Anda di halaman 1dari 14

SISTEM PENANGGALAN BUDDHA

Makalah ini
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
SISTEM PENANGGALAN
Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Izzuddin, M.Ag








Disusun oleh :
M. Yakub Mubarok (092111101)

KONSENTRASI ILMU FALAK
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010

1

Sistem Penanggalan Buddha
I. Pendahuluan
| :.s :l ..s < !.. :s : _ .. < , _l> ,...l _
!.. -, ``> l: _ `,1l __.....
1

Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan,
dalam ketentuan Allah ketika Dia menciptakan langit dan bumi, diantara bulan
tersebut terdapat empat bulan haram (Dzul-Qadah, Dzul-Hijjah, Muharram dan
Rajab), dan itulah keputusan yang lurus (sesuai peredaran benda langit)...
Al-Quran telah menerangkan kepada kita bahwasanya hitungan bulan
dalam satu tahun adalah ada dua belas bulan. Pernyataan Allah SWT tersebut
adalah sejalan dengan jumlah bulan yang terdapat pada kalender Hijriah yang
dipakai oleh umat muslim dan pada kalender Masehi yang dipakai oleh
sebagian besar masyarakat dipenjuru dunia saat ini.
Kedua kalender tersebut masing-masing merupakan contoh dari Lunar
calendar dan Solar calendar. Kalender Hijriah merupakan contoh kalender yang
sistem penanggalannya menggunakan Lunar calendar system sedangkan kalender
Masehi adalah contoh dari kalender yang sistem penanggalannya menggunakan
Solar calendar system. Solar calendar merupakan sistem perhitungan yang didasari
oleh siklus tropis Matahari, sedangkan Lunar calendar adalah sistem perhitungan
kalender yang berdasarkan siklus sinodik bulan.
Kedua sistem penanggalan tersebut merupakan sistem perhitungan
kalender yang lazim dipakai oleh masyarakat umum. Namun demikian
sebenarnya selain kedua sistem tersebut masih ada satu sistem penanggalan lagi
yang merupakan gabungan dari kedua sistem tersebut. Sistem perhitungan yang
terakhir ini yang kita kenal dengan Lunisolar calendar system.

1
Al Mai dah, ayat 36
2

Sistem penanggalan Lunisolar adalah sistem penanggalan yang mana
basic perhitungannya adalah berdasarkan perhitungan Lunar calendar, sehingga
cara penentuan awal dan akhir bulannya seperti penentuan awal dan akhir
bulan Lunar calendar. Namun, untuk menyesuaikan kembali bulan-bulannya
dengan siklus tropis Matahari/ pergantian musim maka pada tiap beberapa
tahun sekali terdapat tahun panjang yang mana didalamnya disisipi bulan
tambahan (Intercalary Month)
2

Kalender Buddha adalah salah satu dari sejumlah kalender yang
menggunakan sistem penanggalan Lunisolar. Kalender ini adalah salah satu
kalender yang cukup menarik untuk dikaji sistem penanggalannya. Hal ini
bukan hanya dikarenakan sistem perhitungannya yang berdasarkan sistem
perhitungan Lunisolar, yang mana didalamnya terdapat interkalasi hari ataupun
bulan pada tiap beberapa tahun. Namun juga dianggap menarik karena
banyaknya perbedaan antar sekte-nya dalam penentuan awal bulannya.
II. Pembahasan
A. Sejarah Sistem Penanggalan Buddha
Sistem penanggalan Buddha (Buddhist calendar system) adalah merupakan
salah satu sistem penanggalan kuno di dunia. Tidak ada yang tahu persis kapan
tepatnya sistem penanggalan diciptakan dan kapan mulai dipakai. Namun
demikian, para ahli sejarah melalui penelitian mereka terhadap data-data sejarah
yang ada, mereka menyimpulkan bahwa sistem penanggalan pada dasarnya
menginduk terhadap versi asli sistem penanggalan Surya Siddhanta, yang mana
masih digunakan hingga abad ke-3 masehi. Surya Siddhanta sendiri, baik versi
aslinya maupun versi perkembangannya, merupakan rujukan yang dipakai oleh
berbagai sistem penanggalan milik umat Hindu.
3
Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa sistem penanggalan Buddha dan sistem penanggalan Hindu

