Anda di halaman 1dari 7

TRAINING MICRO TEACHING

Pendahuluan Anda adalah calon seorang guru! , atau sekurang-kurangnya, anda mencoba untuk mencicipi profesi sebagai guru ? atau malah bercita-cita untuk serius menekuni profesi guru ? bila ya,selamat! Sebab anda sedang meminati sebuah profesi yang penuh tantangan.bahkan,seluruh umat manusia di muka bumi ini pasti setuju bahwa guru adalah profesi yang mulia sepanjang zaman. Guru memang salah satu jenis profesi yang sudah ada sejak lama, sangat tua , setua usia peradaban manusia sendiri. Tampaknya, secara mudah dapat disimpulkan bahwa kelangsungan peradaban umat manusia sangat bergantung pada kualitas guru. Bagaimana wajah generasi dan kehidupan masa depan ditentukan oleh bagaimana guru mendidik muridmuridnya. Sebuah petuah kebijakan menyebutkan pengalaman adalah guru terbaik. Jika ingin menapaki setiap jengkal kehidupan secara bermakna, setiap orang mesti belajar dari pengalamanya sendir-berhasil ataupun gagal. Dengan begitu, setiap orang selalu dituntut untuk mampu menjadi guru, mnimal menjadi guru bagi dirinya sendiri. Namun demikian, memang tidak semua orang mampu menjadi guru bagi orang lain. A. Pengertian Training Micro-Teaching Training berarti pelatihan . Micro berarti kecil, terbatas, sempit, sederhana. Teaching berarti mendidik atau mengajar. Micro-teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan. Apa yang dikecilkan atau disederhanakan, yaitu : Jumlah siswa 5-6 orang Waktu mengajar 5 10 menit. B. Tujuan Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam microteaching adalah sebagai berikut : 1. Menanamkan kesadaran akan nilai ketrampilan mengajar dan komponen-komponenya 2. Mengenal kelemahan dan kekeliruan dalam penampilan ketrampilan mengajar dan tahu penampilan yang baik. 3. Memungkinkan untuk membuat model cara mengajar. 4. Merupakan medan untuk mencobakan sistem atau metode baru untuk diteliti sebelum dikembangkan. C. Metode pengajaran (Sistem Salafiyah dan modern) Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, Beberapa metode mengajar 1. Metode Ceramah (Preaching Method) Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. 2. Metode diskusi ( Discussion method ) Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). 3. Metode demontrasi ( Demonstration method ) Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Bila dilihat dari bentuknya metode pembelajrannya dipesantren terbagi menjadi tiga, salafi, modern dan semi modern. Bagi kelompok pertama, yang menjadi ciri khas adalah kehidupan santri yang sangat tradisonalis, belum ada pembagian kelas seperti sekolah form , tidak menggunakan seragam, dan dalam beberapa keadaan, santri memiliki tempat tinggal masing-masing di sekitar masjid atau kobong yang menjadi pusat pengajian. Ciri lain dari tipe ini adalah metode pembelajaran yang lebih mengutamakan hapalan dari pada pemahaman, karena bagi para Kyai, menghapal adalah kunci untuk memahami. Sementara tipe kedua adalah yang relatif modern, karena telah ada sistem belajar di sekolah/madrasah. pada pesantren modern sudah jarang ditemui kitab-kitab kuning yang diajarkan. Hal ini disebabkan karena dalam pesanten modern biasanya yang menjadi target pembelajaran bukan hanya penghapalan saja, tetapi lebih dari itu, penguasaan atas alat dan sarana ilmu pengetahuan. Yang ketiga adalah tipe semi modern, yaitu sistem pembelajarannya menggunakan keduannya, baik metode salafi maupun metode modern. D. Prinsip mengajar Prinsip-prinsip yang dijdikan pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah: 1. Mengajar harus berdasaarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari materi pembelajaran yang akan diajarkan. Oleh karena itu tingkat kemampuan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung harus diketahui guru 2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.

Materi-materi pembelajaran yang berkaitan dengan segi-segi kehidupan yang bersifat praktis pada umumnya dapat menarik siswa untuk mempelajari. 3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa Ada perbedaan individual dalam kesanngupan belajar. Setiap individu mempunyai kemampuan potensial (seperti bakat dan intelegensi) yang berbeda antara satu dengan lainya
4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam belajar.

Kesiapan adalah kapasiti (kemampuan potensial) baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Jika siswa siap untuk melakukan proses belajar, hasil belajar dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya jika tidak siap, tidak akan diperoleh hasil yang baik, oleh karena itu pembelajaran dilaksanakan kalau individu mempunyai kesiapan. 5. Tujuan pembelajaran harus diketahui siswa Jika tujuan pembelajaran diketahui oleh siswa, siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan mengajar mudah diketahui, maka tujuan harus dirumuskan secara khusus. 6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar Para ahli psikologi merumuskan prinsip, bahwa belajar itu harus bertahap dan meningkat. Dari sederhana kepada yang kompleks (rumit), konkrit kepada yang abstrak. E. Kompetensi Pengelolaan Kelas Menurut pendekatan ini, pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dengan terciptanya hubungan yang baik antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Ada tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk pengelolaan kelas. Pertama, pendekatan kekuasaan yakni adanya kekuasaan guru dalam mengawasi tingkah laku siswa sekaligus menerapkan norma yang berlaku dan ditaati oleh siswa sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Kedua, pendekatan kebebasan. Dalam proses pembelajaran siswa diberi kebebasan untuk belajar di kelas dan guru tetap mengawasi segala perilaku siswa dalam kelas. Pendekatan kebebasan digunakan untuk membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik. Ketiga, pendekatan resep yang dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam merespons semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Keempat, pendekatan pembelajaran. Pendekatan ini didasarkan atas suatu asumsi bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku siswa dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan tersebut

