Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebagai salah satu sektor yang sangat berperan penting, diharapkan mampu menjadi sarana yang potensial dan strategis dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, serta membentuk tenaga yang produktif dan memiliki daya saing tinggi. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru diberi kebebasan dalam merancang sendiri penyajian materi, urutan dan proses pembelajaran yang dilakukannya. Guru dalam merancang proses

pembelajarannya dituntut pula menciptakan pembelajaran kreatif dan aktivitas yang berpusat pada siswa (student centered learning). Melalui proses pembelajaran ini diharapkan tercapai hasil belajar siswa yang lebih baik. Biologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat besar pengaruhnya untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masalah utama dalam pembelajaran biologi adalah bagaimana menghubungkan fakta yang pernah dilihat dan dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep biologi, sehingga menjadikan pengetahuan yang bermakna bagi siswa. Selama ini pemahaman siswa hanya terpaku pada jabaran konsep biologi dari apa yang terdapat pada buku, tanpa memahami apa dan bagaimana makna yang terkandung dalam konsep tersebut. Materi pelajaran Biologi terutama pada SMA kelas XI dihadapkan pada materi mengenai sistemsistem organ manusia dan hewan, salah satunya yaitu materi sistem ekskresi

manusia. Materi pelajaran tersebut perlu ditunjang dengan kegiatan praktikum dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Belajar efektif menurut Jacob C (2000) adalah sukses sebagai pelajar progresif yang mengembangkan range pemrosesan kognitif atau keterampilan berpikir yang sebagian besar kompleks dan abstrak, pelajar yang progresif mengembangkan: (1) independensi; (2) kapasitas berpikir kreatif; (3) keterampilan metakognisi; (4) pengetahuan lintas disiplin; (5) keterampilan analisis dan pemecahan masalah; (6) mengoperasikan data abstrak dan tingkat formal; (7) motivasi personal (8) keakuratan dan keyakinan diri; (9) disiplin dan tekun untuk belajar; (10) fokus dan konsentrasi; dan (11) kemampuan untuk menggali dan memproses data. Berdasarkan pendapat di atas, keterampilan metakognitif penting untuk mengembangkan kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam belajar biologi, antara lain: pemahaman, elaborasi, penalaran, dan pemecahan masalah. Selama ini proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum banyak

mengembangkan keterampilan metakognitif siswa. Kemampuan metakognitif siswa dapat berkembang dengan baik apabila dilakukan secara sengaja oleh guru dalam proses pembelajaran melalui strategi dan model pembelajaran yang tepat. Metakognisi atau metakognitif memiliki peranan yang sangat penting dalam kesuksesan belajar siswa. Menurut teori metacognition bahwa siswa yang belajar memiliki keterampilan tertentu untuk mengatur dan mengontrol apa yang dipelajarinya. Keterampilan ini berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain sesuai dengan kemampuan proses berpikirnya.

Mengembangkan kemampuan metakognitif ternyata penting sekali untuk

membantu siswa menentukan bagaimana mereka dapat belajar lebih baik dalam memanfaatkan sumber daya kognitif mereka yaitu dengan cara mempertajam kemampuan metakognitifnya (Noornia, 2007). Sehingga dalam pembelajaran IPA khususnya biologi, sangat diperlukan strategi pembelajaran yang tepat yang dapat melibatkan siswa seoptimal mungkin baik secara intelektual maupun emosional. Karena pengajaran biologi menekankan pada keterampilan proses. Keberhasilan proses dan hasil pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah guru dan siswa. Selain menguasai materi seorang guru juga dituntut untuk menguasai strategi-strategi penyampaian materi tersebut, cara guru menciptakan suasana kelas akan berpengaruh terhadap respon siswa dalam proses pembelajaran. Apabila guru berhasil menciptakan suasana yang menyebabkan siswa termotivasi aktif dalam belajar akan memungkinkan terjadi peningkatan mutu pendidikan. Strategi pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran Gotong Royong atau cooperatif learning, pola sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Guru dalam melaksanakan belajar mengajar harus memilih metode mengajar yang relevan guna meningkatkan mutu pendidikan. Berdasarkan hal tersebut melalui strategi pembelajaran Think-PairShare diharapkan bisa memunculkan suatu keterampilan metakognitif siswa lebih meningkat. Metode TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan

meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya. Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep. Pembelajaran seperti ini dapat memfasilitasi siswa untuk

