Anda di halaman 1dari 10

Landasan Teori

1.

Gangguan Perilaku a. Definisi Gangguan Perilaku

Gangguan perilaku yaitu gangguan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial yang disebabkan oleh lemahnya control diri, merupakan kasus yang paling banyak terjadi pada anak-anak. Kazdin (dalam Carr, 2001) menyebutkan bahwa dari seluruh anak-anak yang dirujuk karena mengalami gangguan klinis, sepertiga sampai setengah diantaranya karena mengalami gangguan perilaku. Bahkan pada populasi yang bukan klinis, ditemukan bahwa 50% atau lebih anak usia 4-5 tahun telah menunjukkan beberapa yang tetap (Campbell, Coie & Reid, dalam Bennett, Brown, Lipman, Racine, Boyle & Offord, 1999) dalam skripsi Desvi (2005). Gangguan perilaku pada anak sering juga disebut dengan masalah perilaku atau behavior problem (Moore, 1982) dalam skripsi Desvi (2005) dan masalah sikap atau conduct problem (Conduct Problems Preventation Research Group (CPPRG), 1999). Menurut Moore (1982) dalam skripsi Desvi (2005) gangguan ini meliputi semua bentuk gangguan perilaku pada anak kecuali yang disebabkan oleh neurosis, psikosis, retardasi mental, dan gangguan fisik atau kerusakan organik. Dengan demikian, anak yang menderita gangguan perilaku dipandang sebagai individu normal yang mengalami kesulitan penyesuaian sosial. Kesulitan perilaku ini dapat diidentifikasi mulai dari usia tiga tahun sampai akhir remaja dan rentang perilaku yang tampak mulai dari ketidakpatuhan di rumah sampai dengan tindakan kriminal di masyarakat.

b.

Konsep Gangguan Perilaku

Moore (1982) dalam skripsi Desvi (2005) menyebutkan bahwa untuk memudahkan pemahaman tentang konsep gangguan perilaku karena ruang lingkupnya yang cukup luas, maka gangguan perilaku ini dapat dikelompokkan dalam tiga bentuk yang sesuai dengan perkembangan usia anak, yaitu : a. Masalah kontrol, secara umum ditandai dengan ketidakmatangan perilaku seperti tidak patuh, menangis secara berlebihan, temper tantrum, tingkat aktivitas yang tinggi, dan suka membantah. Biasanya terdapat pada anak berusia muda. b. Perilaku agresif, ditandai dengan sering melakukan penyerangan fisik dan verbal. Bentuknya antara lain sering berkelahi, menyakiti orang lain secara verbal, suka

menentang atau membantah otoritas, dan mengancam. Biasanya ini mulai muncul pada usia 4 sampai 6 tahun. c. Perilaku yang menunjukkan kenakalan/kejahatan, seperti bolos, mencuri, merusak, lari dari rumah, menggunakan obat-obatan, dan tindakan kiriminal lainnya. Biasanya terjadi pada usia 11-18 tahun.

2.

Temper Tantrum Secara konsep gangguan perilaku, temper tantrum masuk ke dalam masalah kontrol

