Anda di halaman 1dari 10

Nama : Dwi Hani Paela Nim : 03081003024 Kelompok I (Rabu siang)

Pengolahan Air Sungai hingga Air demin di PT PUSRI III Unit penunjang atau utilitas (offsite) merupakan unit pendukung yang bertugas mempersiapkan kebutuhan operasional pabrik ammonia dan urea. Khususnya yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku dan bahan pembantu. Selain itu utilitas juga menerima sisa dari pabrik ammonia dan urea untuk diolah sehingga dapat dimanfaatkan lagi atau dibuang supaya tidak mengganggu lingkungan. Unit-unit yang dimiliki bagian utilitas pada PUSRI III untuk memenuhi kebutuhan pabrik ammonia dan urea meliputi : 1. Gas Metering Station Gas Metering Station berfungsi untuk : 1. Membersihkan gas alam dari kotoran berupa abu, padatan, liquid, hidrokarbon berat yang terbawa bersama - sama gas alam. 2. Mencatat jumlah pemakaian gas alam. 3. Mengatur tekanan gas alam yang di suplai ke Ammonia Plant dan Offsite sesuai kebutuhan. Pada pabrik ammonia, selain sebagai bahan baku, gas alam dipakai juga untuk pembakaran di Reforming dan Auxiliary Boiler Ammonia. Di offsite, gas alam dipakai pada Gas Turbin Generator (GTG), Waste Heat Boiler (WHB) dan Package Boiler (PB). Gas alam yang berasal dari Pertamina Pendopo Prambumulih masuk Knock Out (KO) Drum Central. Dengan mengatur tekanan di dalam KO Drum ini akan terjadi pemisahan liquid yang terkandung di dalam gas. KO Drum Central kemudian mendistribusikan gas alam ke masing-masing PUSRI IB, II, III, dan IV.

Pengotor-pengotor padat berupa debu serta uap air yang berhasil dipisahkan kemudian dilepaskan ke atmosfer karena tidak mengandung komponen-komponen yang berbahaya, sedangkan hidrokarbon berat yang berhasil dipisahkan akan dikirim ke tempat pembakaran (burning pit). Unit burning pit ini terdapat pada PUSRI IB.

2. Water Treatment Water Treatment merupakan unit pengolahan air untuk mendapatkan air bersih (filter water) dengan bahan baku air sungai Musi. Unit ini bertugas memenuhi kebutuhan pokok air bersih untuk perumahan maupun pabrik, dengan mengolah air baku menjadi air bersih dengan proses kimia. Di pabrik air digunakan untuk keperluan sanitasi, air pendingin, dan bahan baku air demin. Dari sungai Musi, air dipompa menggunakan pompa sentrifugal (1 service dan 1 standby) dengan kapasitas 1000 m3/jam. Bahan baku air sungai selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut : 1. Penyaringan zat padat terapung Air dari Sungai Musi sebelum dikirim ke Offsite dipisahkan dari kotoran yang berupa zat padat terapung dengan cara memasang penyaring disekitar suction pompa. Kualitas dari air sungai yang akan diolah dapat diketahui dengan analisa harian berdasarkan parameter pH, turbidity, dan SiO2. 2. Premix Tank Sebelum air sungai memasuki tangki ini, pada pipa inlet terlebih dahulu diinjeksikan beberapa bahan kimia, yaitu : a. Larutan Chlorine (Cl2), merupakan pembunuh bakteri, jamur dan

mikroorganisme yang terdapat dalam air. b. Larutan Alum (Al2(SO4)3.xH2O), berfungsi untuk memperbesar ukuran partikel koloid sehingga akan lebih mudah membentuk floc dan akan mengendap. Larutan alum yang digunakan memiliki konsentrasi 10%-w.