menganjurkan tingkah laku guru untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang kurang baik dengan merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik. Kelima, pendekatan perubahan tingkah laku. Pengelolaan kelas merupakan proses untuk mengubah tingkah laku siswa di mana tingkah laku siswa yang kurang baik diubah agar dapat menjadi baik dan yang sudah baik diupayakan dipertahankan. Hal ini sangat penting agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Keenam, pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial. Pendekatan ini berorientasi pada pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial di dalam kelas sebagai sekelompok individu. Pendekatan ini cenderung pada pandangan penyuluhan. Yang terakhir, pendekatan pluralistik. Pendekatan ini menekankan pada potensi, kreativitas dan inisiatif guru dalam mengontrol suasana pembelajaran. Karena itu, pendekatan pluralistik harus berdasarkan situasi yang dihadapinya. F. Etika Seorang Pengajar/Pendidik Seorang guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi. Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya. Selain sifat-sifat umum yang harus dimiliki guru sebagaimana disebutkan di atas, seorang guru juga harus memiliki sifat-sifat khusus atau tugas-tugas tertentu sebagai berikut : Pertama, Jika praktek mengajar merupakan keahlian dan profesi dari seorang guru, maka sifat terpenting yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang. Sifat ini dinilai penting karena akan dapat menimbulkan rasa percaya diri dan rasa tenteram pada diri murid terhadap gurunya. Kedua, karena mengajarkan ilmu merupakan kewajiban agama bagi setiap orang alim (berilmu), maka seorang guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya mengajarnya itu. Ketiga, seorang guru yang baik hendaknya berfungsi juga sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar di hadapan murid-muridnya. Ia tidak boleh membiarkan muridnya mempelajari pelajaran yang lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran yang sebelumnya. Ia juga tidak boleh membiarkan waktu berlalu tanpa peringatan kepada muridnya bahwa tujuan pengajaran itu adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT,. Dan bukan untuk
4

mengejar pangkat, status dan hal-hal yang bersifat keduniaan. Seorang guru tidak boleh tenggelam dalam persaingan, perselisihan dan pertengkaran dengan sesama guru lainnya. Keempat, dalam kegiatan mengajar seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian dan sebagainya. Kelima, seorang guru yang baik juga harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik di hadapan murid-muridnya. Dalam hubungan ini seorang guru harus bersikap toleran dan mau menghargai keahlian orang lain. Keenam, seorang guru yang baik juga harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual dan memperlakukannya sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya itu. Ketujuh, seorang guru yang baik menurut Al-Ghazali adalah guru yang di samping memahami perbedaan tingkat kemampuan dan kecerdasan muridnya, juga memahami bakat, tabiat dan kejiawaannya muridnya sesuai dengan tingkat perbedaan usianya. Kedelapan, seorang guru yang baik adalah guru yang berpegang teguh kepada prinsip yang diucapkannya, serta berupaya untuk merealisasikannya sedemikian rupa. Dari delapan sifat guru yang baik sebagaimana dikemukakan di atas, tampak bahwa sebagiannya masih ada yang sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. Sifat guru yang mengajarkan pelajaran secara sistematik, yaitu tidak mengajarkan bagian berikutnya sebelum bagian terdahulu dikuasai, memahami tingkat perbedaan usia, kejiwaan dan kemampuan intelektual siswa, bersikap simpatik, tidak menggunakan cara-cara kekerasan, serta menjadi pribadi panutan dan teladan adalah sifat-sifat yang tetap sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. G. Komponen-Komponen Pengajaran Sebagai suatu sistem, tentu saja Kegiatan Belajar Mengajar mengandung sejumlah komponen-komponen yang meliputi : a. Tujuan Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu merupakan suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan tersebut akan dibawa. Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam kegiatannya dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Bahan Pelajaran Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam Proses Belajar Mengajar. Tanpa bahan pelajaran, maka Proses Belajar Mengajar tidak akan berjalan. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok, dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap/ penunjang adalah bahan pelajaran
5

yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok. Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. c. Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan Belajar Mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Dalam Kegiatan Belajar Mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, dan akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itulah, siswa yang lebih aktif dan guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. d. Metode Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh karena itu, disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Dengan menguasai dari berbagai macam metode dan bisa menempatkan pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa. e. Alat Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yakni sebagai perlengkapan, pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan. Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dsb. Sedangkan alat bantu pengajaran adalah berupa globe, papan tulis, kapur tulis, gambar, diagram, slide, video, dsb. f. Sumber Belajar Belajar-Mengajar telah diketahui maknanya. Bukan berproses dalam kehampaan, tetapi berproses dalam kemaknaan yang didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai tersebut, tidak mungkin datang dengan sendirinya, akan tetapi diambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam Proses Belajar Mengajar. Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana, misalnya disekolah, halaman, pusat kota, pedesaan, dsb. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut, tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya.

MATERI TRAINING MIKRO TEACHING (TMT) DALAM KEGIATAN PSL KELAS III WUSTHO

OLEH Drs. M. BAQIR YASIN, MM.

MADRASAH DINIYAH ROIDLOTUL UTAABBIDIN PAYAMAN SOLOKURO LAMONGAN 1432 H.

Anda mungkin juga menyukai