ini dilakukan dengan rotasi 1,5 x/tahun. Jumlah pelepah yang dipertahankan tergantung umur tanaman itu sendiri, sesuai dengan tabel berikut ini : Umur 3 - 5 Tahun 5 - 10 Tahun > 10 Tahun Jumlah Pelepah 48 56 46 - 48 40

Pelepah dipotong dengan menggunakan dodos atau egrek kemudian disusun rapi di gawangan mati. Apabila blok tersebut mempunyai galian untuk embung air, maka pelepah dipotong 2 dan dimasukkan ke dalam lubang tersebut. Pada kondisi normal, pekerjaan tunas pelepah dilakukan oleh karyawan panen dan dikerjakan pada saat hari tidak panen (AKP rendah). Misalkan, apabila rotasi panen pada minggu tersebut 4/7, yang artinya dalam dalam 1 rotasi panen (7 hari) areal panen selesai dikerjakan selama 4 hari saja, berarti

masih ada sisa 2 hari dalam 1 minggu untuk pekerjaan tunas pelepah. Apabila AKP tinggi maka dilakukan tunas pelepah dengan sistem borong, bisa dilakukan pada sore hari (setelah kegiatan panen), hari libur, atau dilakukan oleh pihak ketiga. 2.9. Prognosa Produksi Prognosa produksi dilakukan untuk menentukan taksasi produksi 3 bulan dan 6 bulan ke depan. Bagian yang dihitung adalah buah sampai dengan bunga (F0, F00, Degan Tua, Degan Muda, Putik, dan Bunga), yang artinya buah dan bunga tersebut adalah buah yang akan dipanen selama 6 bulan ke depan. Prognosa dilakukan setiap 6 bulan, akan tetapi dilakukan evaluasi disetiap 3 bulan, yaitu dilakukan pada bulan Desember dan Juni, kemudian dilakukan kembali untuk eveluasi RKO pada bulan Maret dan September.

Foto 41. Buah F 0

Foto 42. Buah F 00

Foto 43. Buah degan tua

Foto 44. Buah degan muda

Foto 45. Fase Putik

Foto 46. Fase bunga

Sampel prognosa produksi yang diambil sebanyak 30 % dari total areal produksi. Sampel tersebut diambil blok per blok per tahun tanam, sehingga bisa di ketahui berapa banyaknya produksi yang dapat diambil selama 6 bulan ke depan, berdasarkan jumlah tandan dan rata-rata berat tandan pada blok-blok tersebut. 2.10. Panen Pekerjaan potong buah adalah pekerjaan utama diperkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS), oleh karena itu tugas utama personil dilapangan adalah mengambil buah dari pohon dan mengantarnya ke pabrik sebanyak-banyaknya dengan cara dan dalam waktu yang tepat (rotasi panen dan transport). Cara dan waktu yang tepat akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi (Asam lemak bebas/ALB/FFA). Produksi MKS dan IKS per hektar dapat menunjukan tingkat produksi yang dicapai sudah maksimal atau belum. Produksi yang maksimal hanya dapat dicapai apabila losses (kerugian) produksi dapat ditekan seminimal mungkin. Dengan demikian pengertian menaikan produksi adalah memperkecil losses, sehingga inti pekerjaan panen adalah memperkecil losses produksi. Sumber losses produksi dilapangan adalah : 1.
2.

Buah mentah. Buah masak tinggal dipohon (tidak dipanen).

3.

