Anda di halaman 1dari 13

Nama ; kemas M.

Gemilang NIM : 11350013 Prodi dan Kelas : Al-Ahwal Asy-syakhsiyyah {A}


MAKALAH HAM BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul Hak Asasi Manusia. 1. Identifikasi Masalah Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Pengertian HAM 2. Perkembangan HAM 3. HAM dalam tinjauan Islam 4. Contoh-contoh pelanggaran HAM 1. Batasan Masalah Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah dan tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun membatasi masalah hanya pada ruang lingkup HAM. 1. Metode Pembahasan

Dalam hal ini penulis menggunakan: 1. 1. Metode deskritif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih (Atherton dan Klemmack: 1982). 2. Penelitian kepustakaan, yaitu Penelitian yang dilakukan melalui kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti. BAB II HAK ASASI MANUSIA (HAM) A. Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya (Kaelan: 2002). Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.

John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994). Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia

B. Ciri Pokok Hakikat HAM Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:

HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).

C. Perkembangan Pemikiran HAM

Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :


o

Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik. Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang dilanggar.

Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak negative seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negaranegara di kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of the basic Duties of Asia People and Government

Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari: 1. Magna Charta Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya dimuka hukum(Mansyur Effendi,1994). 2. The American declaration Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu. 3. The French declaration Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (Deklarasi Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam The Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah. Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia bersalah.

1. The four freedom Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap Negara lain ( Mansyur Effendi,1994).

Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia:


o

Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan yang sama hak kemerdekaan. Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku 3 UUD dalam 4 periode, yaitu: 1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945 2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi Republik Indonesia Serikat 3. Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950 4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945

D. HAM Dalam Tinjauan Islam Adanya ajaran tentang HAM dalam Islam menunjukan bahwa Islam sebagai agama telah menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Oleh karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutan ajaran itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali. Hak-hak yang diberikan Allah itu bersifat permanent, kekal dan abadi, tidak boleh dirubah atau dimodifikasi (Abu Ala Almaududi, 1998). Dalam Islam terdapat dua konsep tentang hak, yakni hak manusia (hak al insan) dan hak Allah. Setiap hak itu saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi manusia dan juga sebaliknya. Dalam aplikasinya, tidak ada satupun hak yang terlepas dari kedua hak tersebut, misalnya sholat.

Sementara dalam hal al insan seperti hak kepemilikan, setiap manusia berhak untuk mengelola harta yang dimilikinya. Konsep islam mengenai kehidupan manusia didasarkan pada pendekatan teosentris (theocentries) atau yang menempatkan Allah melalui ketentuan syariatnya sebagai tolak ukur tentang baik buruk tatanan kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakjat atau warga bangsa. Dengan demikian konsep Islam tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid. Konsep tauhid mengandung ide persamaan dan persaudaraan manusia. Konsep tauhid juga mencakup ide persamaan dan persatuan semua makhluk yang oleh Harun Nasution dan Bahtiar Effendi disebut dengan ide perikemakhlukan. Islam datang secara inheren membawa ajaran tentang HAM, ajaran islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran islam yaitu al-Quran dan al-Hadits yang merupakan sumber ajaran normative, juga terdapat praktek kehidupan umat islam. Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam, pertama, Hak Darury (hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga eksistensinya bahkan hilang harkat kemanusiaannya. Sebagai misal, bila hak hidup dilanggar maka berarti orang itu mati. Kedua, hak sekunder (hajy) yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat hilangnya hak-hak elementer misalnya, hak seseorang untuk memperoleh sandang pangan yang layak maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga hak tersier (tahsiny) yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder (Masdar F. Masudi, 2002) Mengenai HAM yang berkaitan dengan hak-hak warga Negara, Al Maududi menjelaskan bahwa dalam Islam hak asasi pertama dan utama warga negara adalah: 1. Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersama-sama dengan jaminan bahwa hak ini tidak kami dicampuri, kecuali dengan alasanalasan yang sah dan ilegal. 2. Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bisa dilanggar kecuali setelah melalui proses pembuktian yang meyakinkan secara hukum dan memberikan kesempatan kepada tertuduh untuk mengajukan pembelaan

