Anda di halaman 1dari 14

BAB I KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Alamat Agama Status Perkawinan Tgl. Masuk Tgl.

Keluar : Tn. S : Laki-laki : 43 Tahun : Orimalang : Islam : Menikah : 15-07-2011 : 19-07-2011

II. ANAMNESA Keluhan Utama: Diare selama 5 hari.

Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan buang air besar sebanyak 4 sampai 5 kali sehari selama 5 hari. Pasien mengeluh buang air besar disertai lendir dan bau busuk yang terkadang disertai darah dengan volume sekitar satu gelas. Pasien juga mengeluh perut kembung, sakit perut yang sedikit meningkat saat buang air besar, mual dan muntah tidak lebih dari 2 kali sehari sehingga nafsu makan menurun serta merasa lemas tanpa disertai demam. Pasien sering mengkonsumsi jamu dan mencoba mengobati diarenya dengan jamu. Buang air kecil pasien normal. Pasien tidak memiliki penyakit hipertensi dan diabetes.

Riwayat Penyakit Dahulu Terdapat riwayat penyakit maag. Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung dan diabetes melitus. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga dan tetangga yang mengalami diare 1

III. PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran Tekanan darah Nadi Pernapasan Suhu Ikterus Oedema Cyanotik Anemia Ptechia Turgor kulit Tinggi Badan Berat badan : : : : : : : : : : : : : Compos mentis 120/80 mmHg 80 x / menit, reguler 22 x /menit 36,90 C -/-/-/-/Menurun 164 cm 52 Kg

KEPALA Bentuk Rambut Mata : Normal, simetris : : Hitam, tidakrontok Konjungtiva tidak ananemis Sclera tidak iktrerik Edema palpebra (-) Pupil isokor kanan = kiri, Refleks cahaya (+). Telinga Hidung Mulut : : : Bentuk normal, simetris, membran timpani intak Bentuk normal, septum di tengah, tidak deviasi Bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, tidak hiperemis, tidak ada nyeri menelan. LEHER Bentuk normal, deviasi trakhea (-), Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB , JVP tidak meningkat (5-2 cmH2O).

THORAKS Inspeksi : Bentuk dada kanan = kiri simetris Pergerakan napas kanan = kiri. Iktuskordistidaktampak Spider naevi (-) Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri Iktus kordis teraba di sela iga V garis midclaviculla kiri Perkusi Batas atas Batas kanan Batas kiri : : : : Sonor pada kedua lapang paru Sela iga III garis sternalis kiri Sela iga IV garis parasternalis kanan Sela iga V garis midklavikula kiri Sela iga IV garis midklavikula kanan Pernapasan vesikuler, rhonki -/- , wheezing -/bunyi jantung I-II murni, reguler ABDOMEN Inspeksi : Perut cembung Vena kolateral (-) Caput Medussae (-)

Batas paru hati : Auskultasi :

Palpasi

Nyeri tekan abdomen (+)di daerah kanan bawah Hepar dan lien normal

Perkusi Auskultasi

: :

Shifting dullnes (-) Bising usus (+) meningkat

GENITALIA Edema skrotum (-)

EKSTREMITAS Superior : Hangat Eritema palmaris (-/-) Sianosis (-/-) Clubbing finger (-/-) edema (-/-) Inferior : Hangat Edema (-/-) Pitting edema pretibial (-) Sianosis (-/-) IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin Tanggal 16-07-2011 Hemoglobin Leukosit Limfosit Monosit Granulosit Hematokrit MCV MCH MCHC Trombosit KGDS : 13,4 : 9,2 : 1,7 : 1,2 : 6,3 : 39,2 : 98,5 : 31,9 : 32,4 : 211 : 83 g/dl 103/l 103/l 10 /l 103/l % m3 pg g/dl 10 /l mg/dl
3 3

11,0 17,0 4,0 10,0 1,0 5,0 0,1 1,0 2,0 8,0 35,0 55,0 80,0 100,0 26,0 34,0 31,0 35,5 150 - 400

Feses Rutin 16-07-2011 Warna Konsistensi Lendir Darah Pus Amuba Telur cacing Leukosit Eritrosit : Kuning : Cair : Positif : Negatif : Negatif : (+) kista : Negatif : (+) 6-8 : (+) 2-4

