Anda di halaman 1dari 10

Biodiversitas dan Konservasi Biologi

Keanekaragaman hayati disebut juga Biodiversitas. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antara makhluk hidup. Biologi konservasi adalah ilmu yang berorientasi pada tujuan yang mencari penyelesaian untuk menghadapi krisis keanekaragaman biologis (biodiversity crisis), yaitu penurunanan yang sangat cepat dalam keanekaragaman kehidupan bumi saat ini. Diseluruh biosfer, aktivitas manusia mengubah struktur trofik, aliran energi, siklus bahan kimia, dan gangguan alamiah. Jumlah permukan lahan yang diubah oleh manusia mendekati 50%, dan kita menggunakan lebih dari separuh air tawar permukaan yang dapat digunakan. Persediaan ikan yang banyak di laut menjadi semakin menipis oleh penangkapan ikan yang berlebihan dan beberapa daerah yang paling produktif dan yang paling beranekaragam, seperti terumbu karang dan muara mengalami cekaman yang sangat hebat. Ancaman utama terhadap biodiversitas Hal-hal yang menjadi ancaman terhadap biodiversitas, diantaranya kerusakan habitat, eksploitasi berlebihan dan kompetisi oleh spesies eksotik. Perusakan habitat oleh manusia secara besar-besaran disebabkan oleh pertanian, pengembangan perkotaan, kehutanan, pertambangan dan polusi lingkungan. Siklus hidrologi dan kimia alami terganggu oleh pembukaan lahan yang menyebabkan milyaran ton tanah subur mengalami erosi dan hanyut ke dalam sungai, danau, dan laut setiap tahun, sehingga sungai, danau, dan perairan pesisir pantai menjadi dangkal, dimana potensi dan kejadian banjir semakin sering terjadi dalam skala yang semakin meningkat. Urutan nomor dua setelah hilangnya habitat sebagai penyebab penting krisis biodiversitas adalah kompetisi spesies eksotik (spesies yang tidak asli) dengan spesies asli. Spesies eksotik dimasukkan dengan berbagai cara. Orang-orang secara tidak sengaja membawa biji atau serangga bersama dengan mereka ketika mereka berkelilling dunia, dan banyak tumbuhan dan hewan asing yang telah dimasukkan secara sengaja untuk tujuan pertanian atau hiasan. Sebagian besar spesies yang dipindahkan tidak berhasil bertahan hidup diluar daerah hidupnya yang normal, tetapi banyak contoh spesies yang dipindahkan dapat bertahan hidup. Banyak spesies eksotik yang dapat bertahan hidup tersebut mempunyai dampak pada ekosistem yang ada saat ini, tetapi beberapa spesies tersebut berperan penting dalam kommunitas barunya. Umumnya melalui pemangsaan terhadap spesies asli atau kompetisi untuk mendapatkan sumber daya. Contohnya perpindahan semut api kearah utara, yang secara tidak sengaja dimasukkan ke wilayah bagian selatan amerika serikat dari brazilia pada tahun 1918. penggantian oleh spesies yang diintroduksikan, dianggap bertanggung jawab paling tidak sebagian terhadap 68% dari daftar spesies yang punah, terancam, rentan, dan langka yang diterbitkan oleh IUCN.

Ancaman lain yang berarti terhadap biodiversitas seperti eksploitasi secara berlebihan pada kehidupan liar, merupakan permasalahan gabungan antara penyusutan habitat dan spesies eksotik. Spesies hewan yang jumlahnya telah menurun secara drastis melalui penangkapan komersial atau perburuan yang berlebihan, meliputi paus, bison amerika, kura-kura galapagos dan banyak jenis ikan lainnya. Teknik penangkapan ikan modern telah mengurangi populasi ikan cod, herring, makarel dan banyak spesies penting lainnya sampai ke tingkat yang tidak dapat menopang eksploitasi manusia selanjuutnya. Selain spesies yang diburu, banyak organisme lain terbunuh oleh metode penangkapan yang digunakan. Contohnya lumba-lumba, kura-kura laut tertangkap dalam jaring ikan dan tak terhitung jumlah invertebrata yang terbunuh oleh pukat harimau di laut. Perdagangan yang semakin meluas, seringkali ilegal dari organisme liar (seperti burung, anggrek dan kaktus langka) dan produk satwa liar (yang meliputi kulit mamalia, bulu burung, dan tanduk badak, dan empedu beruang) juga mengancam banyak spesies. Fragmentasi habitat Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa fragmentasi merupakan penyebab utama hilangnya sejumlah besar spesies.

