Anda di halaman 1dari 2

Menjadi seorang mahasiswa apalagi di sebuah perguruan tinggi memiliki kebanggaan tersendiri.

Kenikmatan ini seharusnya memberikan kita sebuah cerminan dan pengingat beban yang dipikul oleh seorang mahasiswa. Jika dibayangkan persaingan yang dilewati ketika ingin memasuki sebuah perguruan tinggi melalui jalur SPMB, mungkin ini penyaringan di negeri ini yang masih betul-betul murni penilaiannya walaupun untuk jalur masuk perguruan tinggi negeri bukan hanya dari SPMB. Bayangkan berapa orang yang telah kita singkirkan dalam penyeleksian SPMB yang kita ikuti dulu, hanya untuk mendapatkan satu kursi yang saat ini kita duduki di perguruan tinggi, dari sekitar 15000an yang mendaftar yang diterima hanya sekitar 4000an. ketika pengumuman SPMB keluar, kita kegirangan karena ada nama kita yang tercetak di koran yang menyatakan kita diterima, tetapi pernahkah kita berpikir berapa banyak mahasiswa yang telah kita singkirkan duduk di pojokan sambil duduk lesuh karena tidak mendapati namanya di koran pengumuman. SPMB kadang tidak pernah kita duga, secerdas-cerdasnya orang yang ikuti persaingan ini, tetapi mereka masih dapat dikalahkan oleh orangorang yang lebih beruntung. Seharusnya kita dapat mensyukuri atas nikmatNya yang menjadikan kita sebagai orang-orang terpilih untuk lolos dari penyeleksian ini. Lantas apa pertanggungjawaban kita saat ini untuk masyarakat ? apa ilmu yang telah didapatkan saat ini sudah dapat diaplikasikan untuk masyarakat luas atau hanya untuk tampungan sesaat diri sendiri yang berambisi untuk mencerdaskan diri sendiri dan sekedar mendapatkan titel sarjana ? Dalam kondisi kehidupan kampus saat ini terdapat berbagai macam pendapat yang keluar ketika diperhadapkan tentang akademik dan organisasi. Kadang seseorang merasa bahwa ketika mengikuti organisasi maka ia akan membuang waktunya secara percuma untuk mengikuti hal-hal yang tidak berguna. Berbeda dengan apabila kita mengikuti akademik maka akan berguna untuk diri sendiri setidaknya untuk lulus dengan waktu tercepat dan nilai terbaik tetapi apakah memang suatu kenyataan mutlak bahwa dengan mengikuti organisasi maka kita akan rendah basis keilmuannya? Suatu paradigma yang sebenarnya telah mengakar pada sebagian besar mahasiswa saat ini. Pengganggapan bahwa orang yang aktif di organisasi tidak memberikan dampak baik yang signifikan bagi diri seorang mahasiswa. Seandainya kalau kita anak SMA mungkin orang-orang yang paling mengutamakan akademik akan dikatakan sebagai orang yang pintar dan cerdas. Tetapi sayangnya kecerdasan itu kontekstual bukan merupakan sesuatu yang dinilai dengan kecerdasan dari segi akademik saja, semua orang dengan kelebihannya masing-masing, hidup adalah pilihan yang telah ditentukan jalannya bagi setiap orang dengan berbeda-beda. Tidak dapat dipungkiri kalau akademik merupakan prioritas utama tapi otak juga butuh waktu untuk dilatih berpikir dan dilatih potensi pengembangan diri yang lain. Tetapi sebenarnya manusia selalu akan bergerak jika ada kepentingan untuk dirinya. Apa sebenarnya keuntungan organisasi untuk diri kita ? Setiap manusia akan selalu berjalan menuju sebuah kesempurnaan walaupun kesempurnaan itu mutlak hanya milikNya. Akademik dan organisasi seharusnya dapat di seimbangkan dan berjalan beriringan dalam diri seseorang, ibaratnya burung yang dapat terbang dengan kedua sayap, sayap kanan melambangkan akademik dan sayap kiri melambangkan organisasi.

Dalam diri pribadi kita membutuhkan berbagai macam tindakan yang bertujuan untuk mengembangkan diri berupa pengembangan diri dari sisi kognitif sebagai aspek berpikir, afektif sebagai ranah nilai atau perilaku sikap serta psikomotorik sebagai aspek yang medukung ketrampilan. Mungkin untuk aspek kognitif kita bisa mendapatkannya dalam bangku kuliah tetapi untuk afektif dan psikomotorik belum tentu kita dapatkan secara sepenuhnya dalam bangku kuliah. Kita tidak akan mempelajari bagaimana caranya memanajemen orang banyak, memimpin sebuah perusahaan hanya dengan duduk diam sambil mendengarkan dosen menjelaskan tentang mata kuliah yang dibawakannya. Permainan politik tidak dapat dipelajari hanya dengan mengejar akademik semata, mungkin untuk mahasiswa yang kuliah di fakultas sosial dan politik dapat mempelajari teorinya tetapi untuk fakultas lain ? sedangkan saat ini, Tidak dapat dipungkiri bahwa segala profesi yang ada, tidak ada yang tidak terjangkau oleh politik, bahkan seorang penarik becak sekalipun dapat terkontaminasi dan terhegemoni secara perlahan-lahan tetapi pasti oleh permainan politik kaum tertentu. Mungkin ini baru menggambarkan sebagian kecil yang didapatkan dengan organisasi. Kita kembali pada fungsi yang diamanahkan kepada mahasiswa yang semuanya berorientasi kepada rakyat. Lantas ketika hari ini apakah pernah terlintas di benakmu untuk apa ilmu mu ? apa gunanya untuk masyarakat ? kalau tidak pernah ada dipikiranmu sebagai mahasiswa, hanya berpikir bagaimana dapat mencari penghidupan yang layak nanti setelah engkau menyelesaikan studymu, dengan memperoleh titel sarjanamu, lebih baik kamu pulang tidur saja dan tidak usah pikirkan bangsa ini yang penting kau merasa nyaman ! Duduk saja dan banggakan predikat mahasiswamu yang sering dikatakan sebagai kaum terpelajar tetapi sayangnya hanya dapat diam dan menjadi pengecut ! Secara filosofi menurut ali syariati, fungsi mahasiswa sebagai penyampai kebenaran dan perantara bagi kaum tertindas, jika pergerakan mahasiswa selalu identik dengan aksi dan itu yang selalu engkau risaukan, tidak selamanya pergerakan mahasiswa harus dengan turun aksi kejalan tetapi dengan menyumbangkan pemikiranmu melalui karya-karyamu untuk membangun negeri ini sudah lebih dari cukup. Kita merupakan bagian dari rakyat, berbagai macam kebijakan pemerintahan selalu berdampak pada kita tetapi akankah kita akan menjadi penjilat dengan menjual idelisme kita hanya dengan sebuah ketakutan atau kepentingan pribadi kita ? entah apa yang ada dalam benak setiap mahasiwa saat ini ? begitu tidak berhargakah kehidupan rakyat bangsamu dibenakmu kini ?

Anda mungkin juga menyukai