2
Shofi yul l oh, Mengenal Kal ender Luni sol ar di Indonesia, Mal ang: PP. Mi ftahul Huda,
2005, hl m. 3
3
http://en.wi ki pedi a.org/wi ki /Buddhi st_cal endar, 09/10/2010 pkl 21.35
3

yang ada saat ini adalah berinduk pada satu sistem penanggalan yang sama,
yaitu sistem penanggalan Surya Siddhanta.
Perhitungan tahun dalam sistem penanggalan Buddha adalah dimulai
sejak Paranibbana (paranirvana); yaitu tahun wafatnya sang Buddha.
4
Namun, para
ahli sejarah masih berselisih tentang tahun berapa sang Buddha dilahirkan dan
tahun berapa ia wafat. Hal ini disebabkan terdapat sedikit masalah dalam
pengkonversian penanggalan Buddha ke dalam penanggalan Gregorian. Jika
perhitungan kalender Buddha didasarkan pada tradisi umat Buddha yang telah
ada, maka sang Buddha lahir pada tahun 634 SM, sehingga kalender Buddha
dimulai pada tahun 544 SM. Sedangkan menurut para arkeolog, berdasarkan
data-data statistik dan arkeologik yang telah ada, mereka berpendapat paling tidak
sang Buddha dilahirkan pada tahun 560 SM, sehingga tahun Buddha dimulai dari
480 SM.
5

Sistem penanggalan Buddha ber-basic Surya Siddhanta system tidaklah
dipakai oleh seluruh pengikut Buddha diseluruh dunia. Sistem penanggalan ini
pada umumnya dipakai oleh umat Buddha penganut aliran Theravada saja, yang
mana mayoritas penganut aliran Theravada berada di negara-negara Asia
Tenggara, termasuk Indonesia.
6
Hal ini disebabkan karena banyak perbedaan
tentang tata cara penanggalan antar satu sekte dengan sekte yang lainnya, serta
antara daerah dengan daerah yang lainnya. Sedangkan umat Buddha Mahayana
memiliki sistem penanggalan yang berbeda dengan umat Buddha Theravada.
Sistem penanggalan umat Buddha Mahayana biasanya menyesuaikan sistem
penanggalan yang telah ada pada daerah tersebut, sebagaimana yang terjadi di
negara China, yang mana hari raya umat Buddha pada kalender China tidak
bersamaan dengan kalender Buddha lainnya.
7


4
http://everythi ng2.com/ti tl e/Buddhi st+Cal endar, 09/10/2010 pkl 21.11
5
Ibid
6
Ibid
7
Ibid
4

Perbedaan versi penanggalan antara kalender Buddha Theravada dengan
Mahayana tidak serta merta menyebabkan sistem penanggalan keduanya
berbeda sama sekali. Bagaimanapun, setidaknya masih ada beberapa poin
penting yang harus tetap dijaga dalam perhitungan kalender Buddha, baik
Theravada maupun Mahayana. Poin-poin tersebut antara lain:
8

1. Perhitungan tanggal harus relevan dengan sejarah kehidupan sang Buddha.
Sehingga, apabila kalender dimulai dari tahun wafatnya Buddha
(paranibbana/paranirvana), maka tahun kelahiran Buddha berada pada tahun
(-) 80 tahun Buddha. dengan berpatokan hal tersebut, kejadian-kejadian
yang terjadi dalam masa kehidupan sang Buddha dapat diketahui dengan
tepat.
2. Penanggalan peristiwa-peristiwa penting lainnya dalam sejarah agama
Buddha.
3. Perhitungan tanggal peribadahan (uposatha), dan hari-hari suci, seperti
Waisak ataupun awal dan akhir hari Vassa
B. Bulan Dalam Kalender Buddha
Pada kalender Buddha secara resmi terdapat 12 bulan, nama-nama
keduabelas bulan tersebut berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah
lainnya. Sebagai contoh nama-nama bulan kalender Buddha secara urut menurut
versi Theravada yang berada di Indonesia dan beberapa negara Asia tenggara
lainnya kecuali Myanmar adalah sebagai berikut:
9