Dampak fragmentasi pada spesies :


Pengurangan jumlah individu Pengurangan ukuran populasi karena individu terbatas pada fragmen kecil Isolasi spasial populasi sisa

Dampak genetik dari fragmentasi adalah :


Kehilangan diversitas genetik Perubahan dalam struktur antarpopulasi Peningkatan kawin kerabat (inbreeding)

Dalam populasi kecil kekuatan yang berpengaruh pada diversitas genetik adalah apa yang dinamakan damparan genetik (genetic drift). Dalam populasi ukuran besar pada setiap generasi maka kemungkinan untuk mendapatkan sampel gen yang cukup dari generasi sebelumnya adalah besar. Bila populasi kecil (hanya beberapa induk untuk memulai generasi berikutnya) sampel gen kemungkinan besar

menyimpang dari frekuensi gen (macam gen) dari generasi sebelumnya. Bila populasi kecil ini berlanjut setiap generasi, maka ada kemungkinan maka populasi tersebut akan menjadi homozigot untuk gen tertentu. Fragmentasi tidak hanya berdampak pada jumlah dan penyebaran spesies, tetapi juga berpengaruh pada komposisi genetik populasi. Pada kondisi normal populasi memiliki variasi genetik yang cukup. Individu dalam populasi secara genetik berbeda. Laju ke arah homozigositas biasanya rendah. Pada populasi yang terfragmentasi mortalitas yang tinggi dan laju reproduksi yang rendah akan terjadi. Ini disebabkan oleh depresi kawin kerabat (inbreeding depression). Fragmentasi menyebabkan kepunahan spesies di dalam populasi lokal. Oleh karena itu usaha untuk menjaga atau memulihkan spesies pada bentang alam (landscape) yang terfragmentasi adalah mengurangi kesempatan untuk kepunahan atau meningkatkan kesempatan untuk rekolonisasi. Usaha ini dapat berupa peningkatan dan perluasan habitat populasi lokal dan membuat terbentuknya hubungan di antara populasi lokal sehingga aliran gen (gene flow) dari satu populasi lokal ke populasi lokal yang lainnya akan terjadi. Kerentanan spesies dan kepunahan Sejarah hidup (life history) merupakan urutan dan waktu kejadian yang terjadi antara kelahiran dan kematian. Populasi dari bagian yang berbeda, tetapi termasuk ke dalam kisaran geografisnya mungkin menunjukkan adanya variasi dalam sejarah hidupnya. Pola variasi di dalam dan di antara populasi dinamakan struktur populasi. Variasi ini mencakup frekuensi perkawinan, umur mulai bereproduksi, berapa kali individu bereproduksi selama hidupnya, jumlah keturunan setiap bereproduksi, bereproduksi secara seksual atau aseksual. Perbedaan dalam karakteristik sejarah hidup dapat memberikan dampak pada dinamika, ekologi dan evolusi populasi. Populasi sering diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yang ekstrem, menurut strategi sejarah hidupnya:

Populasi dengan r-strategi bersifat oportunistik karena perilaku reprodukifnya dengan laju pertumbuhan yang tinggi (r) individu melahirkan sekali pada umur muda dengan banyak keturunan. Populasi yang memiliki strategi ini terbentuk karena variabel yang ektrem dan lingkungan yang tidak menentu. Karena kematian terjadi secara acak dalam keadaan ini, kuantitas keturunan akan memberikan hasil yang lebih baik ketimbang kualitas. Strategi yang lain adalah k-strategi menghasilkan keturunan pada umur lanjut dengan jumlah keturunan sedikit. Strategi ini ditunjukkan pada lingkungan yang stabil di mana keberhasilan reproduksi tergantung pada ketahanan (fitness) keturunannya daripada jumlah keturunannya.

