Anda di halaman 1dari 3

Psikologi Pemberian Bantuan

Alasan memilih subyek 1. DP merupakan teman dekat saya. Dimana perilaku pertemanan selalu memiliki hubungan timbal-balik, menolong untuk mendapatkan pertolongan kembali. Ketika saya ada masalah teman saya selalu membantu saya mencari jalan keluar dari masalah saya dan begitu pula sebaliknya, ketika DP memiliki masalah saya juga akan membantunya. Kedekatan saya dan DP-lah yang menjadi faktor utama saya memilihnya sebagai subyek wawancara saya. Baik saya maupun DP merasa samasama memiliki pengertian dan kepercayaan dengan kedua belah pihak. 2. DP sedang memiliki masalah yang membutuhkan bantuan, terutama bantuan berupa simpati dan empati saya terhadap masalah yang dihadapi DP. Resume hasil wawancara Saya bertemu DP setelah mata kuliah metodelogi penelitian dan statistika II atau yang lebih dikenal dengan metpenstat II selesai. Wawancara ini dilakukan setelah saya janjian bertemu dengan DP di perpustakaan Psikologi UI jam 11.30. Namun wawancara terlaksana dari jam 12.00. Wawancara berjalan selama 23 menit. Awalnya saya menanyakan kepada DP apa permasalahan yang dihadapinya dan jika ingin diceritakan, saya bisa mendengar dan membantu menyelesaikan masalahnya. DP memulai pembicaraan dengan kekesalannya terhadap mata kuliah metpenstat II. Saya tahu ketika DP presentasi metpenstat II mengenai hasil penelitian kelompoknya, dosen A dan B memberikan banyak komentar mengenai tugas kelompok mereka yang kurang baik. Sehingga timbul kekesalan DP terhadap dosen A yang memang sudah tidak disukainya dari awal kuliah. DP mengatakan bahwa dosen mata kuliah metpenstat semester 2, lebih asyik dan baik. DP juga mengatakan bahwa kondisi dia di dalam teman kelomok metpenstatnya juga tidak baik. DP tidak menyukai sikap teman-temannya tersebut. Menurutnya temanteman itu bersikap mau menang sendiri, terutama seorang temannya (C) yang suka mengatur dan memerintah teman-teman di kelompoknya selayaknya seorang bos. Sifat C yang paling tidak disukai oleh DP adalah ketika C menolak seseorang yang ingin masuk kelompok. Dimana terkesan C suka memilih-milih teman. Apalagi penolakan tersebut langsung di depan orang yang akan masuk ke dalam kelompok tersebut. Seorang temannya lagi (D) juga sering memerintah kepada anggota yang lain, namun D jarang bekerja maupun kumpul kelompok. DP juga menyatakan bahwa kelalaiannya yang tidak pernah konsultasi dengan dosen A adalah karena ia dan teman kelompoknya susah untuk bertemu. Menurutnya teman-temannya tidak pernah memanfaatkan waktu luang dihari senin yang memang besar namunteman-temannya memilih berkumpul pada hari rabu yang waktunya sempit. Untuk mengatasi masalahnya DP menyatakan bahwa apabila ia tidak mengerti-mengerti diajarkan dosen A, maka DP akan mendatangi dosen lain. DP juga menyatakan bahwa ia merasa tertekan dan ketakutan jika diajarkan dosen A. Jawaban 1. 1. Masalah yang dihadapi oleh DP yaitu masalah ketidaksukaannya terhadap dosen metpenstat II sehingga DP merasa berada dalam keadaan tertekan dan ketakutan yang menyebabkan ketidakmengertian pelajaran metpenstat II. 2. Strategi coping yang digunakan dalam menghadapi masalah oleh DP yaitu Problem Focused Coping (PFC) yang merupakan bentuk coping yang lebih diarahkan kepada upaya untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh tekanan (Flokman & Lazarus, 1994) . Dimana DP berusaha mencari penyelesaian dari masalahnya sehingga ia tidak berlarut-larut dalam masalahnya/ menggunakan strategi coping yang salah. Untuk mengatasi ketidakmenegertiannya terhadap metpenstat ia berkeinginan belajar langsung dengan gruru metpenstat II yang lainnya. Selain itu DP menggunakan strategi Emotion Focused Coping (EFC) yang merupakan bentuk coping yang diarahkan untuk mengatur respon emosional terhadap situasi

2.

3.

yang menekan (Flokman & Lazarus, 1994). Dimana DP melihat perbandingannya dengan salah seorang teman sekelompoknya yang memiliki kesamaan nasib dengannya. Lalu dengan mendapatkan dukungan emosional dari teman seperti yang telah saya lakukan kepadanya, yaitu menceritakan masalahnya sehingga beban permasalahannya dapat dikurangi. 3. Hal positif dari DP, yang membantunya mengatasi masalah adalah DP termasuk orang yang mau mencari solusi dari problemnya. Ia tidak berlarut-larut dalam masalahnya. Sikapnya yang bertanggung-jawab sehingga ketika ia tidak ikut serta dalam kumpul kelompok metpenstat II, ia merasa bersalah. DP juga termasuk orang yang pintar dan rajin baik belajar maupun mengerjakan tugas. Apabila temantemannya susah untuk diajak mengerjakan tugas, ia bisa mngerjakannya sendiri. Namun DP merasa tidak percaya diri untuk mengerjakan tugasnya secara mandiri. DP juga memiliki kenalan senior yang pintar dan beberapa dosen, namun ia menyatakan tidak pernah mau menyampaikan masalahnya terhadap mereka. 4. Hal negatif dari DP, yang memperberat masalah atau menghambat penyelesaian masalah adalah DP orangnya suka menjudge orang berperilaku buruk apabila di awal pertemuan orang tersebut berperilaku buruk, maka selanjutnya orang tersebut tetap buruk dimata DP. Konseling metpenstat II pertamanya, ia mendapatkan bentakan dan kata-kata yang kurang mengenakan di dengar olehnya maka selanjutnya ia mempersepsikan dosen tersebut sebagai orang yang berperilaku buruk dan mengatakan gw nggak suka sama dosen A. Hal ini diperparah dengan sikap DP yang tidak ingin mencoba bertemu kembali dengan dosen A untuk konseling, sehingga tugasnya tidak diselesaikan dengan baik. Sikap DP yang suka mengalah dan lemah lembut, sehingga ketika teman-temannya mengatur ia tidak begitu melawan atau membantah temannya tersebut. 5. Faktor lingkungan yang mendukung penyelesaian masalah DP adalah teman