PEMERIKSAAN AJURAN
1. Pemeriksaan Feses 2. Pemeriksaan Serologis 3. Pemeriksaan Elektrolit

Resume: Pasien laki-laki usia 80 tahun datang ke Rumah Sakit Arjawinangun dengan keluhanbuang air besar sebanyak 4 sampai 5 kali sehari selama 5 hari. Pasien mengeluh buang air besar disertai lendir dan bau busuk yang terkadang disertai darah dengan volume sekitar satu gelas. Pasien juga mengeluh perut kembung, sakit perut yang meningkat saat buang air besar, mual dan muntah tidak lebih dari 2 kali sehari sehingga nafsu makan menurun serta merasa lemas tanpa disertai demam. Pasien sering mengkonsumsi jamu dan mencoba mengobati diarenya dengan jamu. Terdapat nyeri tekan pada perut bagian kanan bawah. Pada pemeriksaan feses didapatkan lendir, kista amuba, leukosit 6-8 serta eritrosit 2-4.

V. DIAGNOSA: Disentri Amuba

VI. DIAGNOSIS BANDING : Disentri Basilar Salmonelosis Kolitis ulserosa

VII. PENATALAKSANAAN
1. Intake cairan ditingkatkan. 2. Diet lunak dan rendah serat. 3. Diet tinggi protein dan kalori. 4. Medikamentosa RL 30 tetes/menit Cefotaxim3x1 gram iv Metronidazol3 x 500 gram tab Ranitidin 3 x 1 amp IV Dexantasyr 3 x CI Neurodex3 x 1 tab

5. Edukasi sanitasi dan cuci makan sebelum makan

VIII. PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad fungsionam : Ad bonam : Ad bonam

I.

FOLLOW UP

15 Juli 2011 S : Diare(+) Darah(-) Lendir(+) Nyeri Perut(+) O : KU : TampakSakitSedang KS : Cm S : 36,50 C P : 104 x /mnt R : 28 x /mnt T : 120/70 mmHg Kepala : Normochepal Mata : KA (-), SI (-) THT : Epistaksis (-) Mulut : Coated tongue (-) Leher : Pembesaran KGB (-) Cor : BJ I-II regular, M(-), G(-) Pulmo : Vesikuler, Rh -/-, Wh-/Abdomen : Datar, Supel, NT(+) Tympani, BU(+) Eksternal : Edema (-) Sianosis (-) Kulit : TAK A : Susp. Disentri P : Ringer Laktat (iv) Cefotaxime Ranitidin 30 gtt / mnt 3x1 3x1

16 Juli 2011 S : Diare(+) Darah(-) Lendir(+) Nyeri Perut(+) O : KU : TampakSakitSedang KS : Cm S : 36,60 C P : 92 x /mnt R : 24 x /mnt T : 120/70 mmHg Kepala : Normochepal Mata : KA (-), SI (-) THT : Epistaksis (-) Mulut : Coated tongue (-) Leher : Pembesaran KGB (-) Cor : BJ I-II regular, M(-), G(-) Pulmo : Vesikuler, Rh -/-, Wh-/Abdomen : Datar, Supel, NT(+) Tympani, BU(+) Eksternal : Edema (-) Sianosis (-) Kulit : TAK A : Disentri Amuba P : Ringer Laktat (iv) Cefotaxim Metronidazol500 gr Ranitidin (iv) Dexantasyr Neurodex Asam Mefenamat 30 gtt / mnt 3x1 3x1 3 x 1 amp 3 x CI 3x1 3 x 500mg

18 Juli 2011 S : Diare (+) Nyeri Perut berkurang O : KU : TampakSakitSedang KS : Cm S : 36,50 C P : 80 x /mnt R : 20 x /mnt T : 120/70 mmHg Kepala : Normochepal Mata : KA (-), SI (-) THT : Epistaksis (-) Mulut : Coated tongue (-) Leher : Pembesaran KGB (-) Cor : BJ I-II regular, M(-), G(-) Pulmo : Vesikuler, Rh -/-, Wh-/Abdomen : Datar, Supel, NT(-) Tympani, BU(+) Eksternal : Edema (-) Sianosis (-) Kulit : TAK A : Disentri Amuba P : Ringer Laktat (iv) Cefotaxim Metronidazol500 gr Ranitidin (iv) Dexantasyr Neurodex Asam Mefenamat 30 gtt / mnt 3x1 3x1 3 x 1 amp 3 x CI 3x1 3 x 500mg