c. Coagulant aid (Separan), fungsinya memperbesar ukuran floc sehingga proses pengendapan dapat berlangsung lebih cepat dan sempurna. d. Larutan Caustic Soda (NaOH), berfungsi untuk mengatur pH air sungai karena pada sistem pembentukan floc diperlukan kondisi optimum dengan pH 5,86,2. Sedangkan pH air sungai cenderung bersifat asam. Larutan NaOH yang diinjeksikan memiliki konsentrasi 10%-w. Bahan kimia tersebut di atas berupa padatan kecuali Chlorine. Untuk mempermudah penginjeksian, masing-masing bahan dilarutkan terlebih dahulu di tangki pelarut dengan konsentrasi tertentu. Sedangkan Chlorine-nya dipanaskan dulu dengan heater sehingga berubah fase menjadi gas. Bahan-bahan kimia di atas diinjeksikan secara bersamaan dengan dosis yang sesuai hasil jar test mengenai turbiditas air sungai. Pencampuran dilakukan dengan pemasangan alat pengaduk dalam Premix Tank. Untuk mengetahui terjadinya perubahan kondisi berkaitan dengan pemakaian bahan kimia, dilakukan kontrol pH dan kandungan Cl2. 3. Floctreater (Clarifier) Air yang telah diinjeksi bahan kimia siap diendapkan dengan cara flokulasi dan pengendapan dalam Floctreater. Floctreater berbentuk tangki beton silinder. Air masuk melalui pipa-pipa vertikal di bagian bawah bak. Kemudian air yang bersih dipisahkan melalui overflow di bibir Floctreator dan endapan yang terbentuk secara otomatis dibuang melalui sewer di bagian bawah. Zat-zat pengotor berada dalam bentuk senyawa kompleks bermuatan listrik statis negatif. Aluminium sulfat dalam air akan larut membentuk ion Al3+ dan OH serta menghasilkan asam sulfat sebagai berikut : Al2(SO4)3 + 3H2O 2Al3+ 3OH- + 3H2SO4 Ketika molekul aluminium hidroksida bermuatan listrik statis positif bertemu atau kontak dengan muatan listrik statis negatif tersebut pada kondisi pH tertentu maka akan terbentuk floc (butiran gelatin). Butiran partikel floc ini akan terus

bertambah besar dan berat sehingga akan cenderung mengendap ke bawah. Pada proses pembentukan floc pH cenderung turun (asam) karena terbentuk juga H2SO4. Untuk mengetahui kualitas air, dilakukan kontrol di outlet Floctreater dengan parameter pH 5,8-6,2, kadar Cl2 max 0,5 ppm dan turbidity max 2 ppm. Pecahnya floc akan menyebabkan turbidity semakin besar, sehingga dapat terikut ke proses selanjutnya. Untuk menjaga rentang pH tersebut perlu diinjeksikan caustic (NaOH). 4. Clear Well Dari Floctreater, air mengalir ke Clear Well yang berfungsi sebagai tempat penyediaan air dalam jumlah cukup untuk menjamin suatu aliran normal ke unit Sand Filter (saringan pasir). Di Clear Well pH dijaga sekitar 7,07,5 dengan meninjeksikan NaOH ke dalam aliran air yang masuk Clear Well. 5. Sand Filter Dari Clear Well air dipompa untuk penyaringan di Sand Filter, dengan tujuan untuk memisahkan kotoran halus yang masih terdapat di dalam air bersih dan mengurangi ion nitrat/nitrit, yang tidak dapat diendapkan dengan flokulasi. Sand Filter berjumlah 6 buah dan dioperasikan secara paralel. Air keluar dari Sand Filter diharapkan memiliki turbidity maksimum 1 ppm. Enam buah bejana Sand Filter ini berisi dua macam pasir, yaitu: a. pasir halus (fine sand) b. pasir kasar (coarse sand) Apabila kemampuan servis Sand Filter telah menurun, yang diindikasikan dengan meningkatnya pressure drop, maka perlu dilakukan backwash. Backwash dilakukan dengan mengatur kerangan-kerangan secara manual. Fungsi dari backwash adalah mengeluarkan kotoran yang tertahan saat servis. 6. Filtered Water Storage Tank Hasil proses penyaringan ditampung di Filtered Water Storage Tank (kapasitas 4130 m3) yang berfungsi sebagai tempat penampung air bersih untuk selanjutnya dikirim ke unit yang memerlukan yaitu : a. Cooling tower, sebagai make- up cooling water

b. Demineralized plant, sebagai bahan baku demin water c. Potable/Housing Water yang dikirim ke perumahan dan perkantoran untuk memenuhi kebutuhan air. Untuk mengetahui kualitas filtered water dilakukan kontrol harian dengan parameter pH antara 7,0-7,5, turbidity maksimum 1 ppm, kandungan chlorine 0,2 ppm. 3 . Demineralized Water Sistem demineralisasi disiapkan untuk mengolah filtered water menjadi air yang bebas dari kandungan mineral, baik ion positif (kation) maupun ion negatif (anion). Air tersebut akan digunakan sebagai umpan ketel atau Boiler Feed Water (BFW) pada pembangkit tenaga uap tekanan tinggi, sehingga terbentuknya kerak dan korosi logam dapat dihindari. Kation-kation dan anion-anion yang sering ditemui adalah :

