Anda di halaman 1dari 10

Konsep Organisasi dan Budaya Perusahaan Kelompok I

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Budaya adalah bagian dari hidup kita yang selama ini seringkali kita abaikan peranannya. Padahal budaya tersebut berperan penting dalam membentuk diri kita sehingga kita mampu mencapai sesuatu. Budaya perusahaan merupakan identitas bagi suatu perusahaan. Kita bisa membedakan budaya yang satu dengan yang lain sejak masuk ke perusahaan tersebut. Bagaimana perilaku satpam terhadap tamu, bagaimana pelayanan dari staf customer service merupakan cerminan budaya perusahaan yang dirasakan pelanggan. Di era pengetahuan seperti sekarang ini, bukan hanya produk unggulan yang dicari pelanggan, tetapi juga pelayanan yang memuaskan dan membuat mereka bertahan. Hodge, Anthony dan Gales mendefinisikan budaya adalah konstruksi yang mencakup karakteristik organisasi yang tampak dan tidak tampak. Budaya yang tampak meliputi aspek organisasi seperti arsitektur, pakaian, pola perilaku, peraturan, legenda, mitos, bahasa dan seremonial. Sedangkan yang tidak tampak mencakup, norma-norma, keyakinan dan asumsiasumsi anggota organisasi. Menurut Edgar H. Schein ( 1985) Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi ekstrenal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan kepada angota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan dan merasakan terkait degan masalahmasalah tersebut. Budaya perusahaan dapat dicerminkan dari peranserta pegawai dalam membangun organisasi perusahaan, sehingga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja karyawan yang tinggi merupakan salah satu indikator juga efektivitas manajemen, yang berarti bahwa budaya organisasi telah dikelola dengan baik.Budaya perusahaan sering juga disebut budaya kerja, karena tidak bisa dipisahkan dengan kinerja (performance) Sumber Daya Manusia (SDM); makin kuat budaya perusahaan, makin kuat pula dorongan untuk berprestasi.

Konsep Organisasi dan Budaya Perusahaan Kelompok I

Lingkungan kerja merupakan bagian penting yang menentukan suatu keberhasilan seseorang. Suatu keberhasilan bukan hanya ditentukan karena adanya pengetahuan dan kemampuan menggunakan akal pikiran tapi juga kemampuan untuk mengarahkannya pada kebaikan, baik secara individu ataupun kelompok sebagai contoh atas keberhasilan. Maka budaya perusahaan perlu dikembangkan sebagai wujud dari identitas suatu perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka kami merumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Apa sajakah model model budaya perusahaan ? 2. Berapa jenis subbudaya ? 3. Bagaimanakah budaya dan pembelajaran organisasi ?

1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Memenuhi tugas mata kuliah Budaya Organisasi 2. Mengetahui model model budaya 3. Mengetahui jenis subbudaya organisasi, dan 4. Memahami budaya dan pembelajaran organisasi

Konsep Organisasi dan Budaya Perusahaan Kelompok I

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Organisasi dan Budaya Perusahaan Organisasi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari kelompok individu yang melalui suatu hirarki sistematis dalam pembagian kerja, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut J.R. Schermerhorn , Organization is a collection of people working together in a division of labor to achieve a common purpose. Organisasi adalah kumpulan orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Edward Burnett menyatakan bahwa budaya mempunyai pengertian teknografis yang luas meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan/percaya, seni, moral, hukum, adapt istiadat, dan berbagai kemampuan dan kebiasaan lainnya yang didapat sebagai anggoa masyarakat. Menurut Edgar H. Schein ( 1985) Budaya organisasi adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi ekstrenal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan kepada angota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan dan merasakan terkait degan masalah-masalah tersebut. Peter F. Drucker mendefinisikan udaya Organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah ekternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada angota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait sepeti di atas.

