Anda di halaman 1dari 16

BERKAS PASIEN A. Identitas Pasien Nama : Ny.

Mugiarti

Jenis Kelamin : Perempuan Umur Agama Pekerjaan Pendidikan Alamat No. CM : 47 tahun : Islam : Ibu Rumah Tangga : SMP : Jl. Kali Pasir Gg. Eretan RT 04/ 08 : -- -- --

Tanggal Berobat: 2 Agusutus 2011

B. Anamnesa Dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 2 Juli 2011 pukul 10.30 WIB 1. Keluhan Utama : Kontrol TB Paru 2. Keluhan Tambahan : Tidak nafsu makan Berat badan menurun Berkeringat pada malam hari Demam pada malam hari 3. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Puskesmas Kecamatan Menteng dengan diantar oleh suaminya untuk kontrol TB Paru yang sudah diderita kira-kira dua minggu yang lalu. Saat ini keluhan yang dirasakan adalah tidak nafsu makan, berat badan yang menurun, serta berkeringat pada malam hari. Pasien mengatakan, pasien sering merasa nafasnya terasa berat tapi keluhan tersebut tidak berlangsung lama. Namun kira-kira dua minggu yang lalu pasien menderita demam pada malam hari berserta keringat dingin saat malam hari. selama dua minggu. Kemudian diikuti oleh keluhan batuk yang dirasakan berdahak namun dahak sulit untuk dikeluarkan. Batuk yang dirasakan pasien sepanjang hari, terutama malam hari sehingga mengganggu tidur pasien. Batuk tanpa disertai dengan keluarnya darah. Menurut pasien, semenjak menderita batuk dan demam di malam hari, pasien tidak nafsu makan sehingga berat badannya menurun. Setelah melihat kondisi dirinya sendiri dengan batuk yang tidak sembuh dalam waktu dua minggu disertai tidak nafsu makan dan berat badan yang semakin menurun membuat pasien khawatir tentang penyakit yang diderita oleh dirinya. Kemudian pasien datang
1

berobat ke Puskesmas Pada saat datang berobat, dokter mendiagnosa pasien menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Akan tetapi diagnosa tersebut belum merupakan diagnosa pasti, hanya merupakan diagnosa sementara. Dokter sempat menanyakan adakah anggota keluarga yang pernah mendapat pengobatan TB Paru selama 6 bulan. Dokter juga menyarankan pasien melakukan pemeriksaan dahak untuk mendukung diagnosa penyakit yang diderita pasien. Pasien disarankan untuk datang ke laboratorium Puskesmas dalam waktu 2 hari untuk melihat hasil pemeriksaan dahak tersebut. Pasien datang kembali ke Puskesmas untuk melihat hasil pemeriksaan dahak pagi, sewaktu, dan pagi, setelah melihat reaksi dari pemeriksaan dahak tersebut hasilnya (+2, +2, +2), ternyata menurut dokter hasilnya positif. Dokter mendiagnosa pasien menderita TB Paru Dokter menganjurkan pasien untuk mendapat pengobatan selama 6 bulan dan harus kontrol setiap bulan untuk melihat perkembangan pengobatannya. Dokter memberikan pengarahan kepada pasien untuk tetap sabar dalam menjalani pengobatan. Selain itu pasien harus memperhatikan diri pasien dalam meminum obat dan perkembangan nafsu makannya. Setelah mendapatkan pengobatan dari Puskesmas dalam kurun waktu dua minggu, kondisi pasien sudah membaik, batuknya pun mulai berkurang. Namun, berat badan pasien belum terdapat kenaikan yang berarti. Hal tersebut dikarenakan nafsu makan pasien yang masih menurun. Berat badan pasien saat ini hanya 38 kg. Sehingga dokter memberikan vitamin penambah nafsu makan dengan tujuan dapat menambah nafsu makan pasien.

4. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengaku belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya Pasien memiilki riwayat asma Riwayat DM dan Hipertensi disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat asma dalam keluarga terjangkit pada ibu pasien Bapak pasien pernah terjangkit penyakit TB

6. Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien berada di tingkatan sosial ekonomi bawah. Suami pasien bekerja sebagai buruh kerja dengan penghasilan yang tidak pernah pasti. Anak yang pertama dan
2

kedua mempunyai penghasilan sebesar masing-masing Rp 200.000,00 setiap bulan. Pasien tidak bekerja hanya seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal bersama suami, ketiga anaknya perempuan, menantu dan cucu pasien dalam satu rumah.

7. Riwayat Kebiasaan : Suami pasien memiliki kebiasaan buruk yaitu merokok di dalam rumah. Sedangkan anak yang kedua dan ketiga sering jajan di luar. Berat badan pasien saat ini 38 kg, jauh dibawah nilai normal berat badan ideal pada umumnya.

C. PemeriksaanFisik 1. Keadaan Umum : Baik 2. Vital sign Kesadaran GCS Tek. Darah Frek. Nadi : : Compos Mentis : 15 : 120/80 mmHg : 100 x/menit : 37,5 r C : 38 kg

Frek Pernapasan: 24 x/menit Suhu BB

Tinggi Badan : 140 cm

3. Status Generalis : Kepala : normocephal, rambut mudah dicabut Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), THT : dalam batas normal Leher : Pembesaran KGB (-) Pembesaran thyroid : (-) Thorax : simetris saat statis dan dinamis Cor : S1-S2 Reguler, mur-mur (-), gallop (-) Pulmo : vesikuler (+/+), wheezing(-/-), rhonki (+/-) Abdomen : bising usus (+) normal Ekstremitas : akral hangat, edema  
 

4. Status Lokalis : -----------

D. Pemeriksaan Penunjang : Dua minggu yang lalu pasien melakukan pemeriksaan dahak dan hasilnya positif. Lalu dilakukan pemeriksaan Rontgen Thorax, kesan: corakan bronkovaskuler lebih dari 2/3 lapang paru.

BERKAS KELUARGA A. Profil Keluarga 1. Karakteristik Keluarga a. Identitas Kepala keluarga : Bpk . Maryadi (52 tahun) b. Identitas Pasangan : Ibu Mugiarti (47 tahun)

Tabel 1. Anggota keluarga yang tinggal serumah Kedudukan dalam keluarga Kepala Keluarga Istri dari Bpk. Maryadi

No

Nama

Gender

Umur Pendidikan Pekerjaan

Keterangan Tambahan Kepala Keluarga Istri yang tinggal dalam satu rumah (pasien)

1.

Bpk. Maryadi

Laki-laki

52 tahun

SMP

Buruh kerja

2.

Ibu Mugiarti

Perempuan 47 tahun

SMP

Ibu Rumah Tangga

3.

Maryani Nurfitri

Anak pertama

Perempuan 26 tahun

SMK

Kasir Parkir

Anak kandung yang tinggal dalam satu rumah

4.

Andri Faisal

Suami dari Maryani Nurfitri

Laki-laki

27 tahun

SMK

Supir pribadi

Menantu yang tinggal dalam satu rumah

5.

An. Randika Pratama

Cucu pertama

Laki-laki

1 tahun 4 bulan

Cucu kandung tinggal dalam satu rumah

6.

Maryati

Anak kedua

Perempuan 23 tahun

SMA

Cleaning Service

Anak kandung tinggal dalam satu rumah

7.

Anisa Yulianty

Anak ketiga

Perempuan 12

SD

Anak kandung tinggal dalam satu rumah


5

2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup a. Lingkungan tempat tinggal Tabel 2 Lingkungan tempat tinggal Status kepemilikan rumah : milik sendiri Daerah perumahan : padat Karakteristik Rumah dan Lingkungan Luas rumah : 6 x 4 m2 Jumlah penghuni dalam satu rumah : 7 orang Luas halaman rumah : Bertingkat 3 Lantai rumah dari : keramik, kayu Dinding rumah dari : kombinasi Jamban keluarga : tidak ada Tempat bermain : tidak ada Penerangan listrik : 450 watt, lampu yang digunakan @5 watt x 6 buah lampu = 30 watt Ketersediaan air bersih : ada Tempat pembuangan sampah : tidak ada b. Kepemilikan barang barang berharga Keluarga ini memiliki : Satu buah kulkas Satu buah kipas angin Satu buah televisi Satu buah DVD player Kesimpulan Pasien tinggal dalam rumah yang tidak sehat dengan lingkungan rumah yang padat dan ventilasi yang tidak memadai yang dihuni oleh 7 anggota keluarga. Dengan jumlah penerangan sebannyak 30 watt. Air PAM umum sebagai sarana air bersih keluarga

