Anda di halaman 1dari 20

http://sitompulke17.wordpress.com/2009/09/16/fungsi-bahasa-dan-kedudukan-bahasaindonesia/http://sitompulke17.wordpress.com/2009/09/16/fungsi-bahasa-dan-keduduk an-bahasa-indonesia/http://sitompulke17.wordpress.

com/2009/09/16/fungsi-bahasa-d an-kedudukan-bahasa-indonesia/ DIFUSI GAS Difusi gas merupakan campuran antara molekul satu gas dengan molekul lainnya yan g terjadi secara berangsur-angsur atau secara sedikit demi sedikit. Pada percoba an difusi gas ini juga terjadi secara baernagsur-angsur atau sedikit demi sediki t, tidak semuanya langsung bereaksi tetapi melalui tahapan. Karena kecepatan rat a-rata dari gas ringan lebih besar daripada dari gas berat. Jadi gas ringan akan berdifusi lebih cepat dari pada gas yang lebih berat. Difusi gas lebih cepat dibandingkan dengan difusi zat cair. Hal ini dikarenakan molekul gas lebih kecil sehingga pergerakannya akan lebih mudah dan cepat diband ingkan zat cair yang molekulnya lebih besar dan pergerakannya lebih sulit dan la mbat.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sumber Bahasa Indonesia Sejarah tumbuh dan berkembangnya Bahasa Indonesia tidak lepas dari Bahasa Melayu . Dimana Bahasa melayu sejak dahulu telah digunakan sebagai bahasa perantara (li ngua franca) atau bahasa pergaulan. Bahasa melayu tidak hanya digunakan di Kepul auan Nusantara, tetapi juga digunakan hampir diseluruh Asia Tenggara. Hal ini di perkuat dengan ditemukannya Prasasti-prasasti kuno dari kerjaan di indonesia yan g ditulis dengan menggunakan Bahasa Melayu. Dan pasa saat itu Bahasa Melayu tela h Berfungsi Sebagai : 1. Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup d an satra 2. Bahasa Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia 3. Bahasa Perdagangan baik bagi suku yang ada di indonesia mapupun pedagang y ang berasal dari luar indonesia. 4. Bahasa resmi kerajaan. Jadi jelashlah bahwa bahasa indonesia sumbernya adalah bahasa melayu. 2.2 Peresmian Nama Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pe muda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional m erupakan usulan dari Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli seja rah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan ba hwa : Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusa straannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan ya itu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lamb at laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan. Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Onktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga

ikrar sumpah pemuda yaitu Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persa tuan, bahasa Indonesia. Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tangga l 18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia. 2.3 Mengapa Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia. Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesi a yaitu : 1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubung an dan bahasa perdangangan. 2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus). 3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional 4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaa n dalam arti yang luas. 2.4 Peristiwa-Peristiwa Penting Yang Berkaitan Dengan Bahasa Indonesia. Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia dapat dirinci sebagai berikut : 1. Tahun 1801 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Mamoer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan i ni dimuat dalam Kitab Logat Melayu. 2. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), ya ng kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini men erbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penye baran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas. 3. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kayo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad (dewan rakyat), s eseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia. 4. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi pengokohan bahasa indonesia menjadi b ahasa persatuan. 5. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya s ebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana. 6. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indone sia. 7. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Ind onesia saat itu. 8. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang s alah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. 9. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik (ejaan soewandi ) sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya. 10. Tanggal 28 Oktober 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indones ia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk te rus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangs aan dan ditetapkan sebagai bahasa negara. 11. Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, mere smikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. 12. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedo man Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara). 13. Tanggal 28 Oktober 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indones ia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan ba hasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. 14. Tanggal 21 26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV d

i Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pem uda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bah asa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam G aris-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indone sia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai sem aksimal mungkin. 15. Tanggal 28 Oktober 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indones ia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa In donesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brun ei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengemba ngan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indone sia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. 16. Tanggal 28 Oktober 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indones ia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 pes erta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongko ng, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan s tatusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-U ndang Bahasa Indonesia. 17. Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII d i Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbang an Bahasa. 2.5 Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia 2.5.1 Kedudukan Bahasa Indoensia Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting yaitu : 1. Sebagai Bahasa Nasional Seperti yang tercantum dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini be rarti bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional yang kedudukannya be rada diatas bahasa-bahasa daerah. 1. Sebagai Bahasa Negara Tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Bab XV Pasal 36) mengenasi kedudukan b ahasa Indonesia yang menyatakan bahawa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. 2.5.1. Fungsi Bahasa Indonesia Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebaga i : 1. Lambang kebangsaan 2. Lambang identitas nasional 3. Alat penghubung antarwarga, antardaerah dan antarbudaya 4. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakan g sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan y ang bulat. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi sebagai : 1. Bahasa resmi kenegaraan 2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan 3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan p elaksanaan pembangunan 4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Ragam dan Variasi Bahasa. Ragam Bahasa Adanya bermacam-macam ragam bahasa terjadi karena fungsi, kedudukan serta lingku ngan yang berbeda-beda. Ada beberapa ragam bahasa yaitu : 1. Ragam Lisan dan Ragam Tulis Perbedaan ragam lisan dan tulis yaitu : 1. Ragam lisan mengendaki adanya orang kedua, teman bicara sedangkan ragam tu lis tidak mengharuskan. 2. Dalam Ragam lisan unsur-unsur gramatikan seperti subjek, prediket dan obje k tidak selalu dinyatakan, sedangkan ragam tulis harus dinyatakan.