2.2 Model Model Budaya Perusahaan Model budaya perusahaan ada yang dapat terlihat dan ada yang tidak. Beberapa pakar mengemukaakan model budaya perusahaan sepert 3 level budaya menurut Edgar H. Schein, 3 lapisan budaya menurut Fons Tropenaars dan model budaya organisasi sekloah yang dikemukakan Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel. 2.2.1 Edgar h. Schein ( 1985) melukiskan budaya organisasi dalam 3 level yaitu :

Level 1 : Artefak dan Kreasi Artefak adalah sesuatu yang kasat mata, fisik, dan sifatnya banyak simbolik. Pada level ini, orang yang memasuiki sebuah organisasi dapat melihat dengan jelas bagaimana

Konsep Organisasi dan Budaya Perusahaan Kelompok I

output ( barang dan jasa), teknologi, bahasa tulis dan lisan, produk seni dan perilaku anggota organisasi. Contoh budaya artefak seperti kita ketahui para eksektif muda membawa laptop atau gadget lainnya kemana mana, ketika mengunjungi suatu kafe makin banyak para pelanggan kafe bertanya dulu sebelum memesan makanan atau minuman, apakah di kafe ini ada wi-finya ?. Ketersediaan fasiliats koneksi ke internet menjadi requirements ( syarat) untuk kafekafe akibat perubahan consumer behavior.Dari contoh sederhana tersebut, pada level artefak dan behavior tebentuk suatu perilaku akibat perkembangan teknologi digital, maka bisa dikatakan bahwa digital culture itu ada dan terjadi. Level 2 : Nilai nilai Nilai nilai adalah solusi yang muncul dari seorang pemimpin dalam organisasi dengan maksud memcahkan masalah masalah rutin dalam organisasi tersebut. Nilai dapat mencerminkan falsafah dan misi organisasi, tujuan, standard dan larangan. Misalnya, perusahaan baru yang didirikan mengalami penurunan penjualan produk. Pemimpin perusahaan menyatakan bahwa timnya harus meningkatkan iklan dan menerobos pasar baru untuk meningkatkan penjualan. Pernyataan ini dijabarkan dalam kegiatan operasi anggota organisasi dan berhasil. Kepercayaan pemimpin ini merupakan nilai nilai dari pemimpin. Level 3 : Asumsi Dasar
Asumsi dasar adalah hubungan dengan lingkungan, hakikat mengenai aktivitas manusia, dan hakikat hubungan kemanusiaan. Dalam asumsi dasar terdapat petunjuk yang harus dipatuhi

setiap organisasi menyangkut perilaku nyata, termasuk menjelaskan kepada anggota kelompok bagaimana merasakan, memikirkan sesuatu. Asumsi mendasar lainnya yang berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan adalah sifat sifat ruang dan waktu; aktifitas manusia; sifat kebenaran dan bagaimana seseorang menemukannya; tata cara yang benar hubungan antara individu dengan kelompok; kepentingan relatif dari bekerja, keluarga dan pengembangan-diri; peranan yang seimbang antara laki-laki dan perempuan; dan lingkungan keluarga. 2.2.2 Fons Tropenaars ( 1995) mengemukakan budaya perusahaan seperti bawang bombai

yang terdiri dari bebrapa lapis. 1. Lapisan paling luar merupakan produk produk eksplisit atau budaya eksplisit. Eksplisit yaitu realitas yang dapat di observasi (artefak dan produk-produk, contoh : bahasa, pakaian, bagunan, monumen dll).

