Anda di halaman 1dari 5

JURNAL REVIEW

What Makes a Leader?


(By Daniel Goleman)

Sebagai Tugas Mata Kuliah: KEPEMIMPINAN STRATEJIK DAN PERUBAHAN Dosen: Eko Sakapurnama, S.Psi., MBA

Oleh: JUNAIDI NPM : 1106 129 202

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PROGRAM PASCASARJANA KEKHUSUSAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS INDONESIA SALEMBA 2011

JURNAL REVIEW: Harvard Business Review OnPoint Best of HBR 1998 Judul : What Makes a Leader? (Apa yang membuat seseorang menjadi pemimpin) Oleh : Daniel Goleman Tulisan ini akan mengulas sebuah artikel yang ditulis oleh Daniel Goleman. Dalam artikel ini Daniel Goleman mengedepankan sebuah istilah Emotional Intelligenc. atau kecerdasan emosional . Istilah Emotional Intelligence merupakan istilah yang digunakan oleh Goleman dalam sebuah bukunya pada tahun 1995. Di samping itu, Goleman merupakan orang pertama yang menerapkan konsep ini dalam bidang bisnis. Dalam penelitiannya terhadap hampir 200 perusahaan besar dan global, Goleman menemukan bahwa kualitas tradisional yang berhubungan dengan kepemimpinan seperti kecerdasan, cara berfikir, tekad, dan visi belum cukup untuk menunjang keberhasilan seorang pemimpin. Seorang pemimpin sejati yang efektif juga dianggap hebat melalui tingginya tingkat kecerdasan emosional yang meliputi: selfawareness, self-regulation, motivation, empathy, dan social skill. Dalam jurnal ini, Goleman mendiskripsikan masing-masing konsep emotional itelligence dan pembahasan rinci tentang bagaimana pemimpin potensial memahaminya, bagaimana dan mengapa emotional intelligence berkaitan dengan kinerja, dan bagaimana emotional intelligence dapat dipelajari. Berkaitan dengan pendahuluan di atas, di awal artikel ini Goleman menjelaskan hasil temuannya bahwa pemimpin-pemimpin yang paling efektif memiliki tingkat emotional intelligence yang tinggi. Hal ini bukan berarti bahwa IQ dan kemampuan teknis tidak relevan. IQ dan kemampuan teknis juga dipertimbangkan tetapi sebagai kapabilitas ambang; dengan kata lain, IQ dan kemampuan teknis merupakan syarat awal dalam posisi eksekutif. Selanjutnya, dijelaskan bahwa penelitian Goleman yang bersamaan dengan penelitian lain secara jelas memperlihatkan bahwa emotional intelligence sine qua non (harus ada) dalam kepemimpinan. Tanpa emotional intelligence, seseorang yang dapat mengikuti sebuah training terbaik di dunia, memiliki pikiran tajam dan analitis, dan persediaan ide cerdas yang tak habishabis, tetapi dia tetap tidak akan menjadi seorang pemimpin yang hebat. Goleman juga menjelaskan bahwa sebelumnya dia dan rekannya telah, melihat bagaimana emotional intelligence dapat dijalankan dalam pekerjaan, menguji hubungan emotional intelligence dengan kinerja yang efektif, khususnya di kalangan pemimpin, dan melakukan observasi bagaimaana emotional intelligence terlihat dalam pekerjaan. Evaluasi Emotional Intellence Menurut Goleman kebanyakan perusahaan besar saat ini mempekerjakan psikolog terlatih untuk mengembangkan model kompetensi yang membantu perusahaan tersebut mengidentifikasikan, melatih, dan mempromosikan orang-orang yang dianggap bintang dalam cakrawala kepemimpinan. Para psikolog telah mengembangkan model tersebut bagi karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Goleman juga telah menganalisa model kompetensi pada 188 perusahaan yang sebagian besar adalah perusahaan global dan besar. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kemampuan personal yang mana yang membuat kinerja yan baik dalam organisasi tersebut, dan seberapa jauh perusahaan tersebut menjalankannya. Kemampuan personal dikelompokkan ke dalam tiga kategori: skill teknis murni seperti akunting dan perencanaan bisnis, kemampuan
2