Populasi dengan individu bereproduksi pada umur muda memiliki potensi untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan populasi dengan individu bereproduksi umur lebih tua. Ekosistem lestari Spesies beradaptasi terhadap satu sama lain dan terhadap komunitasnya, membentuk relung (niches). Pengembangan struktur yang lebih kompleks memungkinkan jumlah spesies yang lebih banyak hidup berdampingan satu sama lain. Peningkatan dalam kekayaan spesies dan kompleksitas bertindak sebagai penyangga komunitas dari cekaman lingkungan dan bencana, sehingga lebih stabil. Pada beberapa lingkungan, suksesi mencapai apa yang disebut klimaks, menghasilkan komunitas yang stabil didominasi oleh beberapa spesies yang menonjol. Tingkatan keseimbangan ini disebut komunitas klimaks, merupakan hasil dari jejaring interaksi biotik yang sedemikian rumit. Contohnya adalah hutan hujan tropis yang mengandung ratusan spesies per hektarnya. Hubungan antara diversitas spesies dan stabilitas komunitas memberikan penjelasan pentingnya menjaga kekayaan sebesar mungkin dalam komunitas biologi. Suatu hutan mengandung spesies yang belum lama diintroduksi berbeda dengan spesies lokal dengan jejaring interaksi yang kaya yang telah beradaptasi satu sama lain. Komunitas tak terganggu yang kaya akan spesies memiliki ketahanan untuk melanjutkan berfungsinya ekosistem. Biodiversitas sangat penting bagi manusia Pentingnya biodiversitas bagi manusia dapat ditinjau dari segi estetika, etika dan alasan praktis. Dari segi estetika, manusia sebenarnya memiliki ketertarikan terhadap alam dan bentuk kehidupan lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya orang yang mengunjungi kebun binatang, taman nasional, kebun raya, dan akuarium misalnya sea world. Dari segi etika kita harus menganggap bahwa bumi adalah pinjaman dari anak-anak kita dan bukan warisan dari para leluhur. Selain kedua alasan tersebut, dalam melestarikan biodiversitas juga terdapat alasan praktis. Biodiversitas adalah suatu SDA yang sangat penting, dan spesies yang terancam punah dapat menghasilkan makanan, serat dan obat-obatan. Pada tahun 1970-an para ahli menemukan bahwa tapak dara dari madagaskar mengandung alakaloid yang menghambat pertumbuhan sel kanker. Terdapat lima spesies lain tapak dara di madagaskar, dan salah satunya sedang mendekati kepunahan. Kehilangan spesies berarti kehilangan gen. Manusia berkembang dalam kehidupan ekosistem diatas bumi ini, dan sangat mungkin dapat bertahan hidup dengan biodiversitas yang kurang beragam, tetapi harus disadari bahwa manusia bergantung pada ekosistem dan spesies lain. Dengan membiarkan kapunahan spesies dan perusakan habitat yang berlangsung terus-menerus sebetulnya kita sedang mengambil resiko yang sangat tidak bijaksana terhadap kelangsungan hidup spisies kita sendiri. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya konservasi. Konservasi Biologi

Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Batasan-batasan konservasi : 1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary). 2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara sosial. 3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968). 4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980). Konservasi Sumberdaya Alam Hayati (KSDAH) ataupun konservasi biologi pada dasarnya merupakan bagian dari ilmu dasar dan ilmu terapan yang berasaskan pada pelestarian kemampuan dan pemanfaatannya secara serasi dan seimbang. Adapun tujuan dari konservasi biologi adalah untuk terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta kesinambungan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, perlu dilakukan strategi dan juga pelaksananya. Di Indonesia, kegiatan konservasi seharusnya dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah dan masyarakat, mencakup masayarakat umum, swasta, lembaga swadaya masayarakat, perguruan tinggi, serta pihak-pihak lainnya. Strategi-Strategi Dalam Konservasi Strategi konservasi nasional telah dirumuskan ke dalam tiga hal berikut cara pelaksanaannya, yaitu : 1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan (PSPK) a. Penetapan wilayah PSPK. b. Penetapan pola dasar pembinaan program PSPK. c. Pengaturan cara pemanfaatan wilayah PSPK. d. Penertiban penggunaan dan pengelolaan tanah dalam wilayah PSPK. e. Penertiban maksimal pengusahaan di perairan dalam wilayah PSPK.

2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya a. Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya b. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa (in-situ dan eks-situ konservasi). 3. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. a. Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam. b. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar (dalam bentuk : pengkajian, penelitian dan pengembangan, penangkaran, perdagangan, perburuan, peragaan, pertukaran, dan budidaya). Kawasan pelestarian alam ataupun kawasan dilindungi ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan berbagai macam kriteria sesuai dengan kepentingannya. Hampir di setiap negara mempunyai kriteria/kategori sendiri untuk penetapan kawasan dilindungi, dimana masing-masing negara mempunyai tujuan yang berbeda dan perlakuan yang mungkin berbeda pula. Sedikitnya, sebanyak 124 negara di dunia telah menetapkan setidaknya satu kawasan konservasinya sebagai taman nasional (bentuk kawasan dilindungi yang populer dan dikenal luas). Walaupun tentu saja di antara masing-masing negara, tingkat perlindungan yang legal dan tujuan pengelolaannya beragam, demikian juga dasar penetapannya. Apabila suatu negara tidak memiliki kawasan dilindungi yang khusus karena sulit untuk memenuhi standar yang ditetapkan, maka mereka dapat mengelola kawasan alternatif seperti hutan produksi yang dialihkan sebagai kawasan dilindungi sehingga penurunan/pengurangan plasma nutfah dapat ditekan. Kategori klasifikasi kawasan dilindungi, dimana kategori pegelolaan harus dirancang agar pemanfaatan seimbang, tidak lebih mementingkan salah satu fungsi dengan meninggalkan fungsi lainnya. Adapun kategori penetapan kawasan dilindungi yang tepat harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu : a. Karakteristik atau ciri khas kawasan yang didasarkan pada kajian ciri-ciri biologi dan ciri lain serta tujuan pengelolaan. b. Kadar perlakuan pengelolaan yang diperlukan sesuai dengan tujuan pelestarian. c. Kadar toleransi atau kerapuhan ekosistem atau spesies yang terdapat di dalamnya. d. Kadar pemanfaatan kawasan yang sesuai dengan tujuan peruntukan kawasan tersebut. e. Tingkat permintaan berbagai tipe penggunaan dan kepraktisan pengelolaan. Sedangkan secara umum, ciri-ciri suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasan dilindungi adalah :