Konsep Organisasi dan Budaya Perusahaan Kelompok I

2. Lapisan tengah merupakan norma dan nilai-nilai. Norma merupakan rasa bersama yang dimiliki kelompok mengenai benar dan salah. Menurut Trompenaars, norma secara sadar atau tidak sadar memberikan perasaan anggota organisasi suatu cara normal untuk berprilaku, sedangkan nilai memberikan anggota organisasi suatu perasaan aspirasi dan keinginan untuk berprilaku. 3. Inti yaitu Asumsi mengenai eksistensi manusia. Nilai-nilai dasar manusia adalah melangkah untuk bertahan hidup atau tetap hidup menhadapi tantagan lingkungannya. 2.2.3 Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel ( 2001) dalam bukunya Educational

admisntration : theory, research, and practice mengemukakan budaya organisasi sekolah yaitu : 1. Norma. Norma merupakan elemen dasar dari budaya suatu organisasi. Norma juda dikomunikasikan kepada anggota-anggota organisasi melalui cerita-cerita dan seremoniseremoni yang menyediakan contoh-contoh kuat dan nyata mengenai apa yang dikehendaki organisasi. Norma adalah fenomena universal yang diperlukan, kuat bertahan, akan tetrapi juga dengan mudah dapat dirubah. Gambar. Level budaya menurut Hoy dan Miskel ( 2001)
Dalam Asumsi-asumsi dimengerti tanpa diucapkan Premi Abstrak : y Sifat alami manusia y Sifat hubungan kemanusiaan y Sifat kebenaran dan realitas y Hubungan dengan lingkungan Nilai- nilai konsepsi mengenai apa yang diinginkan : y Keterbukaan y Kepercayaan y Kerjasama y Keintiman y Tim Kerja Norma norma y Dukung para kolega anda y Jangan mengkritik kepala sekolah y Selesaikan problem disiplin anda sendiri y Bersedia memberikan bantuan kepada para siswa y Kenalilah kolega anda Abstrak

Dangkal

Konkret

Konsep Organisasi dan Budaya Perusahaan Kelompok I

2. Nilai nilai Bersama. Nilai nilai bersama, merupaka konsepsi mengenai apa yang diharapkan. Mengenai apa yang harus dilakukan anggota organisasi agar sukses dalam organanisasi. 3. Asumsi asumsi dimengerti tanpa diucapkan. Karena asumsi telah bekerja secara berulang-ulang dengan baik, maka menjadi dasar yang mereka ambil apa adanya (taken for granted), menjadi sesuatu yang tidak terdebat, tidak dapat ditentang, serta sangat resistan bagi perubahan

2.3 Subbudaya Budaya dapat dikelompokkan menjadi 4 level yaitu : 1. Budaya Internasional yaitu budaya yang mengatur perilaku bangsa bangsadan manusia secara universal. Budaya internasional merupakannorma, nilai nilai, kebiasaan dan sebagainya yang mempengaruhi perilaku anggota masyarkat internasional. 2. Budaya nasional yang berisi norma, nilai nilai dan kepercayaan yang dianut dan diterapkan oleh anggota suatu bangsa. 3. Budaya suku bangsa yaitu budaya etnik, suku bangsa, dan kelompok lain misalnya kelompok berdasarkan agama. 4. Budaya organisasi yaitu norma, nilai nilai kepercayaan, dan sebagainya yang dianut oleh anggota suatu organisasi. Subbudaya organisasi adalah budaya yang tumbuh dalam organisasi yang berbeda dalam lingkungan organisasi yang sama. Subbudaya tersebut berinteraksi satu sama laindan berinteraksi dengan budaya organisasi.

Edgar H. Schein ( 1996) mengemukakan dalam setiap budaya organisasi terdapat 3 jenis subbudaya organisasi yaitu : 1. Subbudaya Operator (operator culture) merupakan sub budaya karyawan di lini depan yang
bertugas memproduksi dan menyajikan produk yang akan dihasilkan perusahaan.

2. Subbudaya insinyur ( engineer culture) yaitu sub budaya yang merancang proses untuk
menghasilkan produk

3. Subbudaya eksekutif (execituve culture) bertanggung jawab atas strategi yang dilakukannya
untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan.

J. Martin dan C. Siehl ( Andre Brown, 1998) membedakan 3 jenis subbudaya organisasi yaitu : 1. Subbudaya maju (enhancing culture) dimana suatu kelompok individu mengikuti kepercayaan dan nilai nilai dari budaya dominan lebih intensif daripada kelompok lain.
6

Konsep Organisasi dan Budaya Perusahaan Kelompok I

2. Subbudaya ontogonal ( ontogonal culture), dalam jenis ini kelompok individu mengikuti nilai nilai, kepercayaan dan asumsi budaya dominan dari organisasi. Dalam waktu bersamaan mereka juga mengikuti nilai nilai, kepercayaan, dan asumsi tertentu yang tidak bertentangan dengan budaya organisasi. 3. Subbudaya kontra (counter culture), subbudaya ini menentang secara langsung dominasi budaya organisasi dan hubungan simbiotis yang sulit.

Sepanjang abad ke-20, semkain banyak terdapat organisasi nonprofit dan profit atau organisasi bisnis yang bersifat internasional. Perusahaan yang og international atau go global tidak hanya berbisnis di mancanegara, tetapi juga mempunyai budaya organisasi global. Stephen H. Rhinesmith ( 1996) menyatakan untuk menjadi perusahaan global perusahaan tidak hanya berbisnis secara internasional, tetapi juga harus mempunyai budaya organisasi dan system nilai yang memungkinkan menggerakkan sumber sumbernya dimanapun didunia untuk mencapai keunggulankompetitif yang paling unggul. Artinya lebih jauh daripada sekedar kesepakatan untuk ekspor , member lisensi dan distribusi sumber teknologi, modal, fasilitas, tenaga kerja dan material.

2.4 Budaya dan Pembelajaran Organisasi Perusahaan yang melakukan pembelajaran organisasi adalah perusahaan yang memiliki keahlian dalam menciptakan, mengambil, dan mentransfer pengetahuan, dan memodifikasi perilakunya untuk merefleksikan pengetahuan dan pengalaman barunya. Pembelajaran organisasi menolak stabilitas dengan cara terus menerus melakukan evaluasi diri dan eksperimentasi.Menurut Nancy Dixon ( 1994 ) Inti organisasi belajar adalah kemampuan organisasi untuk memanfaatkan kapasitas mental dari semua anggotanya guna menciptakan sejenis proses yang akan menyempurnakan organisasi . Agar dapat mencapai dan mempertahankan keunggulan bersaing dalam lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat, organisasi harus dapat meningkatkan kapasitas pembelajarannya (Marquardt, 1996:15). Pembelajaran kelompok atau tim menyangkut peningkatan dalam pengetahuan, keahlian dan kompetensi yang disatukan oleh kelompok dan di dalam kelompok. Sedangkan pembelajaran organisasi merujuk pada peningkatan intelektual dan kapabilitas produktif yang diperoleh melalui komitmen seluruh organisasi dan kesempatan untuk melakukan perbaikan berkelanjutan (Marquardt, 1996:21).

Konsep Organisasi dan Budaya Perusahaan Kelompok I

Senge (1990:35) dalam bukunya The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization, membangun lima disiplin kunci dari pembelajaran organisasi yaitu : 1. System Thinking Orang dalam organisasi belajar bekerja dalam lingkungan sistemik. Jntung berpikir sistem adalah kesadaran akan keterkaitan dirinya dalam tim, keterkaitan tim dengan organisasi, keterkaitan organisasi dengan lingkungan yang lebih luas lagi. 2. Personal Mastery Dalam organisasi belajar, individu dan profesinya dipandang sebagai faktor yang krusial untuk membawa keberhasilan organisasi. Oleh karena itu individu tidak boleh berhenti belajar. Dia harus memiliki visi (mimpi) pribadi, harus kreatif, dan harus komit pada kebenaran. 7 Habits of Effective People. 3. Mental Models Respon atau perilaku kita atas lingkungan dipengaruhi oleh asumsi yang ada dalam pikiran kita tentang pekerjaan dan organisasi. Kognitif. Persoalannya muncul ketika mental kita terbatas atau bahkan tidak berfungsi, sehingga menghalangi perkembangan organisasi. Dalam organisasi belajar model mental menjadi tidak terbatas, melainkan bebas dan selalu bisa berubah. Jika organisasi menginginkan berubah menjadi organisasi belajar maka harus bisa mengatasi ketakutan-ketakutan atau kecemasankecemasan untuk berpikir. 4. Shared Vision Tujuan, nilai, misi akan sangat berdampak pada perilaku dalam organisasi, jika dibagikan dan dipahami bersama, dan dimiliki oleh semua anggota organisasi. Gambaran masa depan organisasi merupakan juga mimpi-mimpi indah kelompok dan individu. Visi bersama akan menghasilkan komitmen yang kokoh dari individu ketimbang visi yang hanya datang dari atas. 5. Team Learning Tim senantiasa ada dalam setiap organisasi. Sebutannya bermacam-macam : departemen, unit, divisi, panitia, dan lain sebagainya. Seringkali seorang individu berfungsi di beberapa tim. Dalam organisasi individu harus mampu mendudukan dirinya dalam tim. Dia harus mampu berpikir bersama, berdialog, saling melengkapi, saling mengoreksi kesalahan. Individu melihat dirinya sendiri sebagai satu unit yang tidak bisa terpisahkan dari unit lain, dan saling tergantung.

Konsep Organisasi dan Budaya Perusahaan Kelompok I

Agar dapat belajar, organisasi memerlukan memori atau ingatan. Ingatan adalah kemampuan untuk menimpan, mengingat, dan menemukan kembali pengetahuan atau informasi. Menurut Walsh dan Ungson seperti dikutip oleh Andre Brown ( 1998), ingatan organisasi disimpan melalui 6 cara yaitu : 1. Dalam ingatan individu 2. Dalam budaya organisasi, terutama simbol- simbol cerita dan jenis artefak lainnya 3. Dalam system administrasi dan prosedur kerja seperti seleksi, sosialisasi, dan peraturan peraturan 4. Dalam peran structural yang dilakukan individu 5. Dalam struktur fisik organisasi, tat ruang kantor, dan mebel, dan 6. Dalam arsip eksternal mantan karyawan, competitor dan lembaga regulator pemerintah.

Konsep Organisasi dan Budaya Perusahaan Kelompok I

BAB III KESIMPULAN


Berdasarkan uraian-uraian di atas, pada bab ini dapat dikemukakan beberapa pokok kesimpulan sebagai berikut: 1. Budaya adalah konstruksi yang mencakup karakteristik organisasi yang tampak dan tidak tampak. Budaya yang tampak meliputi aspek organisasi seperti arsitektur, pakaian, pola perilaku, peraturan, legenda, mitos, bahasa dan seremonial. Sedangkan yang tidak tampak mencakup, norma-norma, keyakinan dan asumsi-asumsi anggota organisasi. 2. Budaya perusahaan tidak muncul dengan sendirinya di kalangan anggota organisasi, tetapi perlu dibentuk dan dipelajari karena pada dasarnya budaya perusahaan adalah sekumpulan nilai dan pola perilaku yang dipelajari, dimiliki bersama, oleh semua anggota organisasi dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. 3. Budaya perusahaan sangat penting peranannya dalam mendukung terciptanya suatu organisasi atau perusahaan yang efektif. Secara lebih spesifik, budaya perusahaan dapat berperan dalam menciptakan jati diri, mengembangkan keikutsertaan pribadi dengan perusahaan dan menyajikan pedoman perilaku kerja bagi karyawan. 4. Budaya dapat dikelompokkan menjadi 4 level yaitu : budaya organisasi, budaya Internasional, budaya nasional, budaya suku bangsa. 5. Inti organisasi belajar adalah kemampuan organisasi untuk memanfaatkan kapasitas mental dari semua anggotanya guna menciptakan sejenis proses yang akan menyempurnakan organisasi

10

Anda mungkin juga menyukai