kognitive, analytical reasoning, dan kompetensi yang memperlihatkan emotional intelligence seperti kemampuan bekerja dengan orang lain dan keefektifan dalam membawa sebuah perubahan. Dari hasil analisa data terlihat bahwa emotional intelligence semakin memiliki peran pada perusahaan yang berada pada tingkat tertinggi. Self-Awareness Komponen pertama dari emotional intelligence adalah self-awareness atau kesadaran diri seperti yang dikatakan oleh Oracle ribuan tahun silam know thyself atau mengetahui dirimu sendiri. Self-awareness artinya adalah memahami emosi, kekuatan, kelemahan, kebutuhan, dan gerakan seseorang secara mendalam. Orang-orang yang memiliki sef-awareness yang kuat bukanlah orang yang terlalu kritis atau tidak memiliki harapan yang realistis. Mereka lebih jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. Orang-orang yang memiliki tingkat self-awareness yang tinggi mengetahui bagaimanaperasaan mempengaruhi mereka, orang lain, dan kinerja mereka. Self-awareness meluas pengertiannya yaitu sebagai pemahaman seseorang terhadap nilai dan tujuannya. Seseorang yang memiliki kesadaran diri yang tinggi mengetahui kemana tujuannya dan mengapa. Seseorang yang kurang memiliki kesadaran diri akan cepat membuat keputusan yang membawa permasalahan dalam diri sehingga menghilngkan nilainya. Orangorang dengan kesadaran diri yang tinggi mampu berbicara secara akurat dan terbuka walaupun tidak perlu berlebihan dan penuh penyesalan . Self-awareness juga dapat diidentifikasikan saat menilai kinerja. Mereka yang sudah menjadi executive atau manajer biasanya sulit untuk menerima umpan balik dan hal inilah yang hingga saat ini menjadi permasalahan besar dalam perusahaan ketika mereka yang berkuasa merasa tidak bisa dibantah dalam hal apapun. Self-Regulation Secara biologis,ada sesuatu yang menggerakan emosi kita, kita tidak dapat mengabaikannya, tapi kita bisa mengendalikannya. Self-Regulation seperti berbicara dengan diri sendiri, merupakan komponen dari Emotional Intelligence yang membebaskan kita dari perasaaan yang selama ini memenjarakan kita. Self-Regulation membuat kita mampu mengendalikan perasaan dan suasana hati yang selama ini mempengaruhi kinerja kita. Mereka yang memiliki kemampuan ini akan menggunakan kata-kata secara hati-hati dalam menasehati bawahan maupu rekan kerja mereka, memperbaiki kinerja yang buruk tanpa harus menyalahkan pihak manapun dan mampu mengevaluasi untuk mencari penyebab kesalahan kerja yang terjadi. Ada beberapa alasan mengapa self-regulation begitu penting dalam kepemimpinan. Pertama, Orang-orang yang mampu mengendalikan perasaannya adalah orangorang yang bisa menciptakan lingkungan kerja yang penuh kepercayaan dan keadilan. Hal ini akan mengurangi perselisihan yang terjadi dan meningkatan produktivitas kerja karyawan. Kedua, Self-regulation penting untuk alasan kompetitif, semua orang tahu saat ini bisnis dipenuhi oleh ambiguitas dan perubahan. Mereka yang ahli dalam mengendalikan emosi mereka akan bertahan dalam setiap perubahan, mereka tidak panik ketika ada system atau kebijakan baru dalam tempat kerja mereka bahkan kadang-kadang mereka akan lebih cepat beradaptasi. Self-regulation meningkatan integritas seseorang, demi memperkuat posisi perusahaan. Tanda-tanda seseorang memiliki emosional self-regulation mudah dilihat, biasanya kecenderungannya adalah merefleksikan setiap kejadian, dan penuh pemikiran, bisa menghadapi ambiguitas dan
3

