Anda di halaman 1dari 9

Pengertian filsafat pendidikan Islam

- Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalamanpengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, pengertian filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf. Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dari segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya. Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis. Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan. Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu: (1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar; (2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong; (3) Ada yang di didik atau si terdidik; dan (4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan. Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Quran dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Quran sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar

terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada alQuran dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Quran ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya. Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Quran dan al Hadist Firman Allah : Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Quran) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Quran itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benarbenarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 ) Dan Hadis dari Nabi SAW : Sesungguhnya orang mumin yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90) Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan : 1. Bahwa al Quran diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT. 2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam. 3. Al Quran dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.

Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta

didik. Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal. Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar. Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan. Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia : 1. Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya. 2. Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya. 3. Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya 4. Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya

Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Quran dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.

FILSAFAT PENDIDIKAN KRISTEN


Bab I. DASAR ALKITABIAH FILSAFAT PENDIIKAN KRISTEN A. Pengertian Filsafat Pendidikan Menurut Jalaluddin dan Abdullah Idi (2009:19), filsafat pendidikan dapat didefinisi-kan sebagai: kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa filsafat pendidikan adalah ilmu yang mempelajari dan menganalisis secara kritis, mendalam dan menyeluruh mengenai haki-kat dari pendidikan. Dengan demikian maka filsafat pendidikan sangat bermanfaat untuk me-mahami hakikat dari pendidikan secara menyeluruh, dan mengembangkan serta memperbaiki pelaksanaan pendidikan secara terpadu. B. Pengertian Filsafat Pendidikan Kristen Sementara itu, menurut pendapat Robert W. Pazmino, sebagaimana yang dikutip oleh Samuel Sidjabat (1999:10), pendidikan Kristen merupakan : usaha bersahaja dan sistematis, ditopang oleh upaya rohani dan manusiawi untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap, keterampilan-keterampilan dan tingkah laku yang bersesuaian dengan iman Kristen; mengupayakan perubahan, pembaharuan dan reformasi pribadi-pribadi, kelompok bahkan struktur oleh kuasa Roh Kudus, sehingga peserta didik hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana dinyatakan oleh Alkitab, terutama dalam Yesus Kristus. Berdasarkan pandangan di atas, maka filsafat pendidikan Kristen berfungsi mendalami secara kritis tujuan, isi, dan pelaksanaan pendidikan secara keseluruhan dan utuh, tidak terpisah-pisah, agar sesuai dengan iman Kristen dan supaya peserta didik hidup sesuai dengan kehendak dan rencana Allah, yakni hidup untuk memuliakan Allah. Dengan demikian secara filosofis pendidikan Kristen memiliki dua dimensi yakni: (1) sebagai tugas dari Allah yang harus dilaksanakan oleh orang percaya, dan (2) proses di mana peserta didik dilayani dan dibentuk menjadi pengikut-Nya yang taat dan setia. Pengertian Filsafat Pendidikan Kristen Sementara itu, menurut pendapat Robert W. Pazmino, sebagaimana yang dikutip oleh Samuel Sidjabat (1999:10), pendidikan Kristen merupakan : usaha bersahaja dan sistematis, ditopang oleh upaya rohani dan manusiawi untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap, keterampilan-keterampilan dan tingkah laku yang bersesuaian dengan iman Kristen; mengupayakan perubahan, pembaharuan dan reformasi pribadi-pribadi, kelompok bahkan struktur oleh kuasa Roh Kudus, sehingga peserta didik hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana dinyatakan oleh Alkitab, terutama dalam Yesus Kristus. Berdasarkan pandangan di atas, maka filsafat pendidikan Kristen berfungsi mendalami secara kritis tujuan, isi, dan pelaksanaan pendidikan secara keseluruhan dan utuh, tidak terpisah-pisah, agar sesuai dengan iman Kristen dan supaya peserta didik hidup sesuai dengan kehendak dan

rencana Allah, yakni hidup untuk memuliakan Allah. Dengan demikian secara filosofis pendidikan Kristen memiliki dua dimensi yakni: (1) sebagai tugas dari Allah yang harus dilaksanakan oleh orang percaya, dan (2) proses di mana peserta didik dilayani dan dibentuk menjadi pengikut-Nya yang taat dan setia.

Tujuan Pendidikan Kristen


Sebagaimana disebutkan di atas, tujuan pendidikan Kristen adalah untuk: meng-upayakan perubahan, pembaharuan dan reformasi pribadi-pribadi, kelompok bahkan struktur oleh kuasa roh kudus, sehingga peserta didik hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagai-mana dinyatakan oleh Alkitab, terutama dalam Yesus Kristus. Nampak sekali, bahwa tujuan pendidikan Kristen bukan sekedar agar peserta didik menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap tetapi harus berdampak kepada perubahan perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah. Ini berarti, pendidikan Kristen lebih meng-utamakan pembentukan karakter kristiani (Christian character building). Dengan lain perka-taan, keberhasilan pendidikan Kristen harus diukur dari adanya pertumbuhan dan perkem-bangan kepribadian yang positif pada setiap peserta didik menurut perspektif iman Kristen, bukan hanya pada prestasi akademik.