3. Ragam lisan sangat terikan pada kondisi, situasi, ruang dan waktu sedangka n ragam tulis tidak. 4. Ragam lisan dipengaruhi oleh intonasi suara sedangkan ragam tulis dipengar uhi oleh tanda baca, huruf kapital dan huruf miring. 1. Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga m asyarakat pemakaiannyasebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma ba hasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan da ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku. 1. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajara n atau buku-buku ilmiah lainnya. Ragam baku lisan bergantung kepada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdeng ar dalam ucapannya. 1. Ragam Sosial Dan Ragam Fungsional Ragam sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan at as kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat . Ragam fungsional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lin gkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. Variasi Bahasa Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan o leh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penut urnya yang tidak homogen. Variasi bahasa ada beberapa macam yaitu : 1. Variasi bahasa dari segi penutur Yaitu variasi bahasa yang muncul dari setiap orang baik individu maupun sosial. 1. Variasi bahasa dari segi pemakaian Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau funsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperl uan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdaganga n, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang palin g tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya memp unyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. 1. Variasi bahasa dari segi keformalan Variasi bahasa dari segi keformalan ada beberapa macam yaitu : 1. Variasi Baku (frozen) Adalah variasi bahasa yang paling formal yang digunakan pada situasi hikmat sepe rti upacara kenegaraan dan khotbah. 1. Variasi Resmi (formal) Adalah Variasi bahasa yag digunakan pada kegiatan resmi atau formal seperti sura t dinas dan pidato kenegaraan. 1. Variasi Usaha (konsultatif) Adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa. Seperti pembicaraan di sekolah dan rapat. 1. Variasi santai (casual) Adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi. Seperti perbinca ngan dalam keluarga atau perbincangan dengan teman. 1. Variasi akrab (intimate) Adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya su dah akrab. 1. Variasi bahasa dari segi sarana Adalah variasi bahasa yang dapat dilihat dari sarana atau jalur yang digunakan. Seperti telepon, telegraf dan radio. BAB III PENUTUP Kesimpulan Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Sumber dari bahasa indonesia adalah bahasa melayu 2. Bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan sebagai bahasa persatua n pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia di akui se telah kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945. 3. Bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa indonesia karena bahasa melayu tela h digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di nusantara dan bahasa mel ayu sangat sederhana dan mudah dipelajari serta tidak memiliki tingkatan bahasa. 4. Bahasa indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa persatuan dan bahasa ne gara. 5. Seiring dengan perkembangannya bahasa indonesia memiliki banyak ragam dan variasi namun semua menambah kekayaan bahasa Indonesia sendiri. Saran Sebagaimana yang kita ketahui bahasa Indonesia sumbernya adalah bahasa melayu. S ebagai bangsa yang besar selayaknyalah kita menghargai nilai-nilai sejarah terse but dengan tetap menghrmati bahasa melayu. Disamping itu alangkah baiknya apabil a kita menggunakan bahasa indonesia secara baik dan benar. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional anganlah sekali-kali disangka bahwa berhasilnya bangsa Indonesia mempunyai bahas a Indonesia ini bagaikan anak kecil yang menemukan kelereng di tengah jalan. Keh adiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang. (Untuk meyaki nkan pernyataan ini, silahkan dipahami sekali lagi Sejarah Perkembangan Bahasa I ndonesia.) Perjalanan itu dimulai sebelum kolonial masuk ke bumi Nusantara, deng an bukti-bukti prasasti yang ada, misalnya yang didapatkan di Bukit Talang Tuwo dan Karang Brahi serta batu nisan di Aceh, sampai dengan tercetusnya inpirasi pe rsatuan pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 yang konsepa asliny a berbunyi: Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe bertoempah darah satoe, Tanah Air Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa satoe, Bangsa Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia. Dari ketiga butir di atas yang paling menjadi perhatian pengamat (baca: sosiolog ) adalah butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap sesuati yang luar biasa . Dikatakan demikian, sebab negara-negara lain, khususnya negara tetangga kita, mencoba untuk membuat hal yang sama selalu mengalami kegagalan yang dibarengi de ngan bentrokan sana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu dilakukan tanpa hambata n sedikit pun, sebab semuanya telah mempunyai kebulatan tekad yang sama. Kita pa tut bersyukur dan angkat topi kepada mereka. Kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayu dipak ai sebagai lingua franca di seluruh kawasan tanah air kita. Hal itu terjadi suda h berabad-abad sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang semacam itu, masyarakat ki ta sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi. Di balik itu, merek a telah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai ala t perhubungan antar suku, sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai bahasa dae rah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai lingua franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam si tuasi kedaerahan dan tetap berkembang. Kesadaran masyarakat yang semacam itulah, khusunya pemuda-pemudanya yang mendukung lancarnya inspirasi sakti di atas. Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa Indones ia pada tanggal 28 Oktober 1928? Perbedaan ujud, baik struktur, sistem, maupun k osakata jelas tidak ada. Jadi, kerangkanya sama. Yang berbeda adalah semangat da n jiwa barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih ber sifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat d an jiwa bahsa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itul ah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru diganti dengan nama bahasa Indonesi

a. Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pa da tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya s ebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional, Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia memancarkan nilai-nilai sosi al budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga dengannya; kita harus menjunjungnya; dan kita haru s mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia , kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kit a harus bngga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya. lambang identitas nasional, Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indo nesia. Ini beratri, dengan bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yai tu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya ya ng demikian itu, maka kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan ga mbaran bangsa Indonesia yang sebenarnya. Alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, da n rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman da n serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi dijaj ah oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggu nakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masi h tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daera h masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan d apat memperkaya khazanah bahasa Indonesia. Alat perhubungan antarbudaya antardaerah. Bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Bay angkan saja apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda, mungkinkah kita dapat bertukar pikiran dan saling memberikan informasi? Bagaimana cara kita seandainya kita ter sesat jalan di daerah yang masyarakatnya tidak mengenal bahasa Indonesia? Bahasa Indonesialah yang dapat menanggulangi semuanya itu. Dengan bahasa Indonesia kit a dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosi al, budaya, pertahanan, dan kemanan (disingkat: ipoleksosbudhankam) mudah diinfo rmasikan kepada warganya. Akhirnya, apabila arus informasi antarkita meningkat b erarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita m eningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia[1] dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.[2] Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamas i Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berl akunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa ker ja. Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ra gam bahasa Melayu.[3] Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepu lauan Riau sekarang)[4] dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami peru bahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi koloni al dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indones ia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghinda ri kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan.[5] Pr oses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Mel ayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa In donesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, bai k melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Ind onesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indo

nesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahas a ibu.[6] Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kol okial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya . Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguru an, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,[7] sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digu nakan oleh semua warga Indonesia. Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah.[8] Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu be berapa minggu.[9] Daftar isi [sembunyikan] 1 Sejarah o 1.1 Masa lalu sebagai bahasa Melayu o 1.2 Bahasa Indonesia 2 Peristiwa-peristiwa penting 3 Penyempurnaan ejaan o 3.1 Ejaan van Ophuijsen o 3.2 Ejaan Republik o 3.3 Ejaan Melindo (Melayu Indonesia) o 3.4 Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) 4 Senarai kata serapan dalam bahasa Indonesia 5 Penggolongan 6 Distribusi geografis o 6.1 Kedudukan resmi 7 Fonologi 8 Sistem Penulisan 9 Tata bahasa 10 Awalan, akhiran, dan sisipan 11 Dialek dan ragam bahasa 12 Lihat pula 13 Referensi 14 Pranala luar o 14.1 Pembelajaran bahasa Indonesia o 14.2 Kamus Indonesia - asing [sunting] Sejarah Lihat pula Sejarah bahasa Melayu. [sunting] Masa lalu sebagai bahasa Melayu Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cab ang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca di Nusant ara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern. Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusan tara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguas ai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, dima na diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedang kan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu berkembang secara luas dan menjadi beragam. Istilah Melayu atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan Hindu-B udha pada abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, Jambi di pulau Sumatera, jadi sec ara geografis semula hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut yang merupak an sebagian dari wilayah pulau Sumatera. Dalam perkembangannya pemakaian istilah Melayu mencakup wilayah geografis yang lebih luas dari wilayah Kerajaan Malayu tersebut, mencakup negeri-negeri di pulau Sumatera sehingga pulau tersebut diseb ut juga Bumi Melayu seperti disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama. Ibukota Kerajaan Melayu semakin mundur ke pedalaman karena serangan Sriwijaya da n masyarakatnya diaspora keluar Bumi Melayu, belakangan masyarakat pendukungnya

yang mundur ke pedalaman berasimilasi ke dalam masyarakat Minangkabau menjadi kl an Malayu (suku Melayu Minangkabau) yang merupakan salah satu marga di Sumatera Barat. Sriwijaya berpengaruh luas hingga ke Filipina membawa penyebaran Bahasa M elayu semakin meluas, tampak dalam prasasti Keping Tembaga Laguna. Bahasa Melayu kuno yang berkembang di Bumi Melayu tersebut berlogat "o" seperti Melayu Jambi, Minangkabau, Kerinci, Palembang dan Bengkulu. Semenanjung Malaka d alam Nagarakretagama disebut Hujung Medini artinya Semenanjung Medini. Dalam perkembangannya orang Melayu migrasi ke Semenanjung Malaysia (= Hujung Med ini) dan lebih banyak lagi pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan Islam yang p usat mandalanya adalah Kesultanan Malaka, istilah Melayu bergeser kepada Semenan jung Malaka (= Semenanjung Malaysia) yang akhirnya disebut Semenanjung Melayu at au Tanah Melayu. Tetapi nyatalah bahwa istilah Melayu itui berasal dari Indonesi a. Bahasa Melayu yang berkembang di sekitar daerah Semenanjung Malaka berlogat " e". Kesultanan Malaka dimusnahkan oleh Portugis tahun 1512 sehingga penduduknya dias pora sampai ke kawasan timur kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu Purba sendiri di duga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga pemakai bahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau Kalimantan. Suku Dayak yang diduga memi liki hubungan dengan suku Melayu kuno di Sumatera misalnya Dayak Salako, Dayak K anayatn (Kendayan), dan Dayak Iban yang semuanya berlogat "a" seperti bahasa Mel ayu Baku. Penduduk asli Sumatera sebelumnya kedatangan pemakai bahasa Melayu tersebut adal ah nenek moyang suku Nias dan suku Mentawai. Dalam perkembangannya istilah Melay u kemudian mengalami perluasan makna, sehingga muncul istilah Kepulauan Melayu u ntuk menamakan kepulauan Nusantara. Secara sudut pandang historis juga dipakai sebagai nama bangsa yang menjadi nene k moyang penduduk kepulauan Nusantara, yang dikenal sebagai rumpun Indo-Melayu t erdiri Proto Melayu (Melayu Tua/Melayu Polinesia) dan Deutero Melayu (Melayu Mud a). Setelah mengalami kurun masa yang panjang sampai dengan kedatangan dan perke mbangannya agama Islam, suku Melayu sebagai etnik mengalami penyempitan makna me njadi sebuah etnoreligius (Muslim) yang sebenarnya didalamnya juga telah mengala mi amalgamasi dari beberapa unsur etnis. M. Muhar Omtatok, seorang Seniman, Budayawan dan Sejarahwan menjelaskan sebagai berikut: "Melayu secara puak (etnis, suku), bukan dilihat dari faktor genekologi seperti kebanyakan puak-puak lain. Di Malaysia, tetap mengaku berpuak Melayu wa lau moyang mereka berpuak Jawa, Mandailing, Bugis, Keling dan lainnya. Beberapa tempat di Sumatera Utara, ada beberapa Komunitas keturunan Batak yang mengaku Or ang Kampong - Puak Melayu Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 Masehi diketahui memakai bahasa Melayu (sebaga i bahasa Melayu Kuna) sebagai bahasa kenegaraan. Lima prasasti kuna yang ditemuk an di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu menggunakan bahasa Melayu yang bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta, suatu bahasa Indo-Ero pa dari cabang Indo-Iran. Jangkauan penggunaan bahasa ini diketahui cukup luas, karena ditemukan pula dokumen-dokumen dari abad berikutnya di Pulau Jawa[10] dan Pulau Luzon.[11] Kata-kata seperti samudra, istri, raja, putra, kepala, kawin, dan kaca masuk pada periode hingga abad ke-15 Masehi. Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bahasa Melayu Klasik (cl assical Malay atau medieval Malay). Bentuk ini dipakai oleh Kesultanan Melaka, y ang perkembangannya kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya te rbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.[rujukan?] Laporan Portugis, misalnya oleh Tome Pires, menyebutkan adanya bahasa yang dipahami oleh semua pedagang di wilayah Sumatera dan Jawa. Magellan dilaporkan memiliki budak dari Nusantara yang menjadi juru bahasa di wilayah it u. Ciri paling menonjol dalam ragam sejarah ini adalah mulai masuknya kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dan bahasa Parsi, sebagai akibat dari penyebaran agama Islam yang mulai masuk sejak abad ke-12. Kata-kata bahasa Arab seperti masjid, kalbu, kitab, kursi, selamat, dan kertas, serta kata-kata Parsi seperti anggur, cambuk, dewan, saudagar, tamasya, dan tembakau masuk pada periode ini. Proses pe nyerapan dari bahasa Arab terus berlangsung hingga sekarang. Kedatangan pedagang Portugis, diikuti oleh Belanda, Spanyol, dan Inggris meningk