perubahan dengan baik, dan memiliki integritas. Tapi terkadang orang-orang yang mampu mengendalikan emosinya terlihat dingin dan tidak bergairah. Karena mereka cenderung menutupi suasana hatinya di hadapan orang lain. Motivation Motivasi merupakan penggerak utama dalam pencapaian di atas ekspektasi. Kata kunci di sini adalah pencapaian. Dengan adanya motivasi manusia lebih menghargai proses untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Motivasi di sini lebih dari sesuatu yang bersifat material yang menggerakan manusia tapi lebih ke kesediaan untuk melakukan sesuatu demi kemajuan diri dan orang lain. Biasanya orang-orang yang memiliki motivasi tinggi adalah orang-orang yang suka dengan tantangan, mencintai pembelajaran, dan merasa puas dan bangga atas hasil yang bisa diraih dengan susah payah. Mereka menggunakan energinya untuk sesuatu yang berguna. Mereka tidak hanya memiliki motivasi ketika ada penguat-penguat tetapi karena mereka suka akan pencapaian sesuatu dengan kesungguhan hati. Orang-orang yang selalu termotivasi untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik biasanya menunjukkan kemajuan secara cepat dalam bekerja. Dan yang menarik, seseorang yang memiliki motivasi tinggi tetap optimis walaupun ada halangan yang berat di hadapan mereka. Adanya Motivasi yang dikombinasikan dengan Self-regulation tidak akan membuat seseorang menyerah karena frustasi dan depresi akibat tujuan yang tidak tercapai. Para manajer biasanya menguji tingkat motivasi pencapaian bawahannya dengan satu bukti yaitu komitmennya terhadap perusahaan. Mereka yang berkomitmen akan tetap berada di perusahaan meskipun ada tawaran gaji yang lebih baik dari perusahaan lain. Empathy Empati tidak berarti kita harus mengadopsi dan menerima suasana hati orang lain untuk diri kita sendiri dan mencoba untuk membuat orang lain senang. Hal ini malah akan menghancurkan kita. Empati lebih baik berarti penuh pemikiran dalam mempertimbangkan perasaan orang lain, dengan adanya factor lain dalam proses membuat keputusan yang terbaik. Kemampuan berempati sangat penting dalam usaha untuk mempertahankan karyawan yang berprestasi dengan baik. Empati juga sangat dibutuhkan dalam kerja tim, dalam era globalisasi yang sangat cepat dan kebutuhan untuk mempertahankan mereka-mereka yang berbakat dalam tim. Seorang pemimpin dalam tim harus mampu merasakan dan memahami sudut pandang orang lain. Pemimpin harus mendorong anggotanya untuk berbicara lebih terbuka tentang permasalahan mereka dan membantu orang lain untuk memandang sebuah kritikan sebagai sesuatu yang membangun diri mereka. Pada akhirnya,empati memainkan peran penting dalam mempertahankan mereka yang bertalenta. Pemimpin perlu memiliki sikap empati untuk mengembangkan dan mempertahankan pekerja yang berprestasi. Biasanya pelatih dan mentor yang hebat mengetahui isi kepala dari orang-orang yang mereka bantu, mereka paham bagaimana memberikan umpan balik yang efektif. Mereka tahu kapan harus mendorong anggotanya memberikan kinerja yang lebih baik dan kapan harus mempertahankan kinerja yang sudah baik.

Social Skill Social skill adalah kemampuan untuk mengendalikan atau mengatur suatu hubungan dengan orang lain. Mereka yang memiliki social skill tinggi mampu menggerakan orang lain sesuai keinginan mereka, sangat focus pada tujuan bersama. Social skill adalah bentuk kulminasi dari lain dimensi tentang EQ. Mereka yang memiliki social skill bisa dengan efektif mengatur hubungan ketika mereka mengerti dan mengendalikan emosi mereka sendiri dan dapat berempati dengan perasaan orang lain. Mereka yang memiliki keahlian ini adalah seorang ahli dalam hal persuasive atau mempengaruhi orang lain, seorang kolaborator yang handal, semangat dan gairahnya menyebar dan mempengaruhi orang lain dan orang lain menjadi terdorong untuk bersama-sama mencari solusi permasalahan. Social skill adalah kunci untuk menjadi seorang pemimpin hampir di semua organisasi. Orang-orang mengetahaui secara intuitif bahwa seorang pemimpin perlu untuk mengatur hubungan dengan anak buahnya secara lebih efektif. Pekejaan bisa diselesaikan secara bersama-sama dan pemimpin yang memiliki social skill bisa menciptakan kondisi di mana bawahannya bisa bekerja sama dengan baik. Motivasi yang tinggi dari seorang pemimpin tidak akan berguna jika ia tidak mampu mengkomunikasikan rasa antusias dan gairahnya pada organisasi. Social skill memberikan jalan bagi pemimpin untuk bisa memanfaatkan EQ nya demi keberhasilan organisasi.

Anda mungkin juga menyukai