Brondolan tidak dikutip Untuk mendapatkan produksi per hektar yang tinggi, biaya per kilogram

yang rendah dan FFA yang rendah, faktor yang paling menentukan dilapangan adalah rotasi potong buah. Rotasi potong buah juga akan mempengaruhi transport dan pengolahan dipabrik. A. PERSIAPAN PANEN Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan sebelum masa TBM dimutasikan menjadi TM. Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan didalam mempersiapkan pelaksanan pekerjaan potong buah yaitu : - Persiapan areal - Penyediaan tenaga potong buah
- Pembagian areal potong buah sesuai dengan AKP

- Penyediaan alat kerja Suatu TBM baru dapat beralih menjadi TM bila telah memenuhi syaratsyarat sebagai berikut : a. Kerapatan panen > 60 %, artinya di areal tersebut tersedia 60 % pohon yang menghasilkan buah yang siap di panen (buah masak) dari total areal yang akan di panen b. c. Berat tandan rata-rata > 3 kg Angka penyebaran panen merata, dalam artian pertumbuhan pohon homogen Untuk mendukung pekerjaan panen, segala persiapan areal harus terlebih dahulu dilakukan sehingga cara dan waktu yang tepat bisa dilakukan. Beberapa hal yang harus dilakukan untuk mempersiapkan areal panen : a. Perbaikan jalan dan jembatan, baik main road maupun collection road Jalan dan jembatan adalah aspek yang sangat penting, agar pengiriman buah tepat waktu sehingga jalan biasa disebut urat nadi kebun. Sebelum dilakukan pemotongan buah, jalan harus sudah dipastikan bisa dilewati oleh

angkutan agar pengiriman buah ke PPKS tidak terganggu. Kebanyakan kasus buah restan disebabkan oleh jalan tidak bisa dilewati angkutan buah.
b. Pembersihan bokoran, pasar tikus, pasar 100 dan pasar 200.

Untuk menunjang kualitas dan kuantitas pekerjaan potong buah dalam hal ini losses produksi dan output panen, semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan pemanen harus disediakan sehingga tercipta segala kemudahan bagi pemanen.
c. Pembuatan/perbaikan tempat pengumpulan hasil ( TPH )

TPH dibuat dengan perbandingan 1 : 2, artinya setiap 2 pasar tikus terdapat 1 TPH, dan disetiap pasar tikus dibuat jalan menuju TPH untuk mempermudah pemanen mengangkut buah ke TPH. TPH berukuran 2 m x 2 m dengan asumsi TPH tersebut mampu menampung jumlah buah dari 2 pasar tikus tersebut pada saat panen puncak dan harus bersih dari rumput dan sampah. Untuk areal berbukit/bergelombang, jumlah dan letak TPH disesuaikan dengan kondisi dilapangan. B. Sensus AKP Sensus AKP (angka kerapatan panen) adalah melakukan perhitungan sampel buah masak secara random untuk mengetahui kerapatan buah masak yang akan dipanen esok hari. Dari hasil sensus AKP tersebut, mandor panen melakukan taksasi berapa produksi yang akan di kirim PPKS. Fungsi AKP : 1. Untuk menghitung/taksasi buah masak yang akan dipanen 2. Untuk menentukan luasan panen 3. Untuk menentukan jumlah tenaga yang akan dipakai
4. Untuk menentukan kebutuhan tranport yang akan mengangkut buah ke PPKS

Angka kerapatan panen adalah angka yang menunjukan persentase buah masak pada suatu luasan areal yang akan dilakukan pekerjaan panen. Untuk mengetahui berapa buah masak yang siap untuk dipanen, seorang mandor panen harus melakukan sensus buah yang masak. Buah yang dihitung adalah buah yang masuk kriteria panen esok harinya, yaitu buah dengan kriteria fraksi 1, fraksi 2, fraksi 3 dan fraksi 4. Akan tetapi pada dasarnya buah masak pada areal tersebut harus dipanen semua. Apabila rotasi berjalan normal, buah fraksi