atkan informasi dan mengubah kebiasaan masyarakat pengguna bahasa Melayu. Bahasa Portugis banyak memperkaya kata-kata untuk kebiasaan Eropa dalam kehidupan seha ri-hari, seperti gereja, sepatu, sabun, meja, bola, bolu, dan jendela. Bahasa Be landa terutama banyak memberi pengayaan di bidang administrasi, kegiatan resmi ( misalnya dalam upacara dan kemiliteran), dan teknologi hingga awal abad ke-20. K ata-kata seperti asbak, polisi, kulkas, knalpot, dan stempel adalah pinjaman dar i bahasa ini. Bahasa yang dipakai pendatang dari Cina juga lambat laun dipakai oleh penutur ba hasa Melayu, akibat kontak di antara mereka yang mulai intensif di bawah penjaja han Belanda. Sudah dapat diduga, kata-kata Tionghoa yang masuk biasanya berkaita n dengan perniagaan dan keperluan sehari-hari, seperti pisau, tauge, tahu, loten g, teko, tauke, dan cukong. Jan Huyghen van Linschoten pada abad ke-17 dan Alfred Russel Wallace pada abad k e-19 menyatakan bahwa bahasa orang Melayu/Melaka dianggap sebagai bahasa yang pa ling penting di "dunia timur".[12] Luasnya penggunaan bahasa Melayu ini melahirk an berbagai varian lokal dan temporal. Bahasa perdagangan menggunakan bahasa Mel ayu di berbagai pelabuhan Nusantara bercampur dengan bahasa Portugis, bahasa Tio nghoa, maupun bahasa setempat. Terjadi proses pidginisasi di beberapa kota pelab uhan di kawasan timur Nusantara, misalnya di Manado, Ambon, dan Kupang. Orang-or ang Tionghoa di Semarang dan Surabaya juga menggunakan varian bahasa Melayu pidg in. Terdapat pula bahasa Melayu Tionghoa di Batavia. Varian yang terakhir ini ma lah dipakai sebagai bahasa pengantar bagi beberapa surat kabar pertama berbahasa Melayu (sejak akhir abad ke-19).[13] Varian-varian lokal ini secara umum dinama kan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti bahasa. Terobosan penting terjadi ketika pada pertengahan abad ke-19 Raja Ali Haji dari istana Riau-Johor (pecahan Kesultanan Melaka) menulis kamus ekabahasa untuk baha sa Melayu. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa bahasa ini adalah bahasa yang fu ll-fledged, sama tinggi dengan bahasa-bahasa internasional pada masa itu, karena memiliki kaidah dan dokumentasi kata yang terdefinisi dengan jelas. Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua kelompok bah asa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Pasar yang kolokial dan tidak baku serta bahasa Melayu Tinggi yang terbatas pemakaiannya tetapi memi liki standar. Bahasa ini dapat dikatakan sebagai lingua franca, tetapi kebanyaka n berstatus sebagai bahasa kedua atau ketiga. Kata-kata pinjaman [sunting] Bahasa Indonesia Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai u ntuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahas a Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan menyandarkan diri pada baha sa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan) sejumlah sarjana Be landa mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilak ukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara p erlahan mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor. Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai te rlihat. Pada tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian da ri Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.[12] Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Mamoer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslec tuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908. Kelak lembaga ini menjadi B alai Poestaka. Pada tahun 1910 komisi ini, di bawah pimpinan D.A. Rinkes, melanc arkan program Taman Poestaka dengan membentuk perpustakaan kecil di berbagai sek olah pribumi dan beberapa instansi milik pemerintah. Perkembangan program ini sa ngat pesat, dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan.[14] Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat Sumpa h Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasion al atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. D alam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan, "Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastra

annya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat l aun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."[15] Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi ol eh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, S utan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastr awan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.[16] [sunting] Peristiwa-peristiwa penting Gaya penulisan artikel atau bagian ini tidak atau kurang cocok untuk Wikipe dia. Silakan lihat halaman pembicaraan. Lihat juga panduan menulis artikel yang lebih baik. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bac aan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerb itkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun ber cocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebar an bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pid atonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.[17] Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa M elayu menjadi bahasa persatuan Indonesia. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya seba gai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia . Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dar i hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bah asa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indone sia saat itu. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang sala h satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indones ia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk te rus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangs aan dan ditetapkan sebagai bahasa negara. Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmik an penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato ken egaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Isti lah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara). Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indones ia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan ba hasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Ja karta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis -Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksi

mal mungkin. Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indones ia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa In donesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brun ei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengemba ngan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indone sia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indones ia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 pes erta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongko ng, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan s tatusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-U ndang Bahasa Indonesia. Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Ho tel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan B ahasa. [sunting] Penyempurnaan ejaan Ejaan-ejaan untuk bahasa Melayu/Indonesia mengalami beberapa tahapan sebagai ber ikut: [sunting] Ejaan van Ophuijsen Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijse n yang dibantu oleh Nawawi Soetan Mamoer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyus un ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal den gan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 190 1. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu: 1. Huruf untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mula dengan ramai. Juga digunakan un tuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaa. 2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb. 3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb. 4. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-k ata mamoer, akal, ta, pa, dsb. [sunting] Ejaan Republik Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya. E jaan ini juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi. Ciri-ciri ejaan ini yaitu: 1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb. 2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, ra kjat, dsb. 3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, k e-barat2-an. 4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata ya ng mendampinginya. [sunting] Ejaan Melindo (Melayu Indonesia) Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Karena perkembangan politik sela ma tahun-tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini. [sunting] Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Rep ublik Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysi a, semakin dibakukan. Perubahan: Indonesia (pra-1972) Malaysia (pra-1972) Sejak 1972 tj ch c dj j j ch kh kh nj ny ny

