Anda di halaman 1dari 3

78

Markisa Besar

Passiflora quadrangularis L

Planta pollycarpa multienis lignosus

Desa Larangan Badung

79

Markisa Ungu (Siuh)

Passiflora edulis Sains

Planta Pollycarpa multienis lignosus

Desa Larangan Badung

80

Rambusa

Passiflora foetida

Planta pollycarpa multienis herbaseus

Lawangan Daya

Semua Gymnospermae adalah heterostrop, artinya mempunyai dua macam spora, yaitu mikrospora dan megaspore. Mikrospora atau polen menghasilkan gametofit jantan, sedang megaspore yang tunggal menghasilkan gametofit betina, dan pada gametofit ini terbentuk arkegonia. Kedua macam spora yang dihasilkan di dalam sporangia yang terdapat pada sporofil yang tersusun spiral pada aksis strobili. Sporofit yang menghasilkan mikrosporofil dengan mikrospongia disebut mikrosporangiat atau strobilus jantan (staminate cones), sedangkan yang menghasilkan megasprofil dengan ovulum (bersama mengasporangia) disebut mengasporangiat atau strobili betina (pistillate cones). Mokrospora dan megaspore bersifat haploid, dan berkembang sebagai sebagai hasil pembel;ahan miosis sel induk spora. Ukuran dan letak strobili pada tanaman bervarasi. Perkembangan Gamet Jantan dan Betina Tumbuhan dalam siklus hidupnya mengalami pergantian generasi haploid (n) dengan generasi diploid (2n). Akar, batang daun dan sebagian besar struktur reproduktif tanaman angiospermae dan gymnospermae lainnya bersifat diploid. Tubuh tumbuhan yang bersifat diploid dikenal dengan sebutan sporofit. Pada angiospermae sporofit menghasilkan struktur khusus berupa anter (kotak sari) dan ovule (bakal biji) yang sel-selnya akan mengalami meiosis. Anter (kotak sari) pada umumnya terdiri atas 4 kantong polen (serbuk sari) yang masing-masing berupa ruangan memanjang. Pada awal perkembangan anter (kotak sari) mampu berkembang dan disebut dengan mikrosporofil. Mikrosporofil mengalami pembelahan meiosis, setiap sel menghasilkan 4 sel haploid yang disebut mikrospora. Selanjutnya mikrospora mengalami pembelahan meiosis sehingga terbentuk 2 sel yaitu sel tabung dan sel generatif yang berukuran lebuh kecil. Kedua sel yang berdampingan tersebut diselubungi oleh lapisan yang tebal dalam suatu struktur butiran yaitu butir serbuk sari (polen). Bila serbuk sari telah masak, dinding anter (kotak sari) membuka dan menebarkan butir-butir serbuk sari tersebut. Pada tumbuhan angiospermae butir serbuk sari berfungsi sebagai gametofit jantan yang menghasilkan gamet jantan yaitu sel-sel sperma. Gamet betina berkembang di dalam suatu struktur di sebelah dalam ovari disebut ovul (bakal biji). Ovul memiliki 1 atau 2 lapis jaringan pelindung yang disebut integumen. Pada bagian ujung ovul, integumen tidak menyambung mengakibatkan terbentuk celah kecil yang disebut mikropil. Pada awal perkembangan ovul ini satu sel dalam dinding ovul yang disebut megasporofit membesar sebagai persiapan pembelahan meiosis. Megasporofit tertanam pada jaringan yang disebu nuselus. Megasporofit mengalami pembelahan meiosis menghasilkan empat sel yang berderet: sel-sel ini bersifat haploid dan disebut megaspore. Tiga sel yang dekat dengan mikrofil mengecil, sedangkan sel yang terjauh dari mikrofil membesar dan kemudian akan berkembang menjadi kantung embrio, setelah mengalami 3 tahap pembelahan meiosis. Perkembangan megaspore membentuk kantung embrio melalui beberapa tahap yaitu: 1. Megaspore mengalami 3 kali pembelahan meiosis menghasilkan sebuah kantung embrio dengan 8 inti. 2. Inti-inti bermigrasi. 3. Terbentuk dinding sel yang menyelubungi inti. Pada akhir proses tersebut sebuah sel telur dan dua sel sinergid berada pada kantung embrio yang terdekat dengan mikropil. Dua inti bermigrasi berada pada bagian tengah kantung embrio disebut inti kutub. Tiga inti berada pada ujung lain kantung embrio bersebrangan dengan mikropil, membentuk 3 sel antipodal. Kantung embrio merupakan fase gametofit dalam siklus hidup tumbuhan berbunga, karena intinya bersifat haploid. 1.2 Pembuahan Ganda pada Angiosperma Tahap awal yang mendahului proses pembuahan adalah penyerbukan (polinasi), yaitu pengantaran butir serbuk sari ke kepala putik. Sebagian besar tumbuhan angiospermae mengandalkan bantuan hewan, serangga, burung atau kelelawar dalam proses penyerbukan. Namun beberapa tumbuhan seperti rumput-rumputan melakukan penyerbukan dengan bantuan angin. Setelah penyerbukan, butir serbuk sari yang menempel pada stigma berkecambah membentuk tabung serbuk sari. Sel tabung

bergerak ke tabung serbuk sari yang menuju bakal buah (ovari). Sementara itu sel gametofit membelah secara mitosis enghasilkan 2 sel sperma. Saat tabung polen (serbuk sari) mencapai ovul (bakal biji), ujung tabung menembus kantung embrio melalui mikropil, dan melepaskan ke 2 sel sperma. Satu sel sperma membuahi sel telur membentuk zigot yang bersifat diploid (2n), sedangkan sel sperma lainnya membuahi 2 ini kutub sehingga terbentuk sel triploid (3n). sel ini akan membelah membentuk jaringan penyimpan cadangan makanan yang disebut endosperm. Selanjutnya endosperm akan menyediakan makanan bagi embrio yang berkembang dari zigot. Dua peristiwa fusi yang terjadi antar sel sperma dengan sel telur dan sel sperma dengan sel kutub inilah yang dikenal dengan pembuahan ganda pa angiospermae. Sel antipoda serta sinergid biasanya mengalami degenerasi. Proses pembuahan selanjutnya akan diikuti dengan perkembangan buah dan biji. 2. Reproduksi Aseksual 2.1 Reproduksi Vegetatif Alami Bila biji ditanam, tumbuhan yang diperoleh bias jadi memiliki sifat-sifat yang berbeda dari induknya. Pada proses pebentukan buah dan biji, pollen dari suatu tumbuhan membuai bunga dari tumbuhan lain, tumbuhan membawa karakter dari kedua tetuanya serta memunculkan kombinasi karakter yang beragam pada generasi berikutnya. Hal ini berbeda dengan fenomena yang terjadi pada reproduksi aseksual. Reproduksi aseksual sering juga disebut dengan reproduksi vegetatif., merupakan tipe reproduksi yang lazim pada tumbuhan. Reproduksi vegetaif meliputu fragmentasi yaitu pemisahan bagian tubuh tumbuhan yang diikuti dengan regenerasi membentuk individu utuh. Umbi bawang putih sesungguhnya merupakan batang di bawah tanah yang berfungsi sebagai penyimpanan cadangan makanan. Sebuah umbi yang besar terdiri atas bagian-bagian yang disebut siung (clove). Setiap siung bawang dapat tumbuh menjadi satu individu. Adapun selubung berwarna putih pada umbi tersebut sebenarnya adalah daun-daun yang memprl pada batang. Reproduksi aseksual memiliki beberapa keuntungan. Tumbuhan tertua yang telah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat membentuk klon yang terdiri dari indiidu-individu yang merupakan kembaran dari dirinya. Pada masa-masa awal kehidupannyaketurunan vegetatif yang merupakan fragmen dewasa yang berasal dari tetuanya tidak terlalu beresiko menghadapi kondisi lingkungan dibandingkan dengan tumbuhan yang berasal dari kecambah. Reproduksi seksual serta seksual memiliki peranan yang penting dalam evolusi adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan. 2.2 Reproduksi Vegetatif Buatan Kemampuan tumbuhan melakukan reproduksi vegetatif telah lama dimanfaatkan manusia. Cara perbanyakan vegetatif buatan yang paling banyak dilakukan adalah melalui stek, menurut organ yang digunakan dikenal stek batang, stek akar dan stek daun. Stek batang merupakan cara paling lazim digunakan, biasa dilakukan terhadap jenis-jenis pohon dan semak. Stek akar sering dilakukan pada perbanyakan tanaman sukun. Stek daun banyak dilakukan pada beberpa tanaman hias derupa herba seperti African violet, Begonia, Peperomia serta beberapa tumbuhan lain yang berdaun tebal. Selain akar dan batang biasa, modifikasi dari ke dua bagian ini seperti rhizome dan umbi yang mengandung sekurang-kurangnya 1 mata tunas dapat berkembang menjadi tumbuhan. Tumbuhan baru juga dapat dipeoleh dengan memotong stolon pada tanaman seperti strawberry, sehingga anakan terpisah dari induknya.

Anda mungkin juga menyukai