1. Caitra 7. Asvina
2. Vaisakha 8. Karttika
3. Jyaistha 9. Margasirsa

8
Ibid
9
Shofi yul l oh, Op.cit, hl m. 36
5

4. Asadha 10. Pausa
5. Sravana 11. Magha
6. Bhadrapada 12. Phalguna
Sedangkan versi Theravada di Burma/ Myanmar yaitu:
10

1. Tagu 7.Thadingyut
2. Kason 8. Tazaungmon
3. Nayon 9. Natdaw
4. Waso 10. Pyatho
5. Wagaung 11. Tabodwe
6. Tawthalin 12. Tabaung
Nama-nama bulan menurut suku Pali:
11

1. Citta 7. Assayuja
2. Viskaha 8. Katthika
3. Jettha 9. Magasira
4. Asalha 10. Phussa
5. Savana 11. Magha
6. Potthapada 12. Phagguna
Bulan pertama (Caitra) biasanya terjadi sekitar pertengahan bulan
Februari sampai pertengahan bulan April.
12
Dalam penentuan awal bulan,

10
http://en.wi ki pedi a.org, Log. cit
11
http://www.Buddhanet.net/cal _mnth.htm, 09/10/2010 pkl 20.58
12
Ibid
6

terdapat perbedaan antara aliran satu dengan yang lainnya. Bahkan umat Buddha
Indonesia yang beraliran Theravada pun berbeda dengan aliran Theravada yang
lainnya. Aliran Theravada pada umumnya (Thailand, Kamboja, Myanmar dan Sri
Lanka) menentukan permulaan bulan terjadi pada saat Bulan baru (newmoon)
13
,
sedangkan permulaan bulan bagi Theravada di Indonesia adalah pada saat Bulan
Purnama.
14

Semua penanggalan Buddha, baik yang awal bulannya terjadi ketika
Bulan Baru maupun yang awal bulannya terjadi pada saat Purnama, membagi
setiap bulannya menjadi 2 (dua) bagian, biasa disebut dwimingguan (fortnight).
15

Dwiminggu pertama berjumlah 15 hari dan dwiminggu kedua berjumlah 14
ataupun 15 hari. Pada tiap bulannya terdapat hari Uposatha, yaitu hari untuk
beribadah. Hari Uposatha dalam satu bulan biasanya terjadi 4 (empat) kali, yaitu
ketika Bulan baru, Purnama, serta hari kedelapan pada tiap dwiminggu (ketika
Bulan terlihat dan bagian).
16

Fenomena pembagian setiap bulan menjadi 2 (dua) bagian pada bulan-
bulan kalender Buddha adalah mirip dengan pembagian yang terdapat pada
kalender umat Hindu (contoh: kalender Saka).
17
Hal ini (sebagaimana telah
diterangkan sebelumnya) dikarenakan Induk dari sistem penanggalan yang
digunakan oleh keduanya adalah sama, yaitu Surya Siddhanta system.
Usia bulan dalam Kalender Buddha sebenarnya adalah sama halnya usia
bulan dalam Lunar calendar, yaitu usia tiap bulannya berkisar 29 hari, dan
dalam 2 bulan terdapat 59 hari.
18
Berdasarkan perhitungan tersebut maka usia