19 Juli 2011 S : Diare berkurang Nyeri perut berkurang O : KU : TampakSakitRingan KS : Cm S : 36,40 C P : 60 x /mnt R : 16 x /mnt T : 110/70 mmHg Kepala : Normochepal Mata : KA (-), SI (-) THT : Epistaksis (-) Mulut : Coated tongue (-) Leher : Pembesaran KGB (-) Cor : BJ I-II regular, M(-), G(-) Pulmo : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/Abdomen : Datar, Supel, NT(-) Tympani, BU(+) Eksternal : Edema (-) Sianosis (-) Kulit : TAK A : Disentri Amuba P : Ringer Laktat (iv) Cefotaxim Metronidazol500 gr Ranitidin (iv) Dexantasyr Neurodex Asam Mefenamat 30 gtt / mnt 3x1 3x1 3 x 1 amp 3 x CI 3x1 3 x 500mg

BAB II PEMBAHASAN

I. DEFINISI Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan eneteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah.Disentri amuba adalah peradangan kolon yang disebabkan oleh protozoa intestinal Entamoeba histolityca.(1) Prevalensi tertinggi penyakit ini di daerah tropis. Manusia merupakan host sekaligus reservoir utama. Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan dan minuman, dengan perantara lalat, kecoak, kontak interpersonal atau hubungan seksual anal-oral. Sanitasi yang jelek, penduduk yang padat serta kurangnya sanitasi individual mempermudah penularannya. Kurangnya imunitas pada orang tua dan anak juga dapat menyebabkan disentri amuba.(5) Dari prevalensi penyakit ini, kita dapat melihat berkurangnya imunitas pasien dikarenakan usia yang telah lanjut dapat mendorong terjadinya disentri amuba.

II. ETIOLOGI Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus yang termasuk dalam mikroorganisme komensial di usus manusia yang terdapat dalam dua bentuk, yaitu kista dan trofozoit yang bergerak. Apabila kondisi mengijinkan, mikroorganisme komensial ini dapat menjadi patogen. Dalam bentuk kista, terdapat dua ras yaitu ras kecil (<10mm) yang tidak patogen dan besar (>10mm) yang patogen. Terdapat enzim yang dapat menunjukkan pola patogenitas yaitu zymodeme yang menujukkan gejala penyakit yang invasif.(4) Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan tinja dan serologis.

III. PATOFISIOLOGI Transmisi E. Histolitika merupakan fecaloral melalui makanan atau air yang terkontaminasi dan kontak perorangan.Penularan terjadi melalui bentuk kista yang tahan suasana asam. Di dalam lumen usus halus, dinding kista pecah mengeluarkan trofozoit yang akan menjadi dewasa dalam lumen kolon.Bentuk histolitika (trofozoit) melakukan invasi ke sel epitel mukosa usus dengan memproduksi enzim histolisin yang membuat nekrosis jaringan mukosa usus berlanjut dengan invasi ke jaringan submukosa sehingga membentuk ulkus amoeba hingga ulkus melebar dan saling berhubungan membentuk sinus-sinus submukosa yang menyebabkan kerusakan permukaan absorpsi dan malabsorpsi. Peningkatan massa intraluminal akan menimbulkan tekanan osmotik intraluminal sehingga terjadi diare osmotik.(4)

10

IV. MANISFESTASI KLINIS Gejala klinis disentri amuba sangat bervariasi, mulai dari asimptomatik sampai berat. Beberapa jenis keadaan klinisnya yaitu: Carrier: amuba tidak mengadakan invasi ke dinding usus; tanpa gejala atau hanya keluhan ringan seperti kembung, flatulensi, obstipasi, kadang-kadang diare. Disentri amuba ringan: kembung, nyeri perut ringan, demam ringan, diare ringan dengan bercampur darah dan lendir. Disentri amuba sedang: kram perut, demam, badan lemah, hepatomegali dan nyeri spontan. Disentri amuba berat: diare disertai banyak darah, demam tinggi, mual, anemia. Disentri amuba kronik: gejala menyerupai disentri amuba ringan diselingi dengan perode normal tanpa gejala, berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, neaurestenia, serangan diare biasanya timbul karena kelelahan, demam atau makanan yang sukar dicerna.