3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga a. Sebutkan jenis tempat berobat b. Balita c. Asuransi / JaminanKesehatan : Puskesmas, RS MMA : KMS (+) : (+) GAKIN

Gambar 1 Denah Rumah

4. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas) Tabel 3 Pelayanan Kesehatan Faktor Cara mencapai pusat pelayanan kesehatan Tarif pelayanan kesehatan Kualitas pelayanan kesehatan Murah Memuaskan Keterangan Angkot Kesimpulan Jarak Puskesmas yang cukup jauh dari rumah pasien, membuat pasien harus menumpang angkot untuk menjangkaunya. Biaya pengobatan di Puskesmas menurut pasien sangat murah. Pelayanannya pun memuaskan sehingga pasien mau datang kembali untuk berobat.

5. Pola Konsumsi Makanan Keluarga a. Kebiasaan makan : Keluarga ini memiliki kebiasaan makan sebanyak dua kali dalam sehari. Menu makanan yang diterapkan dalam waktu makan mereka tidak pernah menentu. Menu makanan mereka paling sering hanya makan nasi dengan lauk tahu atau tempe beserta sayuran. Kadang-kadang memasak ikan cue saja. Untuk makan ayam dan dagng sangat jarang. Adapun keluarga ini memasak makanan sendiri namun kadang-kadang mereka membeli makanan di luar rumah. Untuk pelengkapnya pasien mulai minum susu sejak menderita TB. Untuk balita masih menyusui ASI dengan ditambah susu formula. Dan keluarga yang lain tidak ada yang mengkonsumsi buah ataupun minum susu. b. Menerapkan pola gizi seimbang : Keluarga ini masih belum menerapkan pola gizi seimbang yaitu 13 pesan gizi seimbang kepada seluruh anggota keluarga karena keterbatasan ekonomi. Sehingga keluarga ini jarang mengkonsumsi buah-buahan dan susu terutama bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang memerlukan asupan gizi yang seimbang.
8

6. Pola Dukungan Keluarga 1. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga : Mayoritas anggota keluarga ini peduli terhadap kesehatan. Pasien yang merasa bahwa sejak divonis terjangkit penyakit TB, secara rutin selalu kontrol untuk mengambil obat. Kadang-kadang suami pasien yang mengantar ke Puskesmas saat sudah waktunya mengambil obat TB. Keadaan ini tidak menjadi suatu keberatan untuk suami pasien karena demi kesembuhan pasien. Suami pasien juga membantu dalam mengurus keperluan administrasi saat pengobatan. Anak pertama pasien yang selalu mengingatkan pasien untuk minum obat dan mengambil obat. Dia juga membantu dengan cara menandai kalender dan menulis jadwal untuk minum obat. Untuk pasien sendiri memiliki kesadaran yang besar akan penyakitnya. Pasien membatasi diri dengan anggota keluarga yang sehat terutama cucunya. Selain itu pasien juga membatasi diri dalam hal tempat pasien tidur dengan anggota keluarga yang lain. Pasien jg selalu menggunakan masker saat di luar rumah, ataupun kadang di dalam rumah. 2. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga : Jumlah ventilasi dan jumlah jendela yang tidak sesuai dengan ketentuan rumah sehat sehingga siklus udara di dalam rumah yang sangat minim. Berdinding kombinasi antara tembok dan kayu yang membuat udara di dalam rumah yang terasa lembab. Belum lagi posisi rumah yang tidak mendapat pencahayaan sinar matahari yang cukup, membuat rumah menjadi gelap. Kondisi lingkungan sekitar rumah yang berada dalam pemukiman padat penduduk. Setiap bangunan antara rumah yang satu dengan rumah yang lain saling menempel. Kondisi tersebut membuat lingkungan sekitar rumah juga menjadi tidak nyaman. Posisi puskesmas yang cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki kadang menyulitkan pasien. Belum lagi suami yang seorang buruh kerja yang tidak mempunyai jam kerja yang pasti kadang juga menjadi kesulitan bagi pasien untuk datang berobat ke puskesmas. Anak pertama pasien yang sudah punya keluarga sendiri dan sudah bekerja juga kadang menjadi masalah tersendiri. Hal ini karena anak pertama mungkin lupa untuk mengingatkan pasien untuk minum obat dan kontrol karena
9

kesibukannya dan lebih konsentrasi kepada suami dan anaknya tersebut. Serta anak kedua pasien yang sudah bekerja juga dan anak ketiga pasien yang masih sekolah SMP juga tidak bisa selalu mengontrol pengobatan pasien.