5 tidak akan ada lagi, karena buah fraksi 5 adalah buah yang pada rotasi panen kemarin tidak terpanen. Sensus angka kerapatan panen dilakukan secara random atau dianggap yang dapat mewakili dari seluruh areal panen tersebut. Mandor panen mengambil 100 pohon sampel untuk mewakili 1 blok (16 ha). Angka kerapatan panen berfungsi ini untuk menentukan luasan panen dengan jumlah tenaga panen yang tetap dan kemampuan panen per tenaga kerja yang tetap. Misalkan : - Jumlah tenaga panen - Kemampuan pemanen - Rencana hasil panen - Rerata Berat Tandan - Jumlah tandan panen : 20 orang : 1.000 kg/orang : 20 orang x 1.000 kg = 20.000 kg : 17 kg/tandan : 20.000 kg : 18 kg/tandan = 1.177 tandan Jumlah Pohon Produktif 2.216 2.288

- Rencana luasan panen : Blok 506 546 AKP (%) 20 22 Luas 15,5 16 Jumlah Tandan 443 503 Hasil Panen (kg) 7.531 8.551 16.082 1. Rencana hasil panen = 20.000 kg 2. Kekurangan hasil panen = 20.000 kg 16.082 kg = 3.918 kg 3. Kekurangan tandan panen = 3.918 kg : 18 kg/tandan = 231 tandan 4. AKP blok 586 = 21 %, maka : - 231 tandan : 21 % = 1.100 pohon - 1.100 pohon : 143 pohon/ha = 7,69 ha 586 Total 21 7,69 39,19 1.100 5.604 231 1.177 3.918 20.000

Jadi dengan luasan panen 39,19 ha dan jumlah pemanen yang tersedia 20 orang, maka akan menghasilkan tandan sebanyak 1.177 tandan dan produksi yang dihasilkan sebesar 20.000 kg. Dengan menggunakan sistem hancak giring maka semakin rendah AKP, semakin luas hancak panen yang dibebankan ke pemanen. Misalkan :
-

Basis Tugas per orang = 800 kg, dengan RBT = 17 kg, maka jumlah tandan per pemanen = 47 tandan Populasi 142 pohon/ha AKP 6 % Luas panen per orang :

Artinya setiap pemanen harus menjalani luasan panen seluas 5,52 ha untuk memenuhi basis tugas mereka sebesar 800 kg atau 47 tandan, atau sekitar 9 gawangan, dan berjalan sejauh 7,1 km. Setiap afdeling membuat peta rotasi panen yang nantinya menjadi acuan mandor panen dalam melakukan kegiatan potong buah. Rotasi panen ini berdasarkan AKP. Rotasi panen yang dipakai adalah 3/7, 4/7, 5/7 dan 6/7 yang artinya ada 3 - 6 hari panen dalam 1 minggu. C. Penghancakan Pemanen Sistem penghancakan yang dipakai adalah sistem hancak giring, artinya semua pemanen memulai pekerjaannya diarea yang sama, dan dalam waktu yang sama. Pemanen digiring maju kedepan secara bersama-sama akan tetapi hancak panen tiap pemanen sudah ditentukan oleh mandor panen. Pembagian hancak pemanen tergantung pada AKP, semakin rendah AKP semakin luas jatah hancak pemanen, begitu sebaliknya apabila AKP semakin tinggi, luas hancak pemanen semakin sempit. Hal ini disebabkan oleh jumlah pemanen yang tersedia tetap, dengan kemampuan setiap pemanen (output) yang tetap, sedangkan AKP selalu berubah-ubah setiap hari. Semua pemanen memulai pekerjaannya diarea yang sama, dan dalam waktu yang sama.

Pemanen digiring maju kedepan secara bersama-sama akan tetapi hancak panen tiap pemanen sudah ditentukan oleh mandor panen. Hancak giring dimaksud adalah pembagian hancak pemanen tidak ditetapkan tempatnya sebelumnya, tetapi yang ditetapkan hanya luas hancak per pemanennya saja. Penetapan hancak panen berdasarkan siapa yang datang duluan (pada penghancakan pertama) dan penghancakan selanjutnya, siapa yang duluan menyelesaikan hancak pertama mereka. Pada sistem hancak ini, mandor panen berperan sebagai penentu hancak masing-masing pemanen, pemanen harus mengambil hancak secara berurutan, baris per baris dimulai dari nomer baris terkecil (sisi timur), dan blok per blok secara berurutan. Sebelum pemanen menyelesaikan 1 blok, maka pemanen tidak diperbolehkan pindah blok panen selanjutnya. Pada dasarnya semua buah masak yang ada pada areal panen tersebut terpanen dan tidak ada yang terlewat (tidak ada yang tertinggal). Misalkan : -

AKP 23 %, artinya dalam 100 pohon ada 23 tandan masak yang akan di panen. Populasi 142 pohon/ha Output pemanen 1.200 kg dengan jumlah tandan 100 tandan (RBT 12 kg) Jumlah pemanen 20 orang Total tandan yang akan dipanen :

Luasan panen :

Luasan panen per orang :

Artinya luasan panen pada esok hari adalah 61,24 ha dan setiap pemanen akan melakukan panen seluas 3,1 ha dengan hasil 100 tandan/orang atau 1.200 kg/orang.
,,

D. Teknik Panen a. Kriteria Matang Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen adalah berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah piringan secara alami atau dengan istilah lain menghasilkan brondolan dalam jumlah tertentu. Buah masak adalah buah yang sudah memberondol, dengan ketentuan kemasakan buah adalah buah Fraksi 1, Fraksi 2, dan Fraksi 3, artinya buah sudah memberondol sebanyak 1 sampai 3 berondolan per kilogram TBS. ,Untuk memudahkan pemanen, kriteria buah fraksi 2 adalah untuk tiap 1 kg berat tandan terdapat 2 brondolan lepas yang bukan brondolan parthenokarpi atau brondolan buah muda karena serangan tikus atau penyakit akan tetapi berondolan segar dan bernas, misalnya RBT (Rerata Berat Tandan) blok adalah 10 kg maka buah yang dapat dipanen pada blok tersebut apabila brondolan yang lepas ada 20 butir.
,,,,,,,,

Fraksi 00 0 1 2 3 4 5

Jumlah Berondolan yang Jatuh Tidak ada, warna buah hitam 1 Brondol - 12,5 % buah luar 12,5 % - 25 % buah luar 25 % - 50 % buah luar 50 %- 75 % buah luar 75 %- 100 % buah luar Buah dalam ikut membrondol

Derajat kematangan Sangat Mentah Mentah Kurang Matang Matang I Matang II Lewat Matang I Lewat matang II

Kriteria kematangan buah dipisahkan menjadi 7 grade, yaitu : a. F 00 : Kriteria sangat mentah, buah belum memberondol sama sekali, warna buah hitam, daging buah masih berwarna putih. b. F 0 : Kriteria mentah, jumlah berondol 1 berondol/tandan - < 1 berondol/kg TBS atau 1 % - < 12,5 % lapisan luar buah sudah memberondol, warna buah hitam, daging buah berwarna kuning pucat. c. F 1 : Kriteria masak I, jumlah butir berondol 1 - < 2 berondol/kg TBS atau sekitar 12,5 % - < 25 % lapisan luar buah sudah memberondol,

warna buah hitam kemerah-merahan, daging buah berwarna kuning kemerah-merahan. d. F 2 : Kriteria masak II, jumlah butir berondol 2 - < 3 berondol/kg TBS atau sekitar 25 % - < 50 % lapisan luar buah sudah memberondol, warna buah e. F 3 hitam kemerah-merahan, daging buah berwarna kuning kemerah-merahan. : Kriteria masak III, jumlah butir berondol 3 - < 4 berondol/kg TBS atau sekitar 50 % - < 75 % lapisan luar buah sudah memberondol, warna buah f. F 4 hitam kemerah-merahan, daging buah berwarna kuning kemerah-merahan. : Kriteria lewat masak I, jumlah butir berondol 4 berondol/kg TBS atau sekitar 75 % - < 100 % lapisan luar buah sudah memberondol dan lapisan tengah buah sudah ikut memberondol, warna buah hitam kemerah-merahan, daging buah berwarna kuning kemerah-merahan. f. F 5 : Kriteria lewat masak II, jumlah butir berondol 4 berondol/kg TBS atau sekitar 100 % lapisan luar buah sudah memberondol dan lapisan tengah buah sudah ikut memberondol, warna buah hitam kemerahmerahan, daging buah berwarna kuning kemerah-merahan. b. Mutu Pekerjaan Panen Mutu pekerjaan panen dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas buah yang dikirim ke PPKS. Dalam hal ini termasuk kuantitas produksi, kuantitas rendemen yang dihasilkan, dan kualitas minyak yang dihasilkan. b.1. Tandan Buah Segar (TBS) tandan Semua TBS masak (tanpa kecuali) harus dipanen TBS harus sesuai dengan kriteria matang panen, tidak boleh ada buah mentah yang di panen Semua TBS yang sudah dipanen angkut ke TPH dan tidak boleh tertinggal atau bahkan diperam Gagang TBS dipotong rapat (2 cm) tetapi jangan sampai terkena

TBS diantrikan secara teratur dan satu lapis di TPH dan diberi nomor pemanen, apabila dalam 1 TPH ada 2 pemanen maka tumpukan dibuat terpisah

b.2. Brondolan b.3. Pelepah Untuk TM muda diusahakan seminimal mungkin memotong cabang (metode curi buah), tidak dibenarkan menggunakan kampak untuk potong buah. Untuk TM tua, pelepah yang diperbolehkan dipotong adalah pelepah songgo. pelepah dipotong rapat ke batang untuk mencegah tersangkutnya brondolan dan menghindarkan kesulitan panen atau tunas berikutnya. Pelepah dipotong menjadi 2, bagian pangkal pelepah disusun rapi memanjang ditengah gawangan mati, sedangkan bagian ujung pelepah disusun rapi diantara pohon dalam barisan. Tidak ada pelepah sengkleh. Semua brondolan dikumpulkan dari ketiak cabang dan dari bokoran disekitar pohon Brondolan dikumpulkan dalam tumpukan tersendiri di TPH tetapi dekat dengan antrian TBS Brondolan harus bebas dari sampah

E. Perhitungan Premi Produksi

Pada

dasarnya

pemberian

premi

bertujuan

untuk

memberikan

penghargaan atas prestasi dalam upaya pencapaian produksi dan bertujuan untuk meningkatkan kinerja pemanen.

Keterangan : P H BP = Premi Pemanen = Hasil Total kg TBS Harian dikurangi Basis Premi (BP) = Basis Premi, nilainya 70 % dari Basis Tugas (BT)

BT

= Basis Tugas, kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemanen dalam 1 hari

NP = Nilai Kelas Pemanen Rp/kg Tarif Premi = Faktor koreksi berdasarkan pencapaian rendemen * Premi TBS hanya diberikan pada pemanen yang telah mencapai Basis Tugas (Kg TBS harian > Basis Tugas), sedangkan premi brondolan dihitung tersendiri (tidak masuk ke dalam Basis Tugas). Dasar Perhitungan Basis Tugas :

Basis Tugas (BT) = 87 % estimasi produksi kg TBS (tanpa brondolan) Basis Premi (BP) = 70 % dari Basis Tugas

a. Faktor Koreksi berdasarkan Rendemen

Apabila pencapaian rendemen diatas atau di bawah RKAP, maka besarnya premi per kg diperhitungkan dengan faktor koreksi sesuai dengan pencapaian produksi, dengan ketentuan sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. b. Kelas Pemanen Kelas pemanen dibedakan berdasarkan besarnya pinalty atas hasil kerja secara teknis yang berkaitan dengan pekerjaan panen dan absensi pemanen. Rendemen thd RKAP (%) < 90 % > 90 % - 92,5 % > 92,5 % - 95 % > 95 % - 97,5 % > 97,5 % - 100 % > 100 % - 102,5 % > 102,5 % - 105 % >105 % Faktor Koreksi (%) 60 % 70 % 80 % 90 % 100 % 120 % 140 % 160 %