3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masing-masing 4. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga negara tanpa membedakan kasta atau keyakinan. Salah satu kewajiban zakat kepada umat Islam, salah satunya untuk memenuhi kebutuhan pokok warga negara. E. HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya. Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang, antara lain melalui amandemen dan referendum, sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya, pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan. 1. Pelanggaran HAM dan pengadilan HAM Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat itu. Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara

membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut tujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid. Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara maupun bukan aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karena itu penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur negara. Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat non-diskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum. 2. Penaggung jawab dalam penegakan (respection), pemajuan (promotion), perlindungan (protection) dan pemenuhan (fulfill) HAM. Tanggung jawab pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM tidak saja dibebankan kepada negara, melainkan juga kepada individu warga negara. Artinya negara dan individu sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap pemajuan,

penghormatan dan perlindungan HAM. Karena itu, pelanggaran HAM sebenarnya tidak saja dilakukan oleh negara kepada rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat kepada rakyat yang disebut dengan pelanggaran HAM secara horizontal. 3. Kasus Pelanggaran HAM Hak-hak Sosial Ekonomi dan Kebudayaan Fakta-fakta HAM lain yang masih menjadi masalah adalah rendahnya pemenuhan hak asasi warga negara dalam bidang sosial, ekonomi maupun kebudayaan, diantaranya di bidang pendidikan, kesehatan dan kemerdekaan untuk menyelenggarakan keyakinan agamanya. Kebijakan politik pemerintah di bidang pendidikan, dengan wajib pendidikan sampai tingkat SMTA, kemudian penyerahan tanggung jawab beaya pendidikan ke daerah-daerah diluar bantuan DAU dan BOS, secara teoritis memang sangat positif. Namun, otonomi yang tidak disertai ramburambu itu telah memberikan peluang kepada sekolah untuk memungut dana-dana lain, yang dalam prakteknya sudah menimbulkan masalah baru, karena jumlah pungutan yang bervarasi sampai Rp300.000,- per siswa per bulan, tentulah sangat memberatkan orangtua siswa yang berpendapatannya pas-pasan. Kebijakan pungutan otonomi sekolah ini mengakibatkan tingginya angka putus sekolah di kalangan warga masyarakat miskin, dan itu secara tidak langsung merupakan pelanggaran hak asasi si anak yang berhak memperoleh pendidikan dan juga menggagalkan kebijakan pemerintah di bidang wajib pendidikan 9 tahun. Lemahnya kontrol pemerintah pusat dan penegakan hukum yang sangat lemah, menyebabkan kebocoran dana-dana pendidikan ini tidakterpantau dengan baik dan tidak bisa pula dicegah dengan baik. Kasus-kasus empirik yang sangat memerihatinkan dalam konteks pendidikan ini adalah munculnya bunuh diri atau percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh anakanak sekolah, satu hal dengan alasan karena tidak mampu membayar beaya-beaya yang dibebankan Komite Sekolah kepada orangtua siswa. Data dari INDOK ELSAM tentang anak-anak sekolah yang melakukan bunuh diri atau percobaan bunuh diri karena kemiskinan, sekalipun barangkali terlihat sangat kasuistis, tidaklah bisa diabaikan semata-mata karena alasan statistiknya. Hal itu justru mesti dipandang dari aspek puncak gunung es

masalah kebijakan pendidikan yang didalamnya mengandung pengabaian terhadap hak asasi anak-anak yang berhak memperoleh pendidikan. Bunuh Diri ataupun Percobaan Bunuh Diri Siswa karena Kemiskinan No 1 2 3 4 Nama Korban Eko Haryanto (15) Bun Yamin (17) Elfi Mamora (15) Femilia (13) 5 Awang Aditya Lokasi Keterangan Siswa kelas VI SD kepunduhan, Pertengahan April Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal 2005 Siswa kelas II Logam I SMK Negri 2 7 April 2005 Adiwerna, Kabupaten Tegal Siswi kelas III sebuah SMP negeri di -I SMP Al-Falah Jumat, sukamanah 2005 3 Juni

Tanggerang Ummami Siswa Kelas dikampung

Salimah,

Jambe, Tanggerang Siswa kelas empat sekolah dasar tewas Kamis (15/12) gantung diri di Dusun Siyono Kidul, Desa Logandeng, Gunung Kidul, Yogyakarta Siswa Kelas VI sekolah dasar di -Kecamatan Jabung, Malang Seorang pelajar SMA swasta di --