13
http://everythi ng2.com, Log.cit
14
Shoffi yul l oh, Log.cit
15
http://www.Buddhanet.net/cal _week.htm , 09/10/2010 pkl 20.56
16
http://everythi ng2.com, Log.cit
17
http://mahardhi kazi fana.com/social-history-sosial -sejarah/saka-cal endar-and-
buddhi st-cal endar.html , 10/10/2010 pkl 15.48
18
http://everythi ng2.com, Log.cit
7

bulan dalam kalender Buddha adalah 29 hari pada bulan genap dan 30 hari pada
bulan ganjil.
19
Namun karena kalender Buddha merupakan kalender Lunisolar,
maka terdapat pengecualian aturan interval usia bulan (sebagaimana yang telah
dijelaskan diatas) pada tahun panjang yang mana didalamnya terdapat interkalasi
hari ataupun bulan.
C. Sistem Interkalasi Kalender Buddha
Kalender Buddha sebagaimana yang telah kita ketahui adalah termasuk
Lunisolar calendar, oleh sebab itu dalam perhitungannya terdapat apa yang
dinamakan dengan Interkalasi bulan (penyisipan bulan) tiap beberapa tahun
sekali. Kalender lunisolar pada umumnya mengalami 7 (tujuh) kali penambahan
bulan dalam kurun waktu 19 tahun, yang mana dalam sistem penanggalan
Buddha lebih dikenal dengan Adhikamasa. Selain itu, berbeda dengan sistem-
sistem penanggalan lunisolar lainnya disamping terdapat penambahan bulan
pada sistem penanggalan Buddha mengenal pula penambahan hari (adhikavara),
biasanya dalam kurun waktu 57 tahun terdapat 11 (sebelas) kali penambahan
hari.
20

Penambahan hari tersebut bukanlah terjadi begitu saja, namun
berdasarkan perhitungan yang cukup rumit. Pertama, hal ini dikarenakan dalam
penanggalan Buddha mengenal apa yang dinamakan Mahayuga, yang mana dalam
satu Mahayuga terdiri dari 4.320.000 tahun, sedangkan 4.320.000 tahun menurut
perhitungan kalender Buddha terdiri dari 1.577.917.800 hari, sehingga jika
berdasarkan perhitungan Mahayuga tersebut maka rata-rata hari dalam satu
tahun adalah 365,25875 hari.
21

Kedua, siklus interkalasi bulan pada kalender Buddha adalah 19 tahun
dengan 7 tahun kabisat yang mana tiap tahun kabisatnya terdapat bulan ke-13

19
Ibid
20
http://en.wi ki pedi a.org/, Log.cit
21
Ibid
8

yang jumlahnya 30 hari, sehingga jika pada tiap tahun Basithoh kalender Buddha
terdapat 354 hari maka jumlah hari setiap 1 (satu) siklus interkalasi bulan adalah:
(354 hari X 19 tahun) + (30 hari X 7 tahun) = 6.936 hari
Penambahan hari (interkalasi hari) pada sistem penanggalan Buddha
berkaitan erat dengan dua hal yang telah disebutkan diatas (tahun Mahayuga dan
Interkalasi bulan).
Siklus Interkalasi hari untuk sistem penanggalan Buddha adalah 57 tahun
dengan 11 kali penambahan hari. Sebelas hari tambahan tersebut berasal dari
perhitungan sebagai berikut:
57 tahun = 3 kali siklus interkalasi bulan, @ 19 tahun.
Jika tiap 1 (satu) siklus terdapat 6.936 hari, maka dalam 57 tahun
terdapat 20.808 hari.
Sedangkan apabila perhitungan berdasarkan rata-rata hari dalam satu
tahun menurut sistem Mahayuga, maka jumlah hari dalam 57 tahun adalah :
365,25875 hari X 57 = 20.819,74875 hari, atau bisa dibulatkan menjadi
20.819 hari.
Sehingga dari perhitungan diatas dapat kita ketahui bahwa selisih antara
tahun yang hanya menggunakan interkalasi bulan saja dengan tahun yang
berdasarkan sistem Mahayuga adalah 11 (sebelas) hari setiap 57 tahun. Oleh
karena itu, setiap 57 tahun diperlukan interkalasi hari sebanyak 11 kali untuk
mensinkronkan kembali perhitungan kalender Buddha dengan sistem Mahayuga.
Interkalasi bulan (adhikamasa), sebagaimana yang telah disebutkan
sebelumnya, terjadi sebanyak 7 (tujuh) kali dalam kurun waktu 19 tahun.
Penyisipan bulan tambahan yang berumur 30 hari tersebut dilakukan dengan
ketentuan:
9