dimana ditandai dengan ketidakmatangan perilaku seperti tidak patuh, menangis secara berlebihan, tingkat aktivitas yang tinggi, dan suka membantah. Pada temper tantrum anakanak pandai menunjukkan amarah dan perasaan emosi kuat mereka. Puncak kemarahan yang meledak-ledak pada anak-anak terjadi pada usia 2 sampai 3 tahun, namun bisa juga lebih muda. Banyak anak-anak terkadang terus bertingkah laku seperti itu sampai mereka berusia 4 atau 5 tahun, atau lebih tua. Temper tantrum adalah episode dari kemarahan dan frustrasi yang ekstrim, yang tampak seperti kehilangan kendali seperti dicirikan oleh perilaku menangis, berteriak, dan gerakan tubuh yang kasar atau agresif seperti membuang barang, berguling di lantai, membenturkan kepala, dan menghentakkan kaki ke lantai. Pada anak yang lebih kecil (lebih muda) biasanya sampai muntah, pipis, atau bahkan nafas sesak karena terlalu banyak menangis dan berteriak. Dalam kasus tertentu, ada pula anak yang sampai menendang atau memukul orang tua atau orang dewasa lainnya misalnya pada baby sitter. Istilah temper tantrum di masyarakat kita lebih dikenal sebagai tindakan mengamuk atau ngambek. Tantrum lebih kepada usaha anak dalam mendapatkan perhatian orang tuanya (intim). Hal itu merupakan ungkapan rasa marah atau frustasi. Sebenarnya sebagian besar balita pernah mengalaminya tapi hanya ringan dan mudah ditenangkan. Jika terjadi secara berlebihan seperti berguling-guling di lantai di sebuah mal sambil menangis keras-keras, melemparkan mainan yang dibawanya, dan kakinya menendang tidak karuan, bahkan tidak jarang sambil mengeluarkan kata-kata kasar yang tidak sopan. Temper tantrum biasanya terjadi pada usia 2-4 tahun ketika anak mulai menampilkan sikap negativistik dan kemandirian. Seiring waktu (usia 5 12 tahun), ketika anak sudah mulai dapat mengungkapkan keinginan dan pemikirannya dengan baik secara verbal, temper tantrum cenderung berkurang, dan hanya terjadi kadangkala saja.

Beberapa hal yang menjadi penyebab temper tantrum, di antaranya : 1. Frustrasi yaitu terhambatnya pemenuhan kebutuhan/keinginan, tidak mendapatkan apa yang didapatkan. Dalam kondisi seperti ini, biasanya anak mengkomunikasikan perasaannya ketimbang pikirannya. 2. Ketidakmampuan anak untuk menyadari atau mempersepsikan bahwa dirinya sedang jengkel, frustrasi, ataupun cemas. Akibatnya anak tidak dapat mengkomunikasikan perasaannya pada orang lain (dalam hal ini mungkin orang tua atau pengasuhnya) selain melalui perilaku temper tantrum. 3. Ketidakmampuan anak untuk mengekspresikan pendapatnya, keinginannya, dan lainlain, secara verbal. Bisa jadi karena keterbatasan kemampuan berbahasa (belum lancar berbicara) atau kurangnya pemahaman akan bentuk-bentuk emosi yang ia rasakan sehingga kurang dapat mengungkapkannya secara verbal. 4. Meniru atau imitasi perilaku orang tua yang agresif atau teman-teman lainnya yang mendapatkan keinginan dengan cara menampilkan temper tantrum. Dampak buruknya tantrum akan menjadi satu-satunya cara bagi anak untuk mengekspresikan kemarahan atau rasa frustrasinya. Anak juga akan belajar bahwa dia dapat mengontrol lingkungan, termasuk mengontrol orang tua atau orang dewasa lain di sekitarnya. Lebih buruk lagi tantrum akan semakin sering dilakukan sampai melampaui batas proporsional yang melebihi tuntutan situasi. Maksudnya anak menjadi semakin cepat menampilkan tantrum-nya setiap kali ada hal yang tidak disukainya, padahal bagi anak lain situasi itu belum cukup menjengkelkan untuk sampai menimbulkan tantrum.

a.

Faktor yang mempengaruhi Kejadian Temper Tantrum

Gangguan perilaku merupakan gangguan yang bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi, yaitu: 1) Faktor biologis individu Ada beberapa kondisi biologis yang mempengaruhi kerentanan anak untuk mengalami gangguan perilaku. Pertama, temperamen anak yang merupakan indikator paling awal akan masalah perilaku (Cartledge & Milburn, 1995; Grainger, 2003) dalam skripsi Desvi (2005) temperamen kemudian berinteraksi dengan gaya manajemen orang tua dan bila gaya orang tua tidak sesuai maka akan memperparah gangguan perilaku anak (Grainger, 2003) dalam skripsi Desvi (2005).Temperamen anak yang sulit cenderung membuat orang tua berusaha

