Anda di halaman 1dari 1

Coklat pekat dan gembur. Dalam seminggu, dua kali saya menginjakkan kaki di tanah itu.

Tempat bersemayamnya jasad-jasad manusia yang telah kosong. Pertama, untuk ibu dari bapak saya, dan yang kedua untuk teman saya, Hara. Betapa menakjubkan . Dua kali, dalam seminggu, saya melihat tubuh-tubuh yang sudah terbujur kaku. Cepat dan tanpa basa-basi mereka meninggalkan saya. Untuk si nenek, baiklah mungkin dia pengecualian, karena diawali dengan sakit yang menahun-kritis-ICU-selamat tinggal. Tapi Hara? Tanpa pesan, tanpa tanda, tiba-tiba tercabut sudah nyawanya. Seperti ditusuk-tusuk rasanya hati saya. Hara itu seorang teman yang saya kenal sekitar setahun yang lalu. Beberapa bulan terakhir ini, dia salah satu pelanggan Citro paling setia. Hampir setiap hari dia datang. Entah itu sendiri atau bebarengan dengan teman yang lain. Tapi satu kebiasaan yang tidak pernah luput, dia selalu mampir ke ruang staff Citro untuk numpang online atau sekedar berbagi layar laptop dan tempat duduk saat saya sedang sibuk bermain poker. Seringkali saya, patner saya Aliem, dan dia kami terlibat obrolan mendalam tentang segala hal. Keluarga, teman, perasaan, rencana-rencana, dan mimpimimpi yang tinggi. Saya ingat betul betapa berambisi dan optimisnya kami pada setiap momentmoment itu. Pasti selalu terselip kata-kata penyemangat dari mulutnya, walau tetap disertai dengan celetukan Bangke! , Cebong Anyut , Giwaw! Teeeet ...dan huruf R yang tidak pernah jelas dia ucapkan. Hahahahaha....hara..hara... Dan sekarang...tidak ada lagi lelaki besar cadel yang tiba-tiba menyelonong masuk ke dalam ruang staff citro. Tidak ada lagi penasihat jiwa saya ketika bermain poker. Tidak ada lagi orang yang bersungut-sungut ketika saya menyebut HaLa ...bukan HaRa . Hara sudah pergi. Ini seperti mimpi buruk yang terulang lagi dengan cerita yang berbeda. Di saat saya mulai belajar untuk membuka diri dan percaya pada sesuatu bernama sahabat ...keadaan dan takdir selalu saja merampasnya dari genggaman saya. Tapi yah...apa yang bisa saya perbuat dengan cerita yang satu ini? Hara pergi. Dia sudah pergi. Well yah...satu pelajaran luar biasa yang saya dan mungkin teman-teman lain terima atas kepergian Hara, bahwa pasti selalu ada situasi dimana kita hanya bisa menerima tanpa bisa membantah, bahwa ikhlas itu mutlak adanya, bahwa hidup ini tidak sepenuhnya milik kami...ada campur tangan lain disana yang tidak bisa diganggu gugat oleh apapun dan siapapun... Akan ada yang berbeda setelah ini. Berat sekali membayangkannya. Tapi jarum jam beker Sponge Bob kesayangan saya terus berputar, mengingatkan ada waktu yang tidak peduli terhadap apapun. Masih ada hidup yang harus dihidupkan. Kelak, akan ada saat dimana kita bisa tersenyum mengingat semua ini. Saya yakin itu.

Anda mungkin juga menyukai