mengembangkan keterampilan metakognitif karena menurut elawar (Nindiasari, 2008: 18) tahap- tahap pembelajaran metakognitif harus diupayakan dalam tiga tahap, yaitu: diskusi awal, kerja mandiri dan penyimpulan. Selain metode pembelajaran yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar pada siswa. Faktor lain yaitu gender juga menentukan perbedaan keterampilan metakognitif siswa. Gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural (Mansour Fakih, 2007:8). Menurut Hudojo (dalam Wahyudi) ada beberapa aspek yang penting yang perlu diperhatikan agar pembelajaran mencapai tujuan dengan efektif sekaligus efisien yaitu (1) tingkat sosial ekonomi, (2) perkembangan mental, (3) gaya belajar, (4) gender, dan (5) ragam kecerdasan. Perbedaan gender yang kaitannya dengan cara belajar dalam memahami biologi yang memiliki kemungkinan perbedaan kemampuan metakognisinya. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Metode Pembelajaran Think-Pair-

Share (TPS) Terhadap Keterampilan Metakognitif Ditinjau Dari Gender Siswa SMAN 44 Jakarta Pada Materi Sistem Ekskresi.

B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Keterlibatan siswa selama proses belajar mengajar masih kurang, umumnya siswa bersifat pasif dan malu bertanya jika mengalami kesulitan dalam pelajaran. 2. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran. 3. Peran guru sangat dominant dalam proses belajar mengajar. 4. Metode pengajaran atau strategi pembelajaran guru yang monoton dan berjalan satu arah, sehingga siswa tidak tertarik dan cepat bosan belajar biologi. 5. Metode pengajaran kurang bervariasi. 6. Komunikasi antar guru dan siswa masih satu arah, sehingga siswa enggan untuk mengemukakan pendapat dan ide-ide menjadikan siswa pasif dalam pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Subyek penelitian Siswa kelas XI IPA I dan XI IPA II SMAN 44 Jakarta tahun pelajaran 2011/2012 2. Obyek penelitian

Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode Think-Pair-Share (TPS) 3. Parameter penelitian Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) terhadap kemampuan metakognisi siswa ditinjau dari gender.

D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka dikemukakan rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran Think Pair Share terhadap kemampuan metakognitif siswa? 2. Adakah pengaruh perbedaan gender siswa terhadap kemampuan metakognitif siswa? 3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran TPS ditinjau dari gender siswa terhadap kemampuan metakognitif siswa?

E. Tujuan Penelitian Dalam suatu penelitian, tujuan merupakan salah satu alat kontrol yang dapat dijadikan sebagai petunjuk sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Adapun tujuan penelitian ini antara lain : 1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran TPS terhadap kemampuan metakognitif siswa. 2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan gender siswa terhadap kemampuan metakognitif siswa.

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara model pembelajaran TPS ditinjau dari perbedaan gender siswa terhadap kemampuan metakognitif siswa.

F. Manfaat Penelitian Sebagai peneliti eksperimen, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat baik dalam sifat praktis maupun teoritis. 1. Manfaat praktis a. 1) Bagi Guru Memberikan pengetahuan lebih tentang model pembelajaran

yang berbeda untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar. 2) Guru akan lebih mudah mempersiapkan diri dalam

penyampaian materi dan memperbanyak soal-soal latihan. 3) Guru dapat menemukan langkah-langkah yang tepat dalam

rangka meningkatkan kesiapan dan keaktifan. b. Bagi Siswa 1) Siswa terbiasa belajar atas kemauan sendiri dan sungguh

sungguh dalam belajar. 2) Siswa terbiasa bekerjasama dengan teman dalam memecahkan

masalah sehingga tidak lagi menganggap biologi sulit. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu bahan kajian dalam upaya mendalami teori tentang penerapan pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran TPS. Selanjutnya,

temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap sekolah berkenaan dengan penerapan pembelajaran dengan model TPS.

DAFTAR PUSTAKA

Djaali.2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Fakih, Mansour.1996. Analisa Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 8 9.

Muthaliin, Ahmad.2001. Bias Gender dalam Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University press. Munandar, Utami.2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Munandar, Utami. 1982. Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya. Jakarta: Rajawali. Sunaryo, Ayo. 2007. Perspektif Gender dalam Pendidikan. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan. Syah, Muhibbin.2008. Psikologi Pendidikam dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. http://www.suaramerdeka.com/Kesetaraan Gender dalam Pendidikan/ diakses tanggal 28 Januari 2012 jam 01.00 http://www.icrp-online.org/2008/Pendidikan Berwawasan Keadilan Gender/ diakses tanggal 28 Januari 2012 jam 23.35 http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-savi/ diakses tanggal 28 Januari 2012 jam 23.00 http://wahyudiibnuyusuf.blogspot.com/2010/03/assalamu-alaikum.html diakses tanggal 28 Januari 2012 jam 21.00

Anda mungkin juga menyukai