mengontrol perilaku anak secara berlebihan yang justru akan menambah intensitas perilaku melawan pada anak (Cartledge & Milburn, 1995) dalam skripsi Desvi (2005). Temper tantrum dan frustasi yang bersifat fisik seringkali ditunjukkan oleh anak yang mengalami kecacatan karena mereka kurang mampu untuk mengemukakan masalahnya dalam bentuk bahasa (Mangunsong, 2009). Temper tantrum yang dialami oleh Helen sering kali menimbulkan masalah di rumahnya. Bukan hanya menyebabkan keadaan rumah menjadin berantakan tapi temper tantrum yang dialami Helen juga kerap menimbulkan perdebatan antara ayah dan saudara tirinya. Bahkan pernah mengancam keselamatan adik bayinya. Rutinitas sehari-hari di keluarga yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus menjadi terganggu (Mangungsong, 2011). Hal ini telah terjadi dalam kehidupan keluarga Helen. 2) Faktor keluarga Situasi perkawinan, proses sosialisasi, dan penyesuaian orang tua dilihat dari tiga domain : depresi, penyalahgunaan obat-obatan dan perilaku anti sosial. Orang tua yang menggunakan obat-obatan dan berperilaku anti sosial berpengaruh secara langsung pada anak lewat proses modeling (peniruan) sedangkan depresi berpengaruh secara tidak langsung lewat perubahan sikap orang tua yang cenderung mengabaikan anak. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya mempengaruhi perilaku anak adalah pola asuh orang tua. Menurut Baumrind, Maccoby dan Martin (dalam Hetherington & Parke, 1999) yang dikutip oleh Desvi (2005) mengatakan pola asuh orang tua yang permisif dan tidak mau terlibat berhubungan dengan karakteristik anak yang impulsif, agresif dan memiliki ketrampilan sosial yang rendah. Sedangkan anak yang orang tuanya otoriter cenderung menunjukkan dua kemungkinan, berperilaku agresif atau menarik diri. Hal ini sejalan dengan penelitian Chamberlain, dkk (dalam CPPRG, 1999) dikutip oleh Desvi (2005) yang menyebutkan bahwa pola asuh orang tua yang berhubungan dengan gangguan perilaku pada anak adalah penerapan disiplin yang keras dan tidak konsisten, pengawasan yang lemah, ketidakterlibatan orang tua, dan penerapan disiplin yang kaku. 3) Faktor lingkungan Lingkungan di luar keluarga yang terutama berperan bagi perkembangan perilaku anak adalah teman sebaya, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Anak-anak yang ditolak dan memiliki kualitas hubungan yang rendah dengan teman sebaya cenderung menjadikan agresivitas sebagai strategi berinteraksi (Dishion, French & Patterson, 1995) dalam skripsi Desvi (2005). Sementara, anak-anak yang agresif dan memiliki perilaku anti

sosial akan ditolak oleh teman sebaya dan lingkungannya sehingga mereka memilih bergabung dengan teman sebaya yang memiliki perilaku sama seperti mereka, yang justru akan memperparah perilaku mereka (Jimerson, dkk., 2002) dalam skripsi Desvi (2005).

Guideline Observasi Gangguan Perilaku Hellen Keller dalam Film Miracle Worker

A. Tujuan Mengamati gangguan perilaku temper tantrum pada Hellen Keller

B. Definisi Konseptual 1. Gangguan Perilaku Gangguan perilaku pada anak sering juga disebut dengan masalah perilaku ataubehavior problem (Moore, 1982) dalam skripsi Desvi (2005) dan masalahsikap atau conduct problem (Conduct Problems Preventation Research Group (CPPRG), 1999). Menurut Moore (1982) dalam skripsi Desvi (2005) gangguan inimeliputi semua bentuk gangguan perilaku pada anak kecuali yang disebabkan oleh neurosis, psikosis,

retardasi mental, dan gangguan fisik atau kerusakan organik. Dengan demikian, anak yang menderita gangguan perilaku dipandang sebagai individu normal yang mengalami kesulitan penyesuaian sosial. Kesulitan perilaku ini dapat diidentifikasi mulai dari usia tiga tahun sampai akhir remaja dan rentang perilaku yang tampak mulai dari ketidakpatuhan di rumahsampai dengan tindakan kriminal di masyarakat. 2. Temper Tantrum Temper tantrum adalah suatu ledakan kemarahan yang diekspresikan secara sangat dramatis, dengan agitasi motorik hebat seperti menjerit-jerit sambil berguling di lantai, menendang, menggigit, membenturkan kepala ke lantai atautembok, menghentakkan kaki, memukuli diri sendiri atau orang lain, menangis,memaki, dan lain sebagainya (Markum, 1991).