B. Genogram 1. Bentuk keluarga : Bentuk keluarga ini termasuk extended family. Bpk. Maryadi adalah seorang suami dari Ibu Mugiarti dan juga selaku kepala keluarga. Ibu Mugiarti sendiri sebagai ibu rumah tangga yang sehari-hari mengurus rumah, suami dan anaknya. Dalam hal mengurus rumah Ibu Mugiarti dibantu oleh anak-anaknya. Maryani Nurfitri adalah anak pertama yang sudah menikah dengan Andri Faisal dan mempunyai seorang anak Randika Pratama yang merupakan cucu pertama dari keluarga Bpk. Maryadi. Maryati sebagai anak kedua telah bekerja sendiri dan memiliki penghasilan. Anisa Yulianty adalah anak ketiga yang msih sekolah SMP. Selurhn anggota keluarga tinggal dalam satu rumah 2. Tahapan siklus keluarga : Tahapan siklus keluarga Bpk. Maryadi adalah masuk ke dalam tahap keluarga dengan anak-anak yang dewasa ( The Family with adolescent) . Ibu Mugiarti (pasien) berusia 47 tahun merupakan anak pertama dari empat bersaudara dan bersuamikan Bpk. Maryadi yang berusia 52 tahun. Mereka sudah memiliki tiga orang anak yang seluruhnya perempuan. Anak pertama Maryani Nurfitri sudah berusia 26 tahun yang sudah menikah dengan Andri Faisal yang berusia 27 tahun. Anak kedua Maryati sudah berusia 23 tahun belom menikah tapi sudah bekerja. Anak ketiga bernama Anisa Yulianti berusia 12 tahun masih sekolah SMP. Pasien memiliki cucu yang merupakan cucu pertama, anak dari Maryani Nurfitri dan Andri Faisal. Cucu tersebut bernama Randika Pratama yang berusia satu tahun empat bulan. Seluruh anggota keluarga masih tinggal dalam satu rumah.

10

3. Family map (gambar)

Meninggal Pada usia 72 th

Meninggal Pada usia 74 th

M eninggal Karena Penyakit TB Pada usi a 63 th

Meninggal Pada usi a 58 tahu n

Tn M (52)

Ny. M (47)

A F (27)

MN (26)

M (23)

AY (12)

An. RP (1th4bln)

Keterangan:

:Laki-laki

: Perempuan

: Penderita

: Meninggal

: Penderita Meninggal

: Tinggal serumah

11

C. Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga 1. Masalah dalam organisasi keluarga: dalam struktur keluarga, kepala keluarga adalah suami pasien yang bekerja sebagai buruh kerja dan juga menjabat sebagai ketua RT. Dengan kondisi seperti itu suami kadang tidak terlalu memperhatikan kondisi pasien. Karena pekerjaan suami yang sudah berat belum lagi mengurus warga di lingkungan rumahnya yang menjadi tanggung jawabnya. Anak yang pertama yang sudah berkeluarga yang mempunyai anak bayi dan bekerja kadang terlalu sibuk bekerja dan mengurus keluarganya. Dalam hal mengingatkan minum obat kadang terlewat. Anak kedua yang sudah bekerja juga tidak bisa terlalu banyak memperhatikan penyakit ibunya. Karena jam pulang kerja cukup sore sehingga sesampainya dirumah hanya terasa lelah. Anak ketiga yang masih sekolah SMP suka tidak terlalu