sj sh sy j y y oe* u u Catatan: Tahun 1947 "oe" sudah digantikan dengan "u". [sunting] Senarai kata serapan dalam bahasa Indonesia Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kata serapan dalam bahasa Indonesia Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini ba nyak menyerap kata-kata dari bahasa lain. Asal Bahasa Jumlah Kata Belanda 3.280 kata Inggris 1.610 kata Arab 1.495 kata Sanskerta-Jawa Kuno 677 kata Tionghoa 290 kata Portugis 131 kata Tamil 83 kata Parsi 63 kata Hindi 7 kata Bahasa daerah: Jawa, Sunda, dll. ... Sumber: Buku berjudul "Senarai Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia" (1996) yang disusun oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (sekarang bernama Pusat Bah asa). [sunting] Penggolongan Indonesia termasuk anggota dari Bahasa Melayu-Polinesia Barat subkelompok dari b ahasa Melayu-Polinesia yang pada gilirannya merupakan cabang dari bahasa Austron esia. Menurut situs Ethnologue, bahasa Indonesia didasarkan pada bahasa Melayu d ialek Riau yang dituturkan di timur laut Sumatra [sunting] Distribusi geografis Bahasa Indonesia dituturkan di seluruh Indonesia, walaupun lebih banyak digunaka n di area perkotaan (seperti di Jakarta dengan dialek Betawi serta logat Betawi) . Penggunaan bahasa di daerah biasanya lebih resmi, dan seringkali terselip dialek dan logat di daerah bahasa Indonesia itu dituturkan. Untuk berkomunikasi dengan sesama orang sedaerah kadang bahasa daerahlah yang digunakan sebagai pengganti untuk bahasa Indonesia. [sunting] Kedudukan resmi Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting seperti yang tercantum d alam: 1. Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, Kami putra dan putri Indonesi a menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. 2. Undang-Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, s erta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa Bahasa Negara ialah Bahasa Indone sia. Dari Kedua hal tersebut, maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai: 1. Bahasa kebangsaan, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. 2. Bahasa negara (bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia) [sunting] Fonologi Bahasa Indonesia mempunyai 26 fonem yaitu 21 huruf mati dan 5 huruf hidup. Di sa mping itu sistem tata bahasanya sederhana, di mana: Vokal Depan Madya Belakang

Tertutup i u Tengah e o Hampir Terbuka () () Terbuka a Bahasa Indonesia juga mempunyai diftong /ai/, /au/, dan /oi/. Namun, di dalam su ku kata tertutup seperti air kedua vokal tidak diucapkan sebagai diftong Konsonan Bibir Gigi Langit2 keras Langit2 lunak Celah suara Sengau m n Letup p b t d c k g Desis (f) s (z) () (x) h Getar/Sisi l r Hampiran w j Vokal di dalam tanda kurung adalah alofon sedangkan konsonan di dalam tanda k urung adalah fonem pinjaman dan hanya muncul di dalam kata serapan. /k/, /p/, dan /t/ tidak diaspirasikan /t/ dan /d/ adalah konsonan gigi bukan konsonan rongga gigi seperti di dalam bahasa Inggris. /k/ pada akhir suku kata menjadi konsonan letup celah suara Penekanan ditempatkan pada suku kata kedua dari terakhir dari kata akar. Namu n apabila suku kata ini mengandung pepet maka penekanan pindah ke suku kata tera khir. [sunting] Sistem Penulisan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Alphabet Indonesia Huruf besar Huruf kecil IPA Huruf besar Huruf kecil IPA A a // N n /n/ B b /b/ O o /, o/ C c /t/ P p /p/ D d /d/ Q q /q/ E e /e, / R r /r/ F f /f/ S s /s/ G g // T t /t/ H h /h/ U u /u/ I i /i/ V v /v, / J j /d/ W w /w/ K k /k/ X x /ks/ L l /l/ Y y /j/ M m /m/ Z z /z/ [sunting] Tata bahasa Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tata bahasa Indonesia Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak menggunakan kata bergender. Sebagai contoh kata ganti seperti "dia" tidak secara spesifik menunj ukkan apakah orang yang disebut itu lelaki atau perempuan. Hal yang sama juga di temukan pada kata seperti "adik" dan "pacar" sebagai contohnya. Untuk memerinci sebuah jenis kelamin, sebuah kata sifat harus ditambahkan, "adik laki-laki" seba gai contohnya. Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya "putri" dan "putra". Kata -kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain. Pada kasus di atas, kedua k ata itu diserap dari bahasa Sanskerta melalui bahasa Jawa Kuno. Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah reduplikasi ( perulangan kata), tapi hanya jika jumlahnya tidak terlibat dalam konteks. Sebaga i contoh "seribu orang" dipakai, bukan "seribu orang-orang". Perulangan kata jug a mempunyai banyak kegunaan lain, tidak terbatas pada kata benda. Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak, yaitu "ka mi" dan "kita". "Kami" adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak termasuk s

