Anda di halaman 1dari 28

Peranan Berbagai Disiplin Ilmu dalam Islam pada Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS)

Oleh: Kelompok 3

Anggota :
1. nurfaizah Hatta 2. Rafnita dwi putri 3. Desy annisa perdana 4. Mia karmila. M 5. Yuyun Aryuni 6. Diah pramudita 7. Nur ashika 8. Karla sahabuddin 9. Ummi faizah

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Peran Islam dalam perkembangan ipteks pada dasarnya ada 2 (dua): 1. Menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. 2. Menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif yang diakibatkannya. Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW: menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan perempuan. Ilmu adalah kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan.

A. Jenis- jenis Disiplin Ilmu Dalam Islam

Konsep Awal Ilmu


ETIMOLOGI

alamah

tanda, petunjuk, atau indikasi yang dengan sesuatu atau seseorang dikenal

TERMINOLOGI

(al-Attas)

Pertama, ilmu sebagai sesuatu yang berasal dari Allah SWT, bisa dikatakan bahwa ilmu adalah datangnya (hushul) makna sesuatu atau obyek ilmu ke dalam jiwa pencari ilmu. Kedua, sebagai sesuatu yang diterima oleh jiwa yang aktif dan kreatif, ilmu bisa diartikan sebagai datangnya jiwa (wushul) pada makna sesautu atau obyek ilmu.

Ilmu = Sains ? ??? beda

pengetahuan yang sistematis yang berasal dari observasii, kajian, dan percobaan yang dilakukan untuk menentukan sifat dasar atau dari sesuatu yang dikaji Definisi sains Mulyadhi kartanegara (Websters New World Dictionary)

al-Attas
1.ilmu iluminasi (marifah) (ilmu fardhu ain yang bisa dan harus dipelajari oleh setiap umat Islam) 2.ilmu sains (fardhu kifayah, yang bisa dicapai melalui penggunaan daya intelektual dan jasmaniah)

Objek Ilmu
Filosof Barat keberadaan obyek yang memiliki status ontologis yang jelas dan materil, yakni obyek-obyek fisik. Filosof Muslim entitas yang ada tidak hanya terbatas pada dunia fisik saja, tetapi juga pada entitas non-fisik, seperti konsep-konsep mental dan metafisika.

Al-farabi mengemukakan hirarki wujud menurut persepsinya: 1.Tuhan yang merupakan sebab utama keberadaan wujud lainnya. 2.Malaikat yang merupakan wujud imateril. 3.Benda-benda angkasa 4.Benda-benda bumi

Sumber Ilmu dan Cara Memperolehnya


Filosof Muslim, ilmu yang datang dari Tuhan dapat diperoleh melalui: 1. Indera sehat (hawass salimah) 2. Laporan yang benar (khabr shadiq)

3. Intelek

B. Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK) dan bagaimana peranan Islam dalam Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK)

pengertian dasar
Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific method) teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek

Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakabn ekspresi jiwa seseorang

Peran islam dalam perkembangan iptek


Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan ipteks. Ketentuan halalharam (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan ipteks, bagaimana pun juga bentuknya.

C. Hubungan antara disiplin ilmu dalam Islam dengan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEK)

Pertentangan antara disiplin ilmu dalam islam dan iptek mulai muncul berawal pada abad pertengahan, yaitu seiring dengan munculnya gerakan modernisasi yang terjadi di dunia Barat pada abad 16. Era modern ini ditandai dengan pandangan hidup yang saintifik dengan warna sekularisme, rasionalisme, empirisme, cara berfikir dikotomis, desakralisasi, pragmatisme, dan penafian kebenaran metafisis (agama).

Pada masa ini, paradigma ini mulai dihancurkan oleh posmodernisme yang mengaku mengevaluasi paradigma modernisme. Posmodernisme menggariskan gerakan kepada paham-paham baru seperti nihilisme, relativisme, pluralisme, dan persamaan gender dan umumnya anti worldview. Namun, pada kenyataannya, postmodernisme hanya merupakan kelanjutan dari paradigma modernisme itu sendiri, karena masih mempertahankan paham liberalisme, rasionalisme, dan pluralisme.

Dampak dari paham, aliran, dan pemikiran yang dibawa modernisme dan postmodenisme terhadap paham ilmu pengetahuan sangatlah besar. Nilai-nilai yang berhubungan dengan metafisika dilepaskan dan hanya mengakui realitas empiris. Lebih jauh lagi pandangan postmodernisme yang menganggap metrafisika secara peyoratif sebagai ilmu yang membahas tentang kesalahan manusia yang fundamental. Ini adalah preposisi logis dari paham nihilisme. Serangan doktrinnihilisme terhadap metafisika ini menunjukkan dengan jelas serangan terhadap agama sebagai asas bagi moralitas

Namun yang perlu digarisbawahi adalah, semua pandangan ini merupakan hasil dari sebuah pandangan hidup (worldview) sains. Sederhanya ini adalah sebuah tafsiran atas sains atau sering disebut saintisme.

D. Integrasi iman, ilmu dan amal dalam Islam

Dalam pemandangan islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dan suatu sistem yang disebut Dienul Islam. Didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syariah dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh/ikhsan, sebagaimana yang dinyatakan dalam AlQuran S. Ibrahim/14: 24-25. Ayat ini menganalogikan bangunan Dienul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik, iman diidentikan dengan akar dari sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran islam. Ilmu diidentikan dengan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan/ cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah ibarat buah dari pohon itu identik dengan teknologi dan seni.

E. Tanggung jawab ilmuwan terhadap Alam dan Lingkungan terkait dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS)

Manusia sebagaimana makhluk lainnya yang memiliki sifat ketergantungan terhadap alam. Namun terkadang tanpa disadari sifat ketergantungan itu cenderung merusak alam sekitar. Mereka tidak menyadari bahwa hal itu akan berdampak negatif bagi keadaan alam,mereka berdalih bahwa yang mereka lakukana demi masa depan. Demi masa depan yang bagaimanakah ??masa depan yang penuh tragedi dan bencana alam ??tanpa disadari atau mungkin disadari kitalah sumber dari tragedi dan bencana itu.

Manusia telah diperingatkan oleh Allah dan RasulNya Dan bila dikatakan kepada mereka, Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab, Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. (QS.Al-Baqarah:11) Allah SWT juga mengingatkan manusia: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah, Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah). (QS Arruum: 41-42)

Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dan sebagai ilmuwan harus bisa melestarikan alam. Mungkin bisa dengan cara mengembangkan teknlogi ramah lingkungan, teknologi daur ulang, dan harus bisa memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak.

KESIMPULAN
Perkembangan ipteks adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptekS setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek . Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek.

THANKS

Anda mungkin juga menyukai