1. Interkalasi bulan dilakukan pada tahun sebelum terjadinya 13 kali konjungsi
dalam satu tahun.
22

2. Bulan ke-13 (bulan tambahan) diletakkan setelah bulan ke empat yaitu
bulan Asadha dengan nama Asadha pula, sehingga dalam tahun panjang
terdapat 2 bulan Asadha.
23

Sedangkan untuk interkalasi hari (adhikavara) ditambahkan pada bulan
Jyaistha (29 hari), sehingga dalam kurun 57 tahun terdapat 11 bulan Jyaistha yang
genap (30 hari).
24

Berdasarkan perhitungan interkalasi diatas, maka variasi jumlah hari
dalam satu tahun kalender Buddha yaitu 345, 346, 385, dan atau 386, yang mana
secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
25


22
Shofi yul l oh, Log.Cit
23
Ibid, hl m. 34
24
http://www.Buddhanet.net/cal _day.htm, 09/10/2010 pkl 21.06
25
http://en.wi ki pedi a.org, Log.cit
10


Vaisakha, Jyaistha, Asadha pertama dan Asadha kedua, ketika terjadi
kasus yang keempat bulan tersebut secara berurutan mempunyai umur bulan
yang sama yaitu 30 bulan, maka keempat bulan tersebut dijuluki "four even
continuous months" (empat bulan genap yang sambung-menyambung).
26

D. Hari Penting Umat Buddha
Hari yang paling penting yang diperingati oleh umat Buddha diseluruh
dunia adalah hari Waisak. Umat Buddha Theravada memperingati hari Waisak
pada setiap purnama sidhi di bulan Vaisakha. Pada saat itu mereka
memperingati tiga peristiwa penting dalam sejarah kehidupan sang Buddha

26
Ibid
Regular Year (Tahun Basithoh) Leap Year (Tahun Kabisat)
Caitra 29 hari Caitra 29 hari
Vaisakha 30 hari Vaisakha 30 hari
Jyaistha 29 hari/30 hari Jyaistha 30 hari/29 hari
Asadha 30 hari Asadha Pertama 30 hari
Asadha Kedua 30 hari
Sravana 29 hari Sravana 29 hari
Bradapada 30 hari Bradapada 30 hari
Asvina 29 hari Asvina 29 hari
Karttika 30 hari Karttika 30 hari
Margasirsa 29 hari Margasirsa 29 hari
Pausa 30 hari Pausa 30 hari
Magha 29 hari Magha 29 hari
Phalguna 30 hari Phalguna 30 hari
12 bulan 345 hari/346 hari 13 bulan 385 hari/386 hari
11

sekaligus. Ketiga peristiwa tersebut yaitu; kelahiran sang Buddha, pangeran
Sidhartha mencapai keBuddhaan, dan kematian sang Buddha.
27

Sedangkan umat Mahayana memperingati ketiga peristiwa tersebut
pada tiga waktu yang berbeda:
28