ang lawan bicara, sedangkan "kita" adalah kata ganti inklusif yang berarti kelom pok orang yang disebut termasuk lawan bicaranya. Susunan kata dasar yaitu Subyek - Predikat - Obyek (SPO), walaupun susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada orang atau j umlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal kala (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti, "kemarin" atau "e sok"), atau petunjuk lain seperti "sudah" atau "belum". Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai kerumitannya sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan cukup membingungkan bag i orang yang pertama kali belajar bahasa Indonesia. [sunting] Awalan, akhiran, dan sisipan Bahasa Indonesia mempunyai banyak awalan, akhiran, maupun sisipan, baik yang asl i dari bahasa-bahasa Nusantara maupun dipinjam dari bahasa-bahasa asing. Awalan Fungsi (pembentuk) Perubahan bentuk Kaitan berverba be-; belperterverba; adjektiva te-; telkemengverba (aktif) me-; men-; mem-; menydi-; pe-; ku-; kau; diverba (pasif) mengkenomina; numeralia; verba (percakapan) terperverba; nomina pe-; pelberpengnomina pe-; pen-; pem-; penymengseklitika; adverbia ku-, kauverba (aktif) me[sunting] Dialek dan ragam bahasa Lihat pula: Varian-varian bahasa Melayu Pada keadaannya bahasa Indonesia menumbuhkan banyak varian yaitu varian menurut pemakai yang disebut sebagai dialek dan varian menurut pemakaian yang disebut se bagai ragam bahasa. Dialek dibedakan atas hal ihwal berikut: 1. Dialek regional, yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan. 2. Dialek sosial, yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat terten tu atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan d ialek remaja. 3. Dialek temporal, yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu. Co ntohnya dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu zaman Abdullah. 4. Idiolek, yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua ber bahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelaf alan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata. Ragam bahasa dalam bahasa Indonesia berjumlah sangat banyak dan tidak terhad. Ma ka itu, ia dibagi atas dasar pokok pembicaraan, perantara pembicaraan, dan hubun gan antarpembicara. Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan meliputi: 1. ragam undang-undang 2. ragam jurnalistik 3. ragam ilmiah 4. ragam sastra

Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibagi atas: 1. ragam lisan, terdiri dari: 1. ragam percakapan 2. ragam pidato 3. ragam kuliah 4. ragam panggung 2. ragam tulis, terdiri dari: 1. ragam teknis 2. ragam undang-undang 3. ragam catatan 4. ragam surat-menyurat Dalam kenyataannya, bahasa baku tidak dapat digunakan untuk segala keperluan, te tapi hanya untuk: 1. komunikasi resmi 2. wacana teknis 3. pembicaraan di depan khalayak ramai 4. pembicaraan dengan orang yang dihormati Selain keempat penggunaan tersebut, dipakailah ragam bukan ba http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia http://bukittingginews.com/2010/10/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia / http://www.peutuah.com/kedudukan-bahasa-indonesia-sebagai-bahasa-nasional/ ejarah Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1 ) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa In donesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemud a ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Ind onesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahas a Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 A gustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undan g-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebut kan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36) Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatak an bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh da n berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainka n juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bah asa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhub ungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedag ang yang datang dari luar Nusantara. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbu hnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpul an yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia y ang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa In donesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besa r dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan ke dudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Perancis merup akan negara yang sangat istimewa. Lihatlah nama hotel yang ditempati beliau. Itu lah buktinya bahwa mereka mencintai bahasanya. Seandainya negara Indonesia seper

ti negara Perancis yang mencintai bahasanya, maka masyarakat Indonesia tidak lag i sok nginggris. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa era globalisasi bukan menjadi hamba tan untuk mencintai bahasanya sendiri. Ternyata di bahasa oleh ahli-ahli bahasa yang terkenal dalam seminar di Jakarta yang membahas. Mencari jalan keluar dari kondisi Departemen Pendikan Nasional tengah menyusun Rancangan Undang-Undang Keb ahasaan. Rancangan itu berfungsi untuk melindungi Undang-Undang penggunaan bahas a Indo Sedangkan, untuk penggunaan bahasa sehari-hari di dalam masyarakat tidak diatur. Bahasa gaul, prokem, slang, dan sebagainya tidak terlalu dipermasalahkan sepanjang tidak dipakai dalam situasi formal. Penggunaan variasi bahasa-bahasa tersebut selalu ada di dalam masyarakat yang berkembang. Penggunaan bahasa itu b aru dirisaukan jika digunakan oleh media atau dalam situasi formal. Bahasa Indonesia itu penting diatur oleh Undang-Undang dikarenakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan: 1. Bila bahasa Indonesia tidak diatur oleh Undang-Undang, masyarakat akan seenak nya menggunakan bahasa yang mereka anggap itu gaul 2. Penggunaan bahasa Indonesia yang baku harus digunakan pada situasi formal PENTINGNYA BELAJAR BAHASA INDONESIA Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pa da tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya s ebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (1) lambang kebanggaan nasional (2) lambang identitas nasional (3) alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang so cial budaya dan bahasanya. (4) alat perhubungan antarbudaya antardaerah. Sebagai lambang kebanggaan nasional,bahasa Indonesia memancarkan nilai-nilai sosia l budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga dengannya; kita harus menjunjungnya; dan kita harus mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bngga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indo nesia. Ini beratri, dengan bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yai tu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya ya ng demikian itu, maka kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan ga mbaran bangsa Indonesia yang sebenarnya. Dengan fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar b elakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi dijajah oleh masyarakat suku l ain. Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayu lah yang lambat laun ak an menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan. Dari uraian di atas tentang Bahasa Indonesia,dapat diketahui betapa pentingnya k ita sebagai warga Indonesia terutama generasi muda untuk belajar,memahami,mencin tai bahasa Indonesia dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita harusla h bangga menggunakan bahasa Indonesia tentunya dengan ejaan,pengucapan, penulisa n secara lisan maupun tulisan yang tepat dan benar sesuai dengan ketentuan-keten tuan penggunaan bahasa Indonesia yang berlaku.Kita tidaklah harus malu atau geng si dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik kepada semua orang,sebab bahasa Indonesia merupakan identitas diri kita yang menyatakan kepada seluruh orang ata u dunia bahwa diri kita adalah warga negara Indonesia. Dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, kita dapat dengan mudah berkomu