1. Karakteristik/keunikan ekosistem, misalnya ekosistem hutan hujan dataran rendah, fauna endemik, ekosistem pegunungan tropika, dan lain-lain. 2. Spesies khusus yang diminati, mencakup nilai/potensi, kelangkaan atau terancam, misalnya menyangkut habitat jenis satwa seperti badak, harimau, beruang, dan lain-lain. 3. Tempat yang memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. 4. Lanskap/ciri geofisik yang bernilai estetik, dan penting untuk ilmu pengetahuan misalnya glasier, mata air panas, kawah gunung berapi dan lain-lain. 5. Tempat yang berfungsi sebagai perlindungan hidrologi, tanah, air dan iklim mikro. 6. Tempat yang potensial untuk pengembangan rekreasi alam dan wisata, misalnya danau, pantai, pegunungan, satwa liar yang menarik, dan lain-lain. 7. Tempat peninggalan budaya, misalnya candi, galian purbakala, situs, dan lain-lain. Secara umum, tujuan utama dari pengelolaan kawasan dilindungi adalah : 1. Penelitian ilmiah. 2. Perlindungan daerah liar/rimba. 3. Pelestarian keanekaragaman spesies dan genetic. 4. Pemeliharaan jasa-jasa lingkungan. 5. Perlindungan fenomena-fenomena alam dan budaya yang khusus. 6. Rekreasi dan wisata alam. 7. Pendidikan (lingkungan). 8. Penggunaan lestari dari sumberdaya alam yang berasal dari ekosistem alami. 9. Pemeliharaan karakteristik budaya dan tradisi. Berdasarkan tujuan manajemen tersebut, maka kawasan dilindungi dikelola dalam berbagai kategori pengelolaan kawasan dilindungi yang ditetapkan IUCN (1994) sebagai berikut : 1. a. Cagar alam mutlak (strict nature protection) b. Daerah liar/rimba (wilderness area) 2. Konservasi ekosistem dan rekreasi, misalnya taman nasional.

3. Konservasi fenomena alam, misalnya monumen alam. 4. Konservasi melalui kegiatan manajemen aktif misalnya kawasan pengelolaan habitat. 5. Konservasi bentang alam, laut dan rekreasi. 6. Pemanfaatan lestari ekosistem alam. Adapun kriteria umum bagi berbagai kawasan yang dilindungi adalah : 1. Taman Nasional, yaitu kawasan luas yang relatif tidak terganggu yang mempunyai nilai alam yang menonjol dengan kepentingan pelestarian yang tinggi, potensi rekreasi besar, mudah dicapai oleh pengunjung dan terdapat manfaat yang jelas bagi wilayah tersebut. 2. Cagar alam, umumnya kecil, dengan habitat rapuh yang tidak terganggu oleh kepentingan pelestarian yang tinggi, memiliki keunikan alam, habitat spesies langka tertentu, dan lain-lain. Kawasan ini memerlukan perlindungan mutlak. 3. Suaka margasatwa, umumnya kawasan berukuran sedang atau luas dengan habitat stabil yang relatif utuh serta memiliki kepentingan pelestarian mulai sedang hingga tinggi. 4. Taman wisata, kawasan alam atau lanskap yang kecil atau tempat yang menarik dan mudah dicapai pengunjung, dimana nilai pelestarian rendah atau tidak akan terganggu oleh kegiatan pengunjung dan pengelolaan yang berorientasi rekreasi. 5. Taman buru, habitat alam atau semi alami berukuran sedang hingga besar, yang memiliki potensi satwa yang boleh diburu yaitu jenis satwa besar (babi hutan, rusa, sapi liar, ikan, dan lain-lain) yang populasinya cukup besar, dimana terdapat minat untuk berburu, tersedianya fasilitas buru yang memadai, dan lokasinya mudah dijangkau oleh pemburu. Cagar semacam ini harus memiliki kepentingan dan nilai pelestarian yang rendah yang tidak akan terancam oleh kegiatan perburuan atau pemancingan. 6. Hutan lindung, kawasan alami atau hutan tanaman berukuran sedang hingga besar, pada lokasi yang curam, tinggi, mudah tererosi, serta tanah yang mudah terbasuh hujan, dimana penutup tanah berupa hutan adalah mutlak perlu untuk melindungi kawasan tangkapan air, mencegah longsor dan erosi. Prioritas pelestarian tidak begitu tinggi untuk dapat diberi status cagar.

