Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Kata refleks dibentuk dari : melihat objek yang mendekat memberikan

refleksi di otak. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa refleks ialah jawaban atas rangsangan. Refleks neurologik bergantung pada suatu lengkungan (lengkung refleks) yang terdiri atas jalur aferen yang dicetus oleh reseptor dan sistem eferen yang mengaktivasi organ afektor, serta hubungan antara kedua komponen ini. Misalnya : refleks tendon lutut timbul karena adanya rangsangan (ketokan), reseptor, serabut eferen dan efektor (otot). Hal ini dinamakan lengkung refleks (reflex arc). Bila lengkung ini rusak maka refleks akan hilang. Selain lengkungan tadi didapatkan pula hubungan dengan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan dengan pusat yang lebih tinggi ini terputus, misalnya karena kerusakan pada sistem piramidal, hal ini akan mengakibatkan refleks meninggi. (Lubantobing. 2003. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit FKUI, Jakarta). Refleks sangat penting untuk pemeriksaan keadaan fisis secara umum, fungsi nervus, dan koordinasi tubuh. Dari refleks atau respon yang diberikan oleh anggota tubuh ketika sesuatu mengenainya dapat diketahui normal tidaknya fungsi dalam tubuh.

I.2

Tujuan dan Manfaat

I.2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pemeriksaan refleks fisiologis tendo I.2.2 Tujuan Khusus a. Sebagai syarat untuk mengukuti Ujian Akhir Blok
b. Memberi wawasan tentang pemeriksaan refleks fisiologis tendo

I.2.3 Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari disusunnya referat ini adalah mampu memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai pemeriksaan refleks fisiologis tendo bagi mahasiswa dan penulis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Refleks Refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang singkat dan tidak melalui otak. Urutannya sebagai berikut : IMPULSRESEPTOR/INDRA SARAF SENSORIKSUMSUM TULANG BELAKANGSARAF MOTORIK EFEKTOR/OTOT. Refleks neurologik bergantung pada suatu lengkungan (lengkung refleks) yang terdiri atas jalur aferen yang dicetus oleh reseptor dan sistem eferen yang mengaktivasi organ afektor, serta hubungan antara kedua komponen ini. Misalnya : refleks tendon lutut timbul karena adanya rangsangan (ketokan), reseptor, serabut eferen dan efektor (otot). Hal ini dinamakan lengkung refleks (reflex arc) (gambar 1.2). Bila lengkung ini rusak maka refleks akan hilang. Selain lengkungan tadi didapatkan pula hubungan dengan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan dengan pusat yang lebih tinggi ini terputus, misalnya karena kerusakan pada sistem piramidal, hal ini akan mengakibatkan refleks meninggi. (Lubantobing. 2003. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit FKUI, Jakarta).

Gambar 1.2

II.2 Jenis Refleks Bila dibandingkan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan sensibilitas, maka pemeriksaan refleks kurang bergantung kepada kooperasi pasien. Ia dapat dilakukan pada orang yang menurun kesadarannya, bayi, anak, orang yang rendah intelegensinya dan orang yang gelisah. Itulah sebabnya pemeriksaan refleks penting nilainya, karena lebih objektif dari pemeriksaan lainnya. Dalam praktek sehari-hari kita biasanya memeriksa dua macam refleks, yaitu refleks dalam dan refleks superfisial. 1. Refleks Dalam (refleks regang otot) Refleks dalam timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan, dan sebagai jawabannya maka otot berkontraksi