nikasi dengan masyarakat di seluruh pelosok nusantara yang masing-masing daerah memiliki bahasa daerah yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Menerapkan dan menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari dengan b aik dan benar akan menjadi bukti kecintaan kita kepada bahasa dan negara kita ya itu Indonesia. Di zaman moderen ini mencintai bahasa bangsa sendiri merupakan kebanggaan besar terutama bangsa Indonesia yang cinta akan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dig unakan di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Dari orang kalangan bawah sampai kalangan atas selalu mengucapkan bahasa Indones ia untuk berkomunikasi sehari-hari. Sebagai orang Indonesia kita harus bangga ka rena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional atau bahasa resmi negara. Apabila dilihat dari latar belakang sejarahnya, bahasa Indonesia mengalami masamasa yang cenderung menurun dan naik. Pada saat Imdonesia masih dijajah oleh Bel anda, bahasa Indonesia jarang sekali digunakan karena di pemerintahan Belanda ha nya menggunakan bahsa Belanda, bahasa Melayu, atau bahasa daerah lainnya.Akan te tapi, ketika Indonesia dijajah oleh Jepang, bahasa Indonesia mengalami kemajuan sebab pada saat itu pemerintahan Jepang melarang keras digunakannya bahasa-bahas a barat, dan bahasa yang boleh digunakan hanya bahasa Indonesia. Di era proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Ir. Soekarno dan Mohhamad Hatt a membacakan teks proklamasi dengan bahasa Indonesia. Berita tentang proklamasi tersebut menyebar hampir ke seluruh penjuru tanah air. Rakyat Indonesia yang men getahui proklamsai kemerdekaan Indonesia menyambutnya dengan gembira dan lalu be rkata Indonesia merdeka. Sekarang, bahasa Indonesia digunakan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dari k ota besar hingga pelosok desa orang-orang memakai bahasa Indonesia. Ini merupaka n bukti bahwa bahsa Indonesia adalah bahasa luhur, basa yang mempunyai makna ter sendiri bagi bangsa Indonesia . Maka, penggunaan bahasa Indonesia sekarang ini sudah sesuai dengan cita-cita pro klamasi yaitu terwujudnya bahasa Indonesia sebagai bahas persatuan orang Indones ia.Sebagai orang Indonesia mari kita menghormati,menjunjung,dan melestarikan bah asa Indonesia. Semoga dengan demikian bahasa Indonesia tetap selalu dikenal hing ga akhir zaman. Sebagai bangsa, kita sudah sepakat memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa pemer satu. Sejak dicetuskan pada 2 Mei 1926 dalam Kongres Pemuda I, dan kemudian disum pahkan pada 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia kemudian jatuh-bangun menjadi bahas a komunikasi di seantero nusantara. Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi, juga bahasa pergaulan sehari-hari. Di Jakarta orang berbahasa Indonesia, di Ternate p ejabat berpidato dengan bahasa Indonesia. Tua-muda pun berbahasa Indonesia. Oleh negara, bahasa Indonesia ini kemudian dikawal sedemikian rupa supaya semakin me rata dan memenuhi kaidah berbahasa. Ada proses pembakuan yang sistematis digulir kan. Hasilnya berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD ), Tesaurus Bahasa Indonesia, dan rujukan-rujukan berbahasa Indonesia lainnya, b aik keluaran instansi pemerintah seperti Pusat Bahasa, maupun besutan linguis pa rtikelir. Sampai kini pun belum sempurna benar. Masih banyak cacat bahasa di san a-sini yang tak kunjung dilinguisterapi (linguisterapi: terapi berbahasa). Ambil contoh soal k-p-t-s yang luruh-tidaknya saat bersetubuh dengan awalan me- masih riu h bergemuruh. Ada yang bilang seluruhnya luruh, ada yang sahut khusus serapan da ri bahasa asing saja yang luruh. Bahasa Indonesia yang oleh beberapa kalangan di perjuangkan betul kebakuannya tidak akan membeku. Sebab, kebakuan berbahasa lewa t bahasa tulis berpotensi menjauhkan kita dari orisinalitas berpikir kreatif. Da n ujungnya, bahasa Indonesia akan menjadi momok bagi penggunanya sendiri. Mencintai Bahasa Indonesia Salah satu butir dari sumpah pemuda adalah mengaku berbahasa satu, bahasa indones ia. Makna dari berbahasa satu adalah bukan berarti seluruh warga Indonesia harus berbahasa tunggal yaitu bahasa Indonesia dengan meninggalkan bahasa-bahasa daera h yang dimiliki. Tapi melainkan menjunjung tinggi kebesaran bahasa Indonesia seb agai media pemersatu semua suku dan bangsa yang ada di NKRI. Namun pada kenyataannya, jangankan untuk menjunjung tinggi dan mencintai bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional, berbahasa yang baik dan benar saja masih belu m bisa. Sering kita mendengar atau membaca bahasa Indonesia yang tidak tepat. Ka