mempermasalahkan tentang penyakit yang diderita pasien. 2. Masalah dalam fungsi biologis: pasien saat ini menderita TB Paru yang baru dua minggu di vonis oleh dokter dan baru dua minggu berobat. Sebelumnya penderita juga pernah mengidap asma sejak kecil, dan kadang-kadang masih suka kambuh. 3. Masalah dalam fungsi psikologis: pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien sekarang tinggal bersama suami, ketiga anaknya, menantu, dan cucu. Jika kadang semua anggota keluarga sedang sibuk dengan urusannya masing-masing maka pasien kesulitan dalam hal urusan berobatnya. Hal ini menyebabkan pasien kadang merasa menyerah dan sedih terhadap penyakit yang dideritanya sekarang, dimana peran serta keluarga sangat dibutuhkan. Pasien juga suka mengeluhkan cucunya yang menangis saat pasien ingin beristirahat. Kejadian tersebut membuat pasien merasa sangat terganggu. Namun pasien mencoba menaggapi semua hal tersebut dengan tenang. 4. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebetuhan: kepala keluarga adalah suami pasien yang bekerja sebagai buruh kerja dengan kondisi kadang berpenghasilan kadang tidak. Namun masalah penghasilan masih bisa sedikit teratasi dengan kondisi anak pertama dan anak kedua yang sudah bekerja. Anggota dalam keluarga ini termasuk sangat kompleks dengan adanya menantu dari anak pertama. Kebutuhan ekonomi keluarga ini ditunjang dengan pendapatan keluarga yang relatif kecil dan tidak menentu menyebabkan sulit untuk terpenuhinya kebutuhan rumah tangga. Sehingga pasien sering mengeluh dalam mengelola rumah tangga dan kepuasan pasien sebagai istri untuk mengelola rumah tangga masih merasa kurang. Penghasilan yang didapat dirasakan belum mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk berobat ke Puskesmas pasien menggunakan kartu gakin.
12

5. Masalah lingkungan: lingkungan tempat tinggal pasien merupakan lingkungan yang padat penduduk dan letak rumah yang satu dengan rumah yang lainnya saling menempel. Jalan setapak yang ada di bagian depan rumah pasien juga terasa lembab dan tanahnya menjadi basah saat hujan. 6. Masalah perilaku kesehatan: perilaku pasien dalam menjaga kesehatan dan penyakitnya supaya tidak menular masih kurang. Jika pasien sedang tidak menggunakan masker dan batuk, pasien jarang menutup dengan tissue atau kain. Walaupun pasien sudah tahu bahwa dia perlu menggunakan masker tapi kesadaran pasien dalam menggunakan masker masih kurang. Pasien jarang menggunakan masker saat dirumah. Pasien juga sering menggendong cucunya dan tidak menggunakan masker.

D. Diagnosis Holistik 1. Aspek personal : (alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran) Pasien datang atas kemauan sendiri dan diajak berobat oleh anaknya untuk memeriksakan kesehatannya di Puskesmas. Hal ini dilakukan karena pasien khawatir bahwa batuk yang diderita oleh pasien tidak kunjung sembuh. Sebelumnya pasien rutin memeriksakan ke puskesmas dan Rumah Sakit karena asma yang dideritanya. Dengan berobat ke puskesmas pasien berharap penyakitnya dapat cepat sembuh. 2. Aspek klinik : (diagnosis kerja dan diagnosis banding) Diagnosis Banding Diagnosis Kerja pasien) Pertama adalah kondisi fisik tubuh pasien itu sendiri yang tidak baik dengan berat badan yang tidak sesuai dengan semestinya. Lalu pasien ini juga mengidap penyakit asma yang dapat memperburuk penyakitnya. Kemudian melihat kondisi ekonomi pasien, kondisi fisik pasien sendiri, dan berbagai faktor di sekitar pasien. Pasien kadang merasa menyerah dengan penyakitnya. Kadang merasa sedih bahwa pengobatan ini akan berjalan sangat lama. Faktor perilaku pasien mengenai kesehatannya juga masih belum baik. Dimana jika pasien sedang tidak menggunakan masker dan batuk, pasien jarang menutup dengan tissue atau kain. Pasien jarang menggunakan masker saat dirumah. Pasien juga sering menggendong cucunya dan tidak menggunakan masker. Jika tidak
13