Dasar Teologis Filsafat Pendidikan Kristen


Pembahasan tentang dasar-dasar alkitabiah filsafat pendidikan Kristen banyak berkisar pada standar pendidikan Kristen dalam perspektif Firman Tuhan. Berkaitan dengan itu Samuel Sidjabat menyatakan sebagai berikut (1999:25): Teologia dapat dikatakan sebagai kajian yang membahas soal keberadaan, sifat dan perbuatan Tuhan bagi keutuhan ciptaan-Nya. Dalam pandangan iman Kristen kita memiliki pemahaman Tuhan secara teistik. Maksudnya, bahwa Tuhan Allah yang menciptakan langit dan bumi ini adalah juga Pribadi yang memelihara ciptaan-Nya. Dasar-dasar teologis filsafat pendidikan Kristen diperlukan untuk memberi arah yang jelas bagi pelaksanaan pendidikan Kristen. Untuk itu para pendidik Kristen wajib memiliki pandangan teologis yang benar yang bersumber dari Firman Tuhan agar tidak mudah terombang-ambing oleh berbagai pandangan tentang pendidikan yang mungkin saja tidak se-suai atau bahkan bertentangan dengan perspektif iman Kristen. Pada bagian lain Samuel Sidjabat (1999:1116) mengemukan pokok-pokok pikiran teologis yang menjadi dasar filsafat pendidikan Kristen sebagai berikut : (a) Pengenalan akan Allah sangat sentral dalam pemahaman iman Kristen (hal. 11), (b) Pandangan mengenai kedudukan dan fungsi Alkitab itu sendiri (hal. 12), (c) Pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Manusia Ideal dan Anak Allah (hal. 12), (d) Roh Kudus dan peranan-Nya (hal. 14), (e) Manusia, kedudukan dan panggilannya (hal. 15), dan (f) Kedewasaan (hal. 16). Pengenalan akan Allah berarti memiliki relasi yang dimanis, mengatasi ruang dan waktu, hingga memasuki dimensi kekekalan. Fungsi Alkitab bukan sekedar bahan pengajaran tetapi yang terutama adalah sebagai sarana untuk mendorong perubahan (transformasi) kehidupan peserta didik. Pengenalan akan Yesus Kristus berarti menerima panggilan untuk menjadikan Yesus Kristus sebagai Guru Agung dan menjadikan Dia sebagai teladan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan Kristen juga harus mengakui dan menerima kehadiran Roh Kudus sebagai Penolong

yang dijanjikan Tuhan kepada umat manusia, termasuk dalam dunia pendidikan Kristen. Penerimaan dan pengakuan akan kehadiran Roh Kudus harus tergambar dalam suasana persekutuan di lingkungan pendidikan Kristen. Pendidikan Kristen harus mengakui dan menerima manusia sebagai ciptaan yang mulia karena diciptakan sesuai dengan rupa dan gambar Allah. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang diberi tanggung jawab untuk merawat ciptaan lainnya, namun demikian manusia memiliki keterbatasan. Pendidikan Kristen bertanggung jawab untuk menggali dan mengem-bangkan potensi-potensi yang ada pada manusia secara holistik. Dalam perspektif iman Kristen, kedewasaan bersifat dinamis, kedewasaan adalah sebuah proses perubahan hidup tahap demi tahap. Pendidikan Kristen bertanggung jawab untuk membantu peserta didik pada setiap tahap perubahan yang dialaminya dengan baik sampai ia bertemu dengan Tuhan Yesus dan dianugerahi kesempurnaan.

HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM Berangkat dari pengertian pendidIkan Islam, secara teori berarti memberi makan kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohani sesuai ajaran Islam baik melalui lembaga atau sistem kurikuler. Sedangkan tujuan fungsionalnya adalah potensi dinamis manusia yaitu keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak dan pengalaman. Sebagai lingkaran proses pendidikan Islam yang akan mengantarkan manusia sebagai hamba Alloh yang mukmin, muslim, muhsin, dan mushlihin mutaqin. Sedangkan objek pendidikan Islam adalah menyadarkan manusia sebagai makhluk individu yang diciptakan Tuhan yang paling sempurna dan lebih mulia dari makhluk lain (QS. As-Shaad: 7172), memiliki kedudukan yang lebih tinggi (QS. Al-Isra: 70). Disamping itu manusia diberi beban tanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat (QS. Al-Isra: 15). Sejalan hal itu, menyadarkan manusia sebagai makhluk sosial yang harus mengadakan interelasi (QS. AL-Anbiya: 92), berinteraksi, gotong-royong dan bersatu (QS. Al-Imran: 103), bersudara (QS. Al-hujurat: 10), tanpa membedakan berbagai perbedaan baik bahasa atau warna kulit (QS. Ar-Ruum: 22). Disamping itu juga tidak melupakan bahwa manusia sebagai hamba Alloh yang diberi fitrah untuk beragama. Sehingga watak dan sikap religiusnya perlu dikembangkan agar mampu menjiwai dan mewarnai kehidupannya sesuai firman Alloh dalam surat Al-Anam: 102-103. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM Tujuan pendidikan Islam secara instruksional adalah: a. TIK, mengarahkan anak untuk menguasai suatu ilmu khusus b. TIU, mengarahkan anak untuk menguasai semua ilmu secara umum sebagai kebulatan c. Kurikuler, agar mencapai garis besar program pengajaran di institusi pendidikan

d. Institusional, tujuan yang harus dicapai menurut program pendidikan di setiap intitusi e. Umum atau nasional, cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui pendidikan formal/ non-formal. Sedangkan berdasarkan tugas dan fungsi manusia secara filosofis adalah: a. Individu, belajar mempersiapkan manusia untuk hidup dunia dan akhirat b. Sosial, berhubungan dengan kehidupan manusia dengan masyarakat c. Profesional, menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni dan profesi sebagai kegiatan di masyarakat. Tujuan dalam proses pendidikan Islam adalah cita-cita yang mengandung nilai-nilai Islam yang ingin dicapai berdasarkan ajaran Islam secara bertahap. Membentuk manusia dewasa yang berakhak mulia, mengembangkan potensi mengintegrasikan ilmu pengetahuan untuk kebahagiaan dunia akhirat. Tujuan keagamaan pendidikan Islam adalah berorientasi pada kebahagiaan akhirat , dengan cara melaksanakan syariat Islam melalui pendidikan spiritual, misalnya (QS. Al-Alaa: 14-17) tentang kehidupan akhirat adalah lebih penting. Sedangkan tujuan keduniaan adalah pendidikan berorientasi pada kepentingan dunia sebagaimana firma Alloh QS. Al-Jumuah: 10 Jika dihubungkan dengan filsafat pendidikan Islam maka ilmu pendidikan Islam bertugas menganalisa secara mendalam tentang masalah-masalah pendidikan sekaligus penyelesaiannya. Ilmu pendidikan tidak hanya melandasi tugasnya dengan teori-teori tapi juga fakta empiris dan praktis yang di dalam masyarakat. Sehingga nantinya terjadi interaksi antara ilmu pendidikan Islam dengan masyarakat yang saling mengisi satu sama lain. Ilmu pendidikan Islam membutuhkan landasan yang ideal, rasional, universal dan sistematik tentang hakikat pendidikan. Filsafat pendidikan berorientasi pada seluruh aspek pendidikan secara obyektif untuk kebutuhan manusia secara mendasar. Maka filsafat pedidikan Islam berusaha menunjukan kemana arah pendidikan akan dibawa. Dengan ciri filsafat yang radikal, universal dan sistematis akan mengahasilkan pemikiran tentang manuisa yaitu sebagai individu, sosial, dan moral yang mengarah pada hubungan manusia dengan tuhan secara vertikal, dengan masyarakat secara horisontal dan dengan alam.

Sumber Filsafat Pendidikan Islam


Filsafat pendidikan Islam akan dapat memperoleh manfaat, tujuan-tujuan, dan fungsi-fungsi yang diharapkan, maka harus diambil dari berbagai sumber. Sumber itupun harus mengandung prinsip-prinsip dan undang-undang yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan segala yang ada di alam semesta. Dengan demikian, sumber yang paling utama dalam filsafat pendidikan Islam adalah Al Quran. Al Quranul Karim bersifat menyeluruh dan terpadu yang terkandung pula di dalamnya mengenai tujuan pendidikan (Hasan Langgulung, 1979: 38) 18
_

Selain sumber utama, terdapat juga sumber tambahan yang menjadi dasar dan prinsip filsafat pendidikan Islam (Hasan Langgulung, 1979: 43-46) , antara lain: 1) Teori-teori maupun penemuan-penemuan ilmiah yang berkaitan dengan sifat-sifat, bentuk dan proses pertumbuhan manusia 2) Nilai-nilai dan tradisi sosial masyarakat yang bercorak keislaman 3) Kajian-kajian pendidikan dan psikologi mengenai sifatsifat,

proses pendidikan, dan tujuan-tujuan pendidikan. 4) Prinsip-prinsip yang menjadi dasar falsafah politik, ekonomi, dan sosial yang dilaksanakan negara.

Anda mungkin juga menyukai