6 7

Muhammad Firdaus Romdani Bin Husen

Tanggerang Sumber: Data olahan INDOK ELSAM Hak-hak masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang terjangkau, sekarang mulai terabaikan karena beberapa penyebab. Pertama, aplikasi kebijakan dan peraturan perundangan yang memihak masyarakat kurang mampu, sesungguhnya sangatlah terbatas. Cukup banyak kasus dimana orang-orang miskin akhirnya memilih untuk tidak memeriksa atau merawat kesehatannya di rumah sakit karena alasan miskin, walaupun sebetulnya pemerintah punya kebijakan untuk memberikan pelayanan perawatan dan pengobatan gratis terhadap pasien yang kurang mampu, sepanjang disertai dengan persyaratan administrasi yang sudah diatur. Di Bali, sebuah organisasi swadaya masyarakat, dalam tahun 2006 ini berhasil memperjuangkan lebih dari 20 pasien miskin untuk memperoleh

pengobatan gratis dari rumah sakit di RS Bangli, RS Sanglah, dan ikut membandu visi Pemda Tabanan yang memberikan pelayanan gratis terhadap pasien kurang mampu yang menderita penyakit kulit bersisik1. Perjuangan organisasi bernama KORdEM Demokrasi Bali ini hanyalah contoh kecil bahwa aplikasi kebijakan pemerintah yang sebetulnya sudah memihak rakyat miskin itu tetap memerlukan tekanan masyarakat, dorongan dan komitmen politisi agar penyelenggara negara di daerah maupun di instansi teknis bersedia melaksanakannya. Tanpa semua ini, kebijakan pemerintah itu hanya indah diatas kertas, sementara dalam prakteknya, masyarakat tetap menderita karena hak hak asasinya tidak terlindungi dan tidak memperoleh pelayanan. Kedua, hak-hak asasi masyarakat di bidang kesehatan akan semakin memperihatinkan oleh karena pemerintah menerapkan kebijakan swastanisasi dalam pembangunan rumah sakit. Salah satu alasannya adalah, karena pemerintah kekurangan dana, selain karena merupakan konsekuensi dari liberalisasi ekonomi glogal dimana pemerintah Indonesia ikut di dalamnya. Dengan lebih banyak membangun rumah sakit swasta yang kapitalistik, mau tidak mau beaya kesehatan menjadi sangat mahal dan tentunya tidak akan terjangkau oleh lapisan masyarakat miskin. Karenanya, pemerintah sangat perlu memproduksi kebijakan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan terjangkau oleh lapis masyarakat miskin, berapapun beayanya. Dengan menghitung jumlah masyarakat miskin dan masyarakat kurang mampu, pemerintah perlu membangun rumah sakit dengan pasilitas yang memadai untuk mengimbangi rumah-sakit swasta yang jelas-jelas sangat mahal dan tidak terjangkau oleh masyarakat kurang mampu maupun masyarakat miskin. Perlu menetapkan angka ideal jumlah rumah sakit dengan jumlah penduduk yang kurang mampu, bagaimana agar pemerintah mampu melayani kebutuhan masyarakat akan kesehatannya. Bila satu kabupaten cukup dengan satu rumah sakit, cukuplah satu, tetapi kalau karena
1

KORdEM (Koalisi Organisasi Non Pemerintah dan Eksponen Masyarakat) untuk Demokrasi Bali yang didirikan tahun 2004, mendesak Wayan Sudirta, Anggota DPD RI dari Provinsi Bali, untuk memperjuangkan perawatan dan pengobatan gratis kepada pasien miskin, dan berhasil mendorong Menteri Kesehatan turun ke RS Sanglah untuk meninjau pasien-pasien miskin yang memperoleh pelayanan gratis, dan seterusnya berhasil memperjuangkan pembebasan pasien-pasien miskin lainnya, diantaranya yang menderita penyakit kulit bersisik, memperoleh pelayanan gratis di RS Bangli, RS Sanglah, dan juga RS Tabanan yang bertindak pro-aktif terhadap pasienpasienmiskin tersebut.

jumlah penduduk miskinnya membutuhkan 2 rumah sakit, pemerintah seharusnya memprogramkannya, agar rakyat terlayani dengan beaya terjangkau. Jangan sampai terdengar kasus dimana ada rumah sakit pemerintah menolak pasien karena yang bersangkutan miskin. Program Asuransi Kesehatan yang menjadi kebijakan pemerintah, sebaiknya disosialisasikan, dan warga masyarakat pun mestinya meningkatkan kesadaran dan partisipasinya dalam merawat kesehatannya dengan mengikuti program pemerintah yang mengutungkan dan memihak pada kepentingan mereka sebagai warga kurang mampu. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat Islam. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM. 2. Saran-saran Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain. DAFTAR PUSTAKA

Iwan Sukma Nurichth. 2009. Menulis. http://www.scribd.com/doc/13409749/MakalahHam. Diakses pada 14 Maret 2012 pukul 20.30 WIB. Selly Pastikahttp. 2006. Menulis. http://www.scribd.com/doc/76450645/Isu-HAM-DiIndonesia. diakses pada 15 Maret 2012 pukul 05.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai