Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan industri kebutuhan manusia semakin meningkat, terutama dengan teknologi yang mempermudah kehidupannya. Salah satunya adalah kebutuhan akan teknologi berupa sepeda motor dengan berbagai pilihan. Minat masyarakat akan kendaraan ini didukung oleh produsen yang memproduksi sepeda motor dengan tipe dan berbagai bentuk. Saat ini untuk dapat memiliki sebuah sepeda motor sangatlah mudah baik secara kontan maupun secara kredit dengan syarat yang mudah dipenuhi oleh konsumen. Hal tersebut di atas didukung dengan data penjualan sepeda motor pada semester I tahun 2011 yang terjadi di Jakarta. Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan motor pada kurun waktu tersebut mencapai 4,073 juta unit, atau tumbuh 12,86% dari pada periode yang sama tahun 2010 lalu mencapai 3,609 juta unit. Tentu saja hal ini juga didukung strategi penjualan yang bagus dari produsen. Saat ini, wilayah di tanah air yang menyerap penjualan sepeda motor adalah Pulau Jawa dengan penyerapan penjualan sebesar atau 51,65 %. Selanjutnya Pulau Sumatra yang menyerap penjualan sepeda motor sebesar 27,15%, daerah lain seperti Kalimantan Bali dan Sulawesi. Di Pulau Jawa, penyerapan penjualan terbesar ada di Provinsi DKI Jakarta dengan volume penjualan sebesar 589.107 unit. Selanjutnya, wilayah Jawa Barat ada di peringkat kedua yang menyerap penjualan sebesar 556.229 unit. Peringkat ketiga ada di wilayah Jawa Timur dengan serapan 516.105 unit. Pesatnya penjualan sepeda motor tentu saja berdampak positif terhadap multifinance. Terlebih bagi multifinance yang fokus menggarap pembiayaan sepeda motor. Lihat rapor kinerja multifinance terbaru.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), total pembiayaan multifinance per April 2011 mencapai Rp203,38 triliun. Dari angka pembiayaan tersebut, pembiayaan konsumer (consumer finance) tertinggi, yaitu Rp144,55 triliun, diikuti sewa guna usaha (leasing) Rp55,26 triliun, anjak piutang (factoring) sebesar Rp2,7 triliun, dan kartu kredit sebesar Rp901 miliar. Bukan saat ini saja pembiayaan konsumer mendominasi total pembiayaan yang disalurkan multifinance. Hampir tiap periode, pembiayaan konsumer angkanya selalu tertinggi, termasuk saat tutup tahun 2010. Dari angka pembiayaan konsumer yang terus melambung, pembiayaan sepeda motor memberikan kontribusi tak sedikit. Melihat kenyataan ini, pelaku industri lain pun tak mau berdiam diri. Keuntungan yang menggiurkan dan prospek yang bagus membuat banyak pihak ingin mempelajari seperti apa bisnis pembiayaan sepeda motor. Sejumlah pemain baru pun mencoba menggarap bisnis ini. Beberapa di antaranya adalah multifinance yang dimiliki bank atau sebagai anak usaha dari sebuah bank. Bank yang semula hanya sebatas menyediakan dana bagi multifinance kini tergiur untuk terjun langsung. Dulu kita mungkin hanya mengenal namanama besar, seperti Adira Finance yang dimiliki Bank Danamon, kemudian WOM Finance yang dimiliki Bank Internasional Indonesia (BII). Rupanya, kesuksesan multifinance yang didukung bank-bank besar ini membuat banyak pihak terpincut. Sejumlah nama baru pun muncul di pasar pembiayaan ini. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah perbedaan bunga kredit sepeda motor antara Dealer Yamaha Kondang Motor dengan Bank Jateng Cabang Wonogiri?
2. Bagaimanakah perbedaan future value kredit sepeda motor antara Dealer

Yamaha Kondang Motor dengan Bank Jateng Cabang Wonogiri?

Anda mungkin juga menyukai