Perlindungan dan Pengamanan


Perlindungan dan pengamanan adalah upaya untuk mencegah dan membatasi kerusakan flora dan fauna beserta ekosistemnya akibat dari adanya gangguan kawasan. Gangguan kawasan yang bersumber dari perbuatan manusia antara lain, perambahan kawasan, pencurian kayu, perburuan ilegal, dan lain-lain. Di samping itu, gangguan kawasan bisa disebabkan karena hama dan penyakit atau akibat bencana alam.

Upaya penanggulangan gangguan kawasan dilakukan dengan pendekatan secara preventif dan represif. Preventif, yaitu tindakan pencegahan yang dilakukan melalui kegiatan operasi gabungan, patroli rutin secara intensif, mengembangkan pengamanan swakarsa masyarakat, menjalin kemitraan dengan kader konservasi, dan lain-lain. Sedangkan secara represif, yaitu penindakan sesuai dengan hukum yang berlaku, dan dilakukan melalui upaya penindakan pelanggar secara langsung berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Pengembangan Wisata Alam


Dalam rangka mewujudkan optimalisasi pengembangan wisata alam dengan memperhatikan potensi dan kendala yang ada, dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, melalui berbagai pelatihan di bidang wisata alam, baik di dalam maupun di luar negeri di samping kegiatan on the job training untuk meningkatkan kemampuan SDM dalam perencanaan, pengembangan dan pengelolaan wisata alam. 2. Pembangunan sarana dan prasarana serta fasilitas untuk mendukung kegiatan wisata alam serta pengembangan potensi obyek wisata untuk berbagai jenis kegiatan wisata di berbagai lokasi. 3. Peningkatan sarana, media, dan kegiatan publikasi serta promosi baik dalam skala nasional maupun internasional dengan media elektronik dan cetak. 4. Pembangunan Pusat informasi Pengunjung serta membangun arboretum sebagai miniatur kawasan. 5. Pembinaan dan pengembangan keterampilan dalam wirausaha di bidang wisata alam kepada masyarakat di sekitar kawasan maupun dengan lembaga bisnis professional dan juga melibatkan LSM serta perguruan tinggi. 6. Pengembangan paket-paket wisata alam bernuansa pendidikan lingkungan dan atau penelitian konservasi dengan melibatkan LSM dan perguruan tinggi serta pihak-pihak terkait lainnya.

Pembinaan Daerah Penyangga


Salah satu kunci keberhasilan pengelolaan adalah dengan melibatkan partisipasi masyarakat melalui pendekatan pemberdayaan ekonomi desa penyangga. Sejalan dengan upaya tersebut, maka program pembinaan daerah dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Memberikan dan meningkatkan wawasan/pengetahuan masyarakat desa penyangga tentang pentingnya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. 2. Meningkatkan keterampilan masyarakat desa dalam melakukan budidaya sumberdaya alam yang berwawasan konservasi.

3. Meningkatkan keterampilan kewirausahaan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa penyangga. 4. Menjalin kemitraan dengan harapan masyarakat mampu berperan aktif dalam upaya menjaga dan melestarikan keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistem. Program-program pembinaan daerah diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan, antara lain : 1. Pelatihan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan konservasi (PRA). 2. Pelatihan kewirausahaan dan koperasi bagi masyarakat desa penyangga. 3. Pengembangan ekonomi masyarakat desa penyangga melalui pemberian bantuan Usaha Pedesaan yang sejalan dengan misi konservasi. 4. Pengembangan model atau pilot project pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasiskan konservasi sumberdaya alam. 5. Pendidikan lingkungan atau pendidikan konservasi untuk tingkat anak-anak (sekolah dasar), generasi muda dan tingkat dewasa (masyarakat).

Anda mungkin juga menyukai