Kelas A B C

Jml Nilai Pinalty 0-15 > 15 - 30 > 30

Absensi Tidak pernah Mangkir 2 hari Mangkir/bulan 3 hari Mangkir atau lebih/bulan

Premi (Rp/kg) TBS Rp. 19,-/kg Rp. 15,-/kg Rp. 12,-/kg

c. Premi Pengutipan Brondolan Berondolan yang dikutip adalah berondolan bersih, segar, dan tidak tercampur dengan sampah, pasir, atau tanah. Premi pengutipan berondolan adalah Rp. 120,-/kg (bersih) dan Rp. 84,-/kg (kotor), diberikan tidak berdasarkan rendemen minyak. d. Premi Prestasi Premi prestasi diberikan kepada pemanen kelas A dan telah mencapai Basis Tugas secara terus menerus setiap hari dalam satu bulan. Besar premi prestasi Rp. 51.300,-/bulan. Apabila pemanen yang telah memenuhi syarat tetapi tidak melaksanakan panen dengan alasan tertentu, misalnya : sakit dengan ijin dokter, cuti, atau dialihkan tugas ke pekerjaan lain, maka premi prestasi diberikan secara proporsional pada bulan itu. e. Premi Penghargaan Premi Penghargaan diberikan perusahaan kepada semua pemanen (tanpa syarat) dalam satu bulan (termasuk hari Minggu/libur) sebesar Rp. 4,2/kg hasil total (TBS + Brondolan). f. Premi Insentif Premi Intensif diberikan kepada pemanen apabila afdeling mencapai target RKAP pada bulan itu (termasuk hari Minggu/libur) sebesar Rp. 2,-/kg hasil total (TBS + Brondolan). g. Premi Hari Minggu/Libur Pemanen Premi diberikan kepada pemanen apabila pada hari minggu/libur melakukan pekerjaan panen atas persetujuan Direksi cq bagian tanaman. Premi dihitung tanpa Basis Tugas, Rp. 44,-/kg hasil total (TBS + Brondolan) h. Premi Pengawas Produksi

Premi Mandor Panen, adalah 200 % dari rata-rata premi pemanen, setelah dipotong denda-denda pemanen. Premi Petugas Pencatat hasil, adalah 125 % dari rata-rata premi pemanen, setelah dipotong denda-denda pemanen. Premi Mandor Besar, adalah 150 % dari rata-rata premi Mandor Panen yang dibawahinya. Premi pengawas produksi pada hari Minggu/libur, adalah sebagai berikut : Jml Pemanen (per Mandor) > 15 Pemanen 11 - 15 Pemanen < 10 Pemanen PPH (% Pemanen) 125 % 110 % 95 % Mandor Panen (% Pemanen) 200 % 150 % 125 % Mandor Besar (% Mandor Panen) 150 % 125 % 100 %

2.11. Pengangkutan Pengangkutan TBS lakukan pada saat TBS sudah tersusun rapi di TPH. Sebelum TBS diangkut ke dalam truk, PPH menghitung jumlah TBS dan jumlah brondolan per TPH per pemanen dan sekaligus mengecek kualitas buah dan brondolan serta memastikan bahwa TBS dan brondolan tersebut layak dikirim ke PPKS. Pengangkutan TBS dilakukan oleh 2 pemuat buah dengan menggunakan jojoh/tojok,yaitu alat menyerupai tombak. Truk pengangkutan adalah truk milik pihak ketiga yang perantarai oleh pihak koperasi Unit Usaha, dengan sistem pembayaran perkilogram TBS. Jadi pihak ketiga tersebut menyediakan truk, sopir, beserta pemuat buahnya. Kualitas pengangkutan adalah tanggungjawab pihak ketiga, misalnya, kebersihan TPH, buah jatuh dijalan, yang diawasi oleh PPH. Pihak ketiga akan dikenai potongan pembayaran apabila kualitas pengangkutan tidak bagus. Pengontrolan kriteria kematangan buah dapat dilakukan di TPH oleh PPH dan di Loading Ramp PPKS atau yang biasa di sebut Nilai Sortasi Panen (NSP).

Nilai sortasi panen ini mengindikasikan kualitas buah yang dipanen, buah dikatakan layak panen apabila NSP bernilai minimal 85 %. Misalkan :

Fraksi 00 0 1 2 3 4 5 Jumlah

Norma (%) 0 3 85 10 2 100

Jumlah Tandan 11 64 145 143 11 13 387

Persentase (%) 0 2,84 16,54 37,47 36,95 2,84 3,36 100

Faktor -5 -1 +1 +1 +1 + -

NSP 0 - 2,84 16,54 37,47 36,95 0,94 - 1,11 90,19

Pengutipan berondolan dapat dinilai menggunakan Indeks Pengutipan Berondolan (IPB) yang dilakukan di Loading Ramp PPKS pada waktu sortasi buah. IPB ini mengindikasikan kualitas pengutipan berondolan di lapangan, nilai minimal IPB adalah 95 % - 105 %. Nilai IPB ini merupakan perbandingan persentase jumlah total berondolan yang terangkut dengan rata-rata persentase buah fraksi 4 dan fraksi 5 ditambah 7 %. Misalkan : - Berat TBS - Berat Total - Jumlah Tandan - RBT - Berat buah F 4 - Berat buah F 5 : 5.700 kg 777 kg (12 %) : 6.477 kg : 387 tandan : 16,74 kg/tandan : 586 kg (9 %) : 84 kg (1,3 %) - Berat Berondolan :

BAB IV PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengangkutan Brondolan TPH A. Permasalahan Berondolan yang terlepas dari tandan pada waktu penyusunan buah di TPH dan berondolan yang tidak tertampung di dalam goni di kumpulkan oleh pemuat buah untuk diangkut ke dalam truk dengan menggunakan alat garuk" yang terbuat dari plat besi. Hal ini mengakibatkan pasir, lumpur serta rumput kering yang ada di TPH ikut tergaruk dan terangkut bersama berondolan ke PPKS (terutama pada musim hujan).

Foto 47 & 48. Pengumpulan berondolan di TPH yang tidak tertampung di dalam goni di kumpulkan oleh pemuat buah untuk diangkut ke dalam truk

Foto 49. Bentuk model garukan yang dipakai Foto 50. Cara pengumpulan berondolan TPH pemuat buah

Permasalahan ini mengakibatkan :


1. Hilangnya rendemen pada saat penimbangan buah. Sampah yang terangkut

oleh truk akan ikut tertimbang bersama tandan dan berondolan, sehingga tonase akan bertambah berat dan akan mengakibatkan seakan-akan rendemen menjadi berkurang walaupun dalam hal ini secara administrasi. Misalkan :
- Berat bersih angkutan = 7.000 kg, terdiri 6.790 kg + 210 kg sampah (3 %)

Dengan potensi rendemen tanpa sampah 23,1 %, maka : CPO yang dihasilkan = 23,1 % x 6.790 kg = 1.585 kg Rendemennya adalah 1.568 kg : 7.000 kg = 22,40 %
- Berat bersih angkutan = 7.000 kg, terdiri 6.930 kg + 70 kg sampah (1 %)

Dengan potensi rendemen tanpa sampah 23,1 %, maka : CPO yang dihasilkan = 23,1 % x 6.930 kg = 1.601 kg rendemennya adalah 1.601 kg : 7.000 kg = 22,87 %
2. Hilangnya minyak pada saat pengolahan. Hal ini disebabkan oleh minyak

diserap oleh sampah tersebut dan ikut terbuang ke limbah penampungan. Minyak terbawa ke sludge tank pada saat proses di klarifikasi tank.
3. Mengurangi umur mesin pengolahan. Sampah-sampah tersebut dapat

mengurangi

umur

ekonomis

mesin-mesin

pengolahan

karena

dapat

menyebabkan mesin cepat aus. B. Saran

Untuk meminimalisir ikut terangkutnya sampah ke PPKS (karena tidak mungkin 100 % bersih dari sampah), maka perlu dibuat alat khusus untuk mengumpulkan berondolan di TPH untuk mengganti alat yang digunakan saat ini. Karena memang tidak memungkinkan pemuat untuk mengutip berondolan satu persatu, karena memakan waktu yang lama.

Diubah menjadi

Dimodifikasi menjadi

Garukan berondolan dibuat khusus (berbentuk cakar) untuk mengurangi bidang garukan yang bersinggungan langsung dengan tanah, sehingga pasir dan lumpur serta sampah lain yang terangkut ke PPKS (pada saat musim hujan) dapat diminimalisir.
4.2. Penghancakan Pemanen Untuk Efiensi Pengangkutan A. Permasalahan

Pengangkutan buah sangat berpengaruh terhadap kapasitas dan kelancaran pengolahan pabrik, karena apabila suply buah dari afdeling

terlambat,maka terjadi idle time di pabrik karena tidak mengolah buah (apabila tidak ada buah dari kemitraan). Sehingga ada kerugian waktu di pabrik karena harus menunggu kedatangan buah dari afdeling. Disamping terjadinya idle time di pabrik, jalan koleksi juga akan lebih cepat rusak karena mobil akan bolak-balik mencari buah, sehingga intensitas jalan yang dilewati lebih tinggi. Mandor panen selaku pelaksana panen dilapangan harus jeli dalam pembagian hancak pemanen, apabila penghancakan pemanen kurang tepat, maka pengangkutan buah di TPH akan memakan waktu yang lama, dan membuat pengangkutan buah tidak efisien (angkutan akan mencari buah). Hal ini dapat dilihat dari gambar berikut :, Penghancakan Pemanen Pengangkutan Buah

Pemanen memotong buah dimulai dari sisi X sampai ke sisi Z, kemudian mengeluarkan buah dan disusun di TPH sisi X dan di TPH sisi Z (buah keluar di 2 sisi). Pemotongan buah di mulai lagi dari sisi Z sampai ke sisi X pada gawangan sebelahnya, dan mengeluarkan buah dan disusun di TPH sisi Z dan di TPH sisi X. Akibatnya angkutan buah akan berputar-putar mencari buah dari sisi

X ke sisi Z untuk memenuhi muatannya, setelah muatan penuh baru angkutan menuju ke pabrik (seperti gambar di atas). B. Saran Penghancakan pemanen memakai sistem setengah blok. Pemanen memotong buah di mulai dari sisi X sampai ke titik Y, kemudian memutar dari titik Y ke sisi X, kemudian buah di keluarkan dan disusun di TPH sisi X. Pemotongan dimulai lagi dari sisi X sampai ke titik Y dan kembali lagi ke sisi X. apabila sisi X sudah selesai di panen, pemanen baru bisa pindah dari sisi Z. Sehingga angkutan tidak perlu berputar-putar mencari buah untuk memenuhi muatannya. Dengan sistem ini pengangkutan akan lebih cepat dan jalan koleksi hanya tidak terlalu sering dilewati angkutan. Penghancakan Pemanen Pengangkutan Buah

Z Ke PPKS

Anda mungkin juga menyukai