C. Definisi Operasional

Variabel Temper Tantrum

Definisi atau

Alat Ukur menangis menggunakan

Hasil Ukur Hasil

Skala

Tindakan ngambek Dengan

observasi Ordinal

yang telah diskor itu kemudian dan

yang meledak-ledak lembar dilakukan untuk perhatian tuanya anak oberservasi mencari yang orang dari pertanyaan sesuai

dijumlahkan

teridiri lihat hasilnya jika 6 berada rentang: pada

dengan 55-

indikator temper 100%=terkontrol tantrum kemudian diskor. dijawab diberi dan tidak skor Pengamat memberikan check dimuka pertanyaan yang telah tersusun () Untuk ya skor 1 yang <55%=tidak terkontrol

pertanyaan yang

jawaban diberi 0.

D. Aspek Temper Tantrum Tasmin,(2001) yang dikutip dalam artikel ilmiah, mengemukakan bahwa temper tantrum atau suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Temper Tantrum (untuk selanjutnya disebut sebagai Tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (lima belas) bulan sampai 6 (enam) tahun. Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan

energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap sulit, dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur. 2. Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru. 3. Lambat beradaptasi terhadap perubahan. 4. Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif. 5. Mudah terprovokasi, gampang merasa marah atau kesal. 6. Sulit dialihkan perhatiannya. Kebanyakan tantrum pada anak dialami ditempat tertentu dan pada orang tertentu. Biasanya mereka ditempat-tempat publik setelah mendapatkan kata tidak untuk sesuatu yang mereka inginkan. Tantrum biasanya berhenti saat anak mendapatkan apa yang diinginkan. (Tavris;1989). Disimpulkan aspek-aspek dalam temper tantrum menjadi 5 aspek, yaitu : 1. Ketidakmatangan perilaku 2. Kebiasaan tidak teratur 3. Kesulitan menyukai sesuatu 4. Emosi Negatif 5. Perilaku Agresif

E. Item No 1 Aspek Ketidakmatangan Perilaku Indikator 1. Tidak patuh 2. Menangis secara berlebihan 3. Tingkat aktivitas yang tinggi 4. Suka membantah 2 Kebiasaan Tidak Teratur 1. Anak memiliki kebiasaan Ya Tidak

tidur tidak teratur 2. Anak memiliki kebiasaan

makan tidak teratur 3. Anak memiliki kebiasaan

buang air besar tidak teratur 3 Kesulitan Menyukai 1. Anak sulit menyukai situasi

tertentu 2. Anak sulit menyukai makanan tertentu 3. Anak sulit menyukai orangorang baru 4. Anak lambat beradaptasi

terhadap perubahan 5. Anak memiliki kecenderungan suasana hati yang lebih sering negatif 4 Emosi Negatif 1. Anak mudah terprovokasi 2. Anak mudah merasa marah atau kesal 3. Anak sulit dialihkan

perhatiannya 5 Perilaku Agresif


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

Menangis Menggigit Memukul Menendang Menjerit Memekik-mekik Melengkungkan punggung Melempar badan ke lantai Memukul-mukulkan tangan Menahan nafas Membentur-benturkan kepala Melempar-lempar barang Menghentak-hentakan kaki Berteriak-teriak Meninju Membanting pintu Mengkritik Merengek

19. 20. 21.

Memaki Menyumpah Memukul temannya kakak/adik atau

22. 23.

Mengkritik diri sendiri Memecahkan sengaja barang dengan

24.

Mengancam

Anda mungkin juga menyukai