: : TB Paru

3. Aspek risiko internal : (faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan

dirubah hal tersebut dapat menambah penyebaran penyakit yang sedang diderita oleh pasien 4. Aspek psikososial keluarga : (faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien) Suami pasien yang sibuk dan anak pertama pasien yang juga sibuk karena bekerja dan mengurus keluarganya sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat mempersulit kondisi pasien. Belum lagi anak kedua yang sudah bekerja dan anak ketiga yang masih sekolah SMP terkesan tidak terlalu memperhatikan kondisi pasien. Banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan ukuran yang sempit bisa menjadi salah satu faktor yang dapat memperburuk. Hal tersebut karena adanya bayi yang tinggal dalam rumah tersebut dan sering merengek menjadi gangguan tersendiri bagi ketenangan pasien. Dengan rumah berada di lingkungan padat penduduk, serta kondisi yang lembab di dalam rumah yang tidak mendapat pencahayaan yang cukup. Luas rumah yang sempit, dan bentuk bangunan yang tidak memenuhi kriteria kesehatan menjadi salah satu faktor yang dapat mempersulit kondisi penyakit pasien. Pemasukan keluarga yang tidak mencukupi menyebabkan kondisi ekonomi keluarga yang tergolong dalam ekonomi bawah.. Hal ini kadang menjadi beban pikiran pasien dalam kondisi sulit untuk memenuhi kebutuhan pengobatan untuk penyakitnya. 5. Aspek fungsional : (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari baik di dalam maupun di luar rumah, fisik maupun mental) Pasien tidak ada kesulitan dan masih merasa mampu dalam hal fisik dan mental untuk melakukan aktifitas di dalam maupun di luar rumah.

14

E. Rencana Pelaksanaan (sesuai dengan keempat aspek diatas)


Hasil yang diharapkan Mempertahankan agar pasien tetap mau periksa ke Puskesmas Memberi masukan dukungan seluruh anggota keluarga terhadap kondisi pasien Menyembuhkan penyakit yang diderita pasien Mencegah perburukan dari kondisi penyakit, serta mencegah komplikasi Pasien dapat melanjutkan pola makan dan pola hidup yang sehat Pasien dapat merubah kebiasaanya yaitu dengan menggunaka masker. Lebih tawakal pada Tuhan, sabar dalam menghadapi penyakitnya Peningkatan rasa kepedulian anggota keluarga terhadap proses pengobatan pasien. Pasien dapat tenang dan sabar menghadapi kondisi keluarganya saat sekarang. Jumlah lubang ventilasi dan jumlah pencahayaan di rumah bertambah Keterangan Biaya

Aspek Aspek personal

Kegiatan Menganjurkan kepada pasien untuk rajin kontrol dan segera ke Puskesmas satu hari sebelum obatnya habis Memberi semangat pada pasien bahwa penyakitnya akan sembuh jika minum obat teratur Pemberian OAT

Sasaran Ibu Mugiarti (pasien)

Waktu Saat pasien berobat ke Puskesmas dan saat kunjungan ke rumah pasien

Rp. 30.000,-

Aspek klinik

Pasien

Saat pasien kontrol ke Puskesmas (dua minggu sekali) Enam bulan beruturut-turut

Jaminan kesehatan

Aspek risiko internal

Aspek risiko sosial keluarga

Aspek fungsional

Mengajurkan pasien untuk makan makanan yang bergizi, dan rajin kontrol penyakitnya ke balai kesehatan. Memberitahukan kepada pasien untuk merubah perilakuny dengan memakai masker. Selalu bertawakal pad Tuhan dan sabar dalam menghadapi cobaan penyakitnya. Memberi nasihat kepada anggota keluarga untuk mendukung dan peduli terhadap proses pengobatan pasien. Memberi konseling dukungan pada pasien agar sabar untuk menghadapi kondisi keluarga yang tinggal dirumah dan kondisi ekonomi nya. Menganjurkan untuk menambah jumlah ventilasi dan pencahayaan dirumah. Menganjurkan pasien untuk menjaga kondisi fisiknya dan olah raga ringan.

Pasien

Setiap pasein kontrol ke Puskesmas dan saat kunjungan ke rumah

Rp. 30.000

Pasien dan seluruh anggota keluarga

Saat pasien kontrol ke puskesmas dan saat kunjungan ke rumah pasien secara bertahap untuk penambahan ventilasinya.

Rp. 230.000

Untuk menambah jumlah ventilasi, dilakukan secara bertahap untuk mencapai jumlah yang diinginkan.

Pasien

Saat pasien kontrol ke Puskesmas dan saat kunjungan ke rumah

Agar kondisi fisik pasien tetap baik dan pasien dapat melakukan aktivitasnya sesuai dengan usia pasien

15

F. Prognosis 1. Ad vitam : ad bonam 2. Ad sanasionam : ad bonam 3. Ad fungsionam : ad bonam

16

Anda mungkin juga menyukai