4.

5.

dekatnya, misalnya saja saya. Selain itu teman seagamanya juga memberikan bantuan emosional melalui kegiatan keagamaan yang diadakannya tiap minggu. Faktor lingkungan yang menghambat penyelesaian masalahnya adalah teman sekelompok metpennya yang bukanlah peer-nya. Sehingga ada ketidakbebasan dan ketidaknyamanan DP dalam berinteraksi dengan mereka. Refleksi 1. Permasalahan dari sudut pandang saya sedikit berbeda dengan apa yang disampaikan DP. Menurut saya permaslahan DP adalah kurangnya kemampuan adaptasi DP untuk menerima dosen metpestat II dan teman sekelompoknya. Hal ini disebabkan karena ketika metpenstat I, ia mendapatkan dosen yang santai dan lemah lembut katakatanya ketika belajar. Namun pada metpenstat II, ia mendapatkan sebaliknya. Lalu karena mendapatkan teman yang bukan dari peernya, ia menjadi kurang bisa menyesuaikan sifat teman-teman kelompok metpenstat II yang pada umumnya berasal dari satu kelompok peer yang sama kecuali DP sendiri. Selama ini subyek masih kurang efektif dalam mengatasi masalahnya. Hal ini terlihat tugasnya yang belum terlaksana dan terbengkalai. Namun begitu, DP bisa mengatasi ketika dia menghadapi masa-masa kesulitannya yaitu ketika mengikuti mata kuliah metpenstat II. DP masih berkeinginan datang kuliah, terkadang ada orang yang saking tidak menyukai dosennya sampai tidak datang/bolos mengikuti mata kuliahnya. Ketika teman saya meminta bantuan untuk mengatasi masalahnya, saya merasa terpanggil untuk mendengarkan apa yang ingin diceritakan oleh teman saya , DP.

2.

3.

Sikap empati saya terpanggil untuk memberikan bantuan dukungan emosional kepada DP. Tapi ketika akan memulai wawancara saya berada dalam kondisi ragu dan grogi, apakah saya bisa memberikan bantuan untuk mengatasi masalahnya. Karena kita berdua sudah sering bercakap-cakap, jadi untuk percakapan kami terkesan santai. Namun begitu, setelah saya belajar cara-cara menolong dari psikologi pemberi bantuan menyebabkan saya berusaha untuk melakukan seperti apa yang telah saya pelajari. Setelah wawancara, saya menjadi lebih lega karena telah menyelesaikan wawancara, membantu teman saya menyelesaikan masalah. Dari teman saya, saya juga belajar mengenai bagaimana menghadapi situasi ketika berada diposisinya sekarang. 3. Keterampilan mendengar saya yang baik adalah saya bisa memahami dan mengerti (empati) mengenai perasaan, perkataan, masalah, pikiran, dan solusi yang disampaikan orang lain. saya juga bisa memahami dengan baik komunikasi nonverbal orang lain. contohnya saja ketika wawancara saya bisa tahu DP kesal dari deru nafas yang berat dan intonasi suaranya yang makin meninggi. Ekspresi wajahnya sedih ketika membicarakan masalah teman-temannya. Namun, untuk kontak mata saya masih perlu dibiasakan lagi untuk tidak terganggu dengan kedatangan orang lain. Suara saya dalam menanggapi pernyataan orang lain juga perlu ditingkatkan. Terutama bagi orang-orang yang baru pertama kali berbicara dengan saya. Biasanya mereka cenderung kaget atau kesal mendengar suara saya yang keras (pengaruh kondisi lingkungan tempat say dibesarkan). Saya perlu memperbaiki intonasi suara saya agar tidak selalu tinggi. Kemampuan verbal sya juga perlu ditingkatkan. Karena ketika wawancara saya cenderung hanya menambahkan beberapa prompts dan accent responses.Penggunaan parafrase juga perlu say tingkatkan, karena sya malah cenderung mem-beo daripada mengungkapkan dengan kata-kata kembali pernyataan orang lain. Sebaiknya saya perlu membiasakan diri lagi untuk mengungkapkan kata-kata dengan parafrase. Lalu saya juga terkadang berpikiran kalau saya mengalami bias.

Daftar pustaka

Lazarus, R.S., & Folkman, S. 1984. Stress, appraisal, and coping. Dalam Secondary
Action-Producing Appraisals dihttp://www.naturenurture.org/index.php/futuredirection/appraisals/secondary-appraisals/,

pada tanggal 21 November 2011.

Anda mungkin juga menyukai