KATION Calsium Magnesium Sodium Potasium Iron Mangan Aluminium Ca++ Mg++ Na+ K+ Fe++ Mn++ Al3+

ANION Bikarbonat Karbonat Sulfat Klorida Nitrat Silikat HCO3CO3= SO4= ClNO3= SiO2-

Peralatan yang digunakan pada unit Demineralizer Water Plant antara lain, yaitu : 1. Carbon Filter Operasi dalam carbon filter dapat dibagi ke dalam dua tahap yaitu tahap service (pelayanan) dan tahap pengaktifan kembali. Proses pengaktifan kembali perlu dilakukan apabila karbon telah kehilangan daya serapnya yang ditandai dengan nilai

hilang tekan yang besar. Urutan operasi dalam unit carbon filter adalah sebagai berikut : a. Service (pelayanan). Pada tahap ini air dialirkan dari atas melewati karbon aktif. Proses adsorpsi terjadi saat terjadi kontak antara air dengan permukaan karbon aktif. b. Backwash. Backwash dilakukan untuk merenggangkan media filter dan melepaskan kotorankotoran yang tertahan di dalamnya. Proses ini dilakukan dengan mengalirkan air dari bawah, berlawanan dengan tahap service. c. Rinse. Rinse (pembilasan) dilakukan untuk mengendapkan dan menyusun kembali media filter. Proses ini dilakukan dengan mengalirkan air dari atas. Air keluaran proses ini tidak ditampung melainkan dibuang. Selain itu dilakukan steaming yaitu pembersihan karbon aktif dengan menggunakan steam LS (Low Steam) pada temperatur 1000C1400C, agar karbon aktif dapat bekerja lebih optimal kembali. Carbon Filter yang berisi karbon aktif berfungsi untuk menyaring kotoran yang terikut di filtered water juga mengurangi zat organik, seperti ion nitrat/nitrit dan chlorine. Zat-zat tersebut perlu dihilangkan karena dapat merusak resin Cation dan Anion Exchanger. Pada vessel ini terdapat pipa diatasnya untuk mengeluarkan kandungan minyak yang mungkin terdapat dalam air. 2. Cation Exchanger Dari Carbon Filter, air dipompakan ke Cation Exchanger. Di sini ion positif ditukar dengan ion H+ dari resin dengan rumus kimia HZ. Bila resin telah jenuh, sehingga tidak mampu lagi mengikat kation, dilakukan regenerasi dengan mengalirkan acid (asam sulfat) ke dalam Cation Exchanger. Larutan asam sulfat akan bereaksi dengan resin sehingga mengembalikan kapasitas normal kinerjanya.

Dalam kondisi normal, dua Exchanger melakukan servis, satunya regenerasi lalu stand-by. Regenerasi dilakukan apabila total galon-nya mencapai 2.800 m3 dan atau uji air keluaran, yaitu pengujian electric conductivity > 25 mhos/cm dan high silica > 0,05 ppm. Urutan operasi pada unit penukar kation adalah sebagai berikut : a. Service (pelayanan). Tahap service pada unit penukar kation merupakan reaksi pertukaran antara kation dalam air dengan ion hidrogen oleh resin. Reaksi yang terjadi dalam unit ini adalah sebagai berikut : Cation(aq) + Anion(aq) + H-Z(s) p Cation-Z(s) + 2H+(aq) + Anion(aq)

b. Backwash. Backwash dilakukan untuk merenggangkan resin dan reklasifikasi resin di dalamnya.. Proses ini dilakukan dengan mengalirkan air dari bawah, berlawanan dengan tahap service. c. Regenerasi resin. Regenerasi resin dilakukan untuk menaikkan kembali daya tukar resin yang berkurang selama proses pelayanan. Pada unit penukar kation ini, regenerasi resin dilakukan menggunakan larutan asam sulfat. Reaksi yang terjadi selama proses regenerasi adalah sebagai berikut : Cation-Z(s) + H2SO4(aq) p H-Z(s) + Cation-SO4(aq) d. Rinse (pembilasan). Proses pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa asam sulfat dan garam-garam sulfat yang terbentuk selama proses regenerasi resin. Proses ini dilakukan dengan mengalirkan air dari atas seperti pada proses pelayanan. Air keluaran proses ini tidak ditampung. 3. Anion Exchanger