V. DIAGNOSIS Diagnosis klinis ditegakkan dengan menemukan gejala disentri. Pemeriksaan tinja segar yang diberi larutan garam fisiologis, dilakukan minimal pada 3 spesimen tinja yang terpisah, untuk mencari adanya bentuk trofozoit. Untuk identifikasi kista dilakukan pemeriksaan tinja dengan pengecatan trichrome, bila perlu dengan teknik konsentrasi tinja.(3) Selain itu dilakukan pemeriksaan: Pemeriksaan makroskopis : leukosit fecal yang menandakan adanya colitis, darah fecal. Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 15.000 sel/mm3), kadang-kadang ditemukan leukopenia. Pemeriksaan serologis

11

VI. TERAPI a. Nonfarmakologis:


Intake cairan untuk mencegah dehidrasi pada pasien diare. Diet lunak dan rendah serat agar tidak membebani kerja usus. Diet tinggi protein dan kalori untuk memperbaiki gizi pasien. Intake vitamin C dan zinc untuk meningkatkan kekebalan tubuh pasien. Edukasi sanitasi dan cuci makan sebelum makan untuk mencegah penularan dan terinfeksi kembali.

b. Farmakologis Amubisid untuk mematikan amuba: Iodoquinol efektif mengatasi bentuk tropozoit dan kista amuba. Paromomycin efektif mengatasi bentuk tropozoit dan kista amuba, antibakteri dan mengatasi Diphyllobothrium latum, Taenia saginata, Taenia solium, Dipylidium caninum, and Hymenolepis nana. Diloxanide derifat Dichloroacetamide efektif mengatasi bentuk tropozoit dan kista amuba. Metronidazole aktif mengatasi berbagai variasi bakteri dan protozoa. Dapat diserap kedalam sel dan menembus BBB. Bisa mengikat DNA, inhibisi sintesis protein, menyebabkan kematian sel. Efek antimikroba dengan memproduksi radikal bebas. Merupakan indikasi untuk amubiasis invasif Tinidazole merupakan derivat 5-Nitroimidazole untuk disentri amuba dan abses liver amuba pada usia di atas 3 tahun. Antibiotik empiris untuk meminimalisir infeksi lain Obat simptomatik analgetik, antipiretik dan antasid Vitamin dan mineral (4) 12

VII. KOMPLIKASI Intestinal : Perdarahan kolon, perforasi, peritonitis, ameboma, intususepsi, dan striktur Ekstraintestinal : Abses hati, amebiasis kulit, amebiasis pleuropulmonal, abses otak, limpa, atau organ lain Sistemik : Dehidrasi, Gangguan elektrolit (terutama hiponatremia), Protein loosing enteropathy, Sepsis dan DIC, Sindroma Hemolitik Uremik,

Malnutrisi/malabsorpsi.

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Davey, Patrick. Keracunan Makanan dan Infeksi Gastrointestinal. At a glance Medicine. Rahmalia A dkk. 181-183. Erlangga. 2005. 2. Lacasse, Alexandre. Amebiasis. Medscape Refrence. Cunha BA. Dapat di unduh padaemedicine.medscape.com/article/212029. Emedicine. 2009 3. Paul SS, Patrick SY, Lawrence SF. Diarrhea. Pocket Medicine. Sabatine MS. 35. Lippincott Williams & Wilkins. 2008. 4. Reed SL. Amebiasis and Infection with free-living Amebas. Harrisons Principles of Internal Medicine ed 17. Fauci AS dan Longo DL. 1275-1280. Mc Graw Hill medical. 2008. 5. Soewandojo ES. Amebiasis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 3 ed 5. Marcellus SK. 2850-2856. Interna Publishing. 2010.

14

Anda mungkin juga menyukai