lau itu terjadi pada percakapan atau surat menyurat secara tidak resmi mungkin t idak akan menjadi masalah, tapi lain halnya kalau hal itu terjadi pada moment-mo ment resmi atau penting. Dalam bidang jurnalistik saja, yang notabene para ahli bahasa masih sering ditem ui kekeliruan dalam penggunaan bahasa. Sering saya sebagai penulis mendengar bah asa pemeberitaan di TV sangat lucu didengarnya. Contoh : Banyak gedung sekolah ya ng kondisinya sangat memperihatinkan dan tidak layak pakai, tapi pemerintah masi h belum bisa membenarkan gedung-gedung tersebut. Hal tersebut merupakan salah sat u contoh, bahwa bangsa Indonesia belum seutuhnya mencintai bahasa Indonesia seba gai bahasa pemersatu. Inilah beberapa cara yang bisa dilakukan demi mendapatkan nasionalisme yang luntur itu: Cara 1: Mendengarkan musik Indonesia Cara 2: Membaca karya-karya sastrawan Indonesia Cara 3: Menulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar Cara 4: Berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar Cara 5: Buka kamus Cara 6: Bangga saat menggunakan bahasa Indonesia Cara 7: Miliki teman-teman dengan kemampuan bahasa Indonesia yang lebih baik Cara 8: Pelajari bahasa asing Berbahasa sangat erat kaitannya dengan kebebasan seseorang dalam berekspresi. Ek spresi inheren dengan gaya dan kepribadian seseorang yang sangat personal sifatn ya. Bangsa ini harus punya sikap untuk mencintai apa yang dimiliki, termasuk bah asa Indonesia yang diakui sebagai bahasa pemersatu di Tanah Air. Jika kita sekara ng menggaungkan pendidikan berkarakter, ya harus jelas bahwa karakter yang diban gun karakter Indonesia. Salah satunya dengan membuat anak-anak muda mencintai ba hasa Indonesia dan mampu menggunakannya sebagai alat komunikasi untuk memajukan bangsa dalam pengetahuan, Kita harus yakin dengan berbahasa Indonesia kita tetap bisa berdaya saing global. Tantangan sekarang, bagaimana membuat anak-anak mampu memiliki keterampilan ber komunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan fokus pada meningka tkan minat baca dan menulis, Bahasa Indonesia bisa menjadi Bahasa Internasional jika bahasa Indonesia juga me rupakan sebagai jati diri bangsa Indonesia yang menjadi bahasa Internasional. Me lihat perjalanan sejarah yang sangat unik ini, sepantasnya masyarakat Indonesia berbangga hati dan mencintai bahasa Indonesia sebagai bagian yang melekat pada d irinya. *KESIMPULAN* Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saa t itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Repub lik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ial ah bahasa Indonesia. Sebagai lambang kebanggaan nasional,bahasa Indonesia memanca rkan nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yan g dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga dengannya; kita harus menjunju ngnya; dan kita harus mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terha dap bahasa Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, da n acuh tak acuh. Kita harus bngga memakainya dengan memelihara dan mengembangkan nya. Bahasa Indonesia, dapat diketahui betapa pentingnya kita sebagai warga Indonesia terutama generasi muda untuk belajar memahami dan mencintai bahasa Indonesia se rta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita haruslah bangga menggunakan bahasa Indonesia tentunya dengan ejaan, pengucapan, penulisan secara lisan maupu n tulisan yang tepat dan benar sesuai dengan ketentuan-ketentuan penggunaan baha sa Indonesia yang berlaku. Kita tidaklah harus malu atau gengsi dalam menggunaka n bahasa Indonesia yang baik kepada semua orang,sebab bahasa Indonesia merupakan identitas diri kita yang menyatakan kepada seluruh orang atau dunia bahwa diri kita adalah warga negara Indonesia. Dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, kita dapat dengan mudah berkomu nikasi dengan masyarakat di seluruh pelosok nusantara yang masing-masing daerah memiliki bahasa daerah yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.

Menerapkan dan menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari dengan b aik dan benar akan menjadi bukti kecintaan kita kepada bahasa dan negara kita ya itu Indonesia. Di zaman moderen ini mencintai bahasa bangsa sendiri merupakan ke banggaan besar terutama bangsa Indonesia yang cinta akan bahasa Indonesia. Bahas a Indonesia digunakan di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Dari orang kalanga n bawah sampai kalangan atas selalu mengucapkan bahasa Indonesia untuk berkomuni kasi sehari-hari. Sebagai orang Indonesia kita harus bangga karena bahasa Indone sia merupakan bahasa nasional atau bahasa resmi negara. Tetapi bangsa Indonesia ada juga yang belum seutuhnya mencintai bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersat u. Maka, kita harus menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan cita-cita proklam asi yaitu terwujudnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan orang Indonesia. Sebagai orang Indonesia mari kita menghormati,menjunjung,dan melestarikan bahasa Indonesia. Semoga dengan demikian bahasa Indonesia tetap selalu dikenal hingga akhir zaman. http://www.peutuah.com/sejarah-bahasa-indonesia/ FUNGSI BAHASA DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Sejarah bahasa Indonesia; Bahasa indonesia adalah dialek kaku dari bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru diang gap lahir atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928 atas usulan Moh ammad Yamin. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secar a resmi diakui keberadaannya.tepatnya pada saat hari Kemerdekaan Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak, yaitu kami dan kita. Kami adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak termasuk sang lawan bi cara, sedangkan kita adalah kata ganti inklusif yang berarti kelompok orang yang d isebut termasuk lawan bicaranya. Susunan kata dasar adalah Subjek Predikat Objek-Keterangan (SPOK), walaupun susu nan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada ora ng atau jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal kala/waktu (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti, kem arin atau besok), atau indikator lain seperti sudah atau belum.Dan Bahasa Indonesia di atur dalam UUD 1945 pada pasal 36 yaitu Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia. Berdasarkan fungsinya bahasa Indonesia dibagi menjadi 5 fungsi; 1. Ekspresif Contohnya;mampu menggungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan. 2. Komunikasi Contohnya; sebagai alat berinteraksi atau hubungan antara dua manusia dan sehing ga pesan yang dikmaksudkan dapat dimengerti. 3. Kontrol sosial contohnya; tulisan dilarang merokok bahasa tersebut berfungsi sebagai pengatur ata u pengontrol 4. Adaptasi Contohnya;bila kita berada di wilayah atau daerah yang asing atau diluar ibu kot a, kita dapat menggunakan bahasa Indonesia tersebut sebagai alat untuk adaptasi dengan lingkungan baru tersebut. 5. Integrasi/pemersatu Contohnya;bahasa-bahasa yang berbeda atau beraneka ragam dan dipersatukan oleh b ahasa Nasional yang dapat dipakai di seluruh Indonesia yang menjadi satu kesatua n yang utuh dan bulat. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional di ikrarkan pada 28 oktober 1 928 yaitu hari Sumpah Pemuda yang memilki fungsi-fungsi sebagai; 1. Lambang identitas Nasional. 2. Lambang kebanggaan kebangsaan. 3. Bahasa indonesia sebagai alat komunikasi. 4. Alat pemersatu bangsa yang berbeda Suku,Agama,ras,adat istiadat dan Budaya. Hasil perumusan seminar polotik bahasa Nasional yang diselenggarakan di jakarta pada tangal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan berdasarkan Kedudukan bahasa In donesia sebagai bahasa Negara adalah; 1. Sebagai bahasa resmi kenegaraan. 2. Sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.

3. Sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan perencanaan dan pe laksanaan pembangunan serta pemerintah, dan 4. Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi. http://sitompulke17.wordpress.com/2009/09/16/fungsi-bahasa-dan-kedudukan-bahasaindonesia/

Anda mungkin juga menyukai