Air dari Cation Exchanger masuk ke bagian atas Anion Exchanger yang berisi resin. Disini ion-ion negatif dihilangkan dengan anion resin yang memiliki rumus kimia ROH. Anion Exchanger harus diregenerasi dengan larutan caustic soda (NaOH) yang dipanaskan terlebih dahulu untuk mengikat ion-ion negatif yang terikat pada resin. Air keluaran dari penukar anion ini kemudian menuju tahap akhir dari rangkaian Demin Plant yaitu penukar ion gabungan. Urutan operasi pada unit penukar anion adalah sebagai berikut : a. Service (Pelayanan). Tahap pelayanan pada unit penukar anion merupakan reaksi pertukaran antara anion yang terdapat dalam air dengan ion hidroksil (OH-). Reaksi yang terjadi dalam proses ini adalah sebagai berikut : 2H+(aq) + Anion(aq) + R-OH(s) p R-Anion(s) + H2O(l) b. Backwash Backwash dilakukan untuk merenggangkan resin dan reklasifikasi resin. Proses ini dilakukan dengan mengalirkan air dari bawah, berlawanan dengan aliran air pada tahap service. c. Bed Warm U Proses ini dilakukan untuk menghangatkan resin sebelum dimasukkan caustic soda. Pemanasan diperlukan untuk mempermudah lepasnya anion-anion yang telah terikat pada resin yang akan diregenerasi, pemanasan dilakukan hingga resin memiliki temperatur 50
o

C (temperatur operasinya 30

C), hal ini berfungsi untuk

menghilangkan silica yang terkandung. Pada unit penukar kation proses ini tidak perlu dilakukan karena asam sulfat telah memberikan panas ke dalam resin. d. Regenerasi Resin Regenerasi resin dilakukan untuk menaikkan kembali daya tukar resin yang berkurang selama proses pelayanan. Pada unit penukar anion ini, regenerasi resin

dilakukan menggunakan larutan soda kostik. regenerasi adalah sebagai berikut : R-Anion(s) + NaOH(aq) e. Rinse (Pembilasan).

Reaksi yang terjadi selama proses

R-OH(s) + Na-Anion(aq)

Proses pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa asam sulfat dan garam-garam sulfat yang terbentuk selama proses regenerasi resin. Proses ini dilakukan dengan mengalirkan air dari atas seperti pada proses pelayanan. Air keluaran proses ini tidak ditampung. 4. Mixed-Bed Exchanger Air dari anion exchanger masuk ke Mixed-Bed Exchanger. Prosesnya sama seperti pada kation dan anion Exchanger, sehingga didapat demin yang lunak. Dalam Mixed-Bed terdapat resin kation dan anion yang berfungsi untuk menyempurnakan penghilangan ion-ion tersisa. Selama pelayanan, resin kation dan anion bercampur menjadi satu. Setelah jenuh, Mixed-Bed diregenerasi dengan backwash untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terdapat di dalamnya. Kemudian pada saat iddle (didiamkan) secara alami resin kation akan tersusun di bagian bawah karena ukurannya lebih besar daripada resin anion. Baru kemudian diinjeksikan sulfat di bagian atas dan caustic di bagian bawah. Air yang keluar dari unit ini diharapkan mengandung SiO2 maksimum 0,05 ppm dan 0.1 ppm TDS (Total Dissolved Solid), kemudian ditampung di Demin Water Storage untuk didistribusikan lebih lanjut. Urutan operasi mixed bed exchanger adalah sebagai berikut : a. Service (Pelayanan) Tahap pelayanan pada mixed bed exchanger mempunyai prinsip yang sama dengan kation/anion exchanger. b. Backwash Tahap ini dilakukan untuk merenggangkan resin dan penyusunan ulang resin. Resin anion dan kation pada unit ini akan mengalami pemisahan karena perbedaan densitasnya.

c. Regenerasi Resin Regenerasi resin dilakukan untuk mengembalikan daya tukar resin yang berkurang selama tahap pelayanan. Regenerasi dilakukan dalam satu unit terpisah antara anion dan kation. d. Pencampuran Resin Pencampuran resin dilakukan dengan mengalirkan udara dari bagian bawah kolom. Aliran udara dibuat sedemikian sehingga resin anion dan kation saling tercampur dengan baik. e. Rinse (Pembilasan). Tahap pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa asam sulfat dan soda caustic yang digunakan dalam tahap regenerasi. 5. Demineralized Storage Tank Tangki berkapasitas 1800 m3 ini merupakan penampung air dari proses demineralisasi. Air ini kemudian dipompa sebagai make-up di WHB, PB, deaerator, ammonia plant, dan sebagai air proses di urea.

Anda mungkin juga menyukai