1. Kelahiran sang pangeran Sidhartha diperingati setiap tanggal 8 bulan ke-4
kalender China.
2. Pangeran Sidhartha mencapai keBuddhaan, diperingati pada tanggal 8
bulan ke-12 kalender China.
3. Parinibbana (wafatnya sang Buddha), diperingati pada tanggal 15 bulan ke-
2 kalender China.
Selain hari waisak, umat Buddha juga memperingati perayaan penting
lainnya. Hari suci umat Buddha Theravada selalu bertepatan pada saat malam
bulan purnama saat hari uposatha, sebagaimana Waisak yang biasanya jatuh
pada malam bulan purnama pada bulan Mei. Kemudian Asalha Puja, yaitu
malam peringatan pertama kalinya Buddha menyampaikan Khotbahnya,
biasanya jatuh pada pertengahan Juli, pada saat itu pula permulaan dari
peringatan Vassa. Pada saat bulan purnama ke enam setelah Waisak adalah
peringatan hari Pavaana, sekaligus pertanda akhir dari peringatan Vassa. Bulan
purnama setelah itu adalah hari Anapanasati. Dua bulan selanjutnya peringatan
Magha Puja, yaitu biasanya jatuh pada bulan purnama di bulan Maret.
29

III. Kesimpulan
Kalender Buddha adalah termasuk kedalam jenis Lunisolar calendar.
Sebagaimana yang ada pada jenis kalender Lunisolar lainnya, di dalam sistem
penanggalan yang digunakan oleh kalender Buddha pun mengenal adanya

27
Shofi yul l oh, Op.cit, hl m. 35
28
Ibid
29
http://everythi ng2.com, Log.cit
12

interkalasi (penambahan) bulan, sehingga pada tahun panjang terdapat bulan
ke-13. Penambahan bulan pada kalender Buddha adalah terdapat pada bulan
Asadha, sehingga pada tahun panjang terdapat 2 bulan Asadha dalam satu
tahun. Dalam kurun waktu 19 tahun terdapat 7 kali penyisipan bulan
tambahan, yang masing-masing bulan tambahan tersebut berumur 30 hari.
Selain interkalasi bulan, pada sistem penanggalan Buddha juga terdapat
interkalasi hari. Dalam kurun waktu 57 tahun terdapat 11 kali penambahan
hari pada bulan Jyaistha.
Kalender Buddha perhitungannya dimulai dari tahun wafatnya sang
Buddha, yaitu sekitar tahun 544 SM. Dalam penentuan permulaan bulannya
antar satu aliran dengan aliran yang lainnya saling bersilang pendapat,
sebagian memulai hitungan bulan ketika terbentuk Bulan baru, sebagian yang
lain memulai hitungan bulannya ketika purnama. Meskipun demikian, semua
aliran Buddha sepakat bahwa setiap bulan dalam kalender Buddha dibagi
menjadi dua bagian, sebagaimana yang terdapat pada kalender Hindu.
IV. Penutup
Demikian pembahasan yang dapat kami sampaikan pada makalah kali
ini. Sebagaimana fitrohnya manusia tentunya makalah kami tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran serta tegur sapa
dari para pembaca kami nantikan sebagai koreksi bagi kami untuk makalah
selanjutnya. Atas segala perhatiannya kami ucapkan terima kasih.






13

V. Daftar Pustaka
http://astro.nmsu.edu/~lhuber/leaphist.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Buddhist_calendar
http://everything2.com/title/Buddhist+Calendar
http://mahardhikazifana.com/social-history-sosial-sejarah/saka-calendar-and-
buddhist-calendar.html
http://www.2lisan.com/biografi/philosophy/biografi -sang-budha/
http://www.Buddhanet.net/cal_day.htm
http://www.Buddhanet.net/cal_intro.htm
http://www.Buddhanet.net/cal_mnth.htm
http://www.Buddhanet.net/cal_week.htm
http://www.Buddhanet.net/cal_year.htm
http://www.nshi.org/Buddhisme/Indonesia%20Buddhisme/Riwayat-Buddha-
Sakyamuni.htm
Raharto, Moedji, Sistem Penanggalan Syamsiyah/Masehi, Bandung: Penerbit
ITB, 2001
Sofiyulloh, Mengenal Kalender Lunisolar di Indonesia, Malang: PP. Miftahul
Huda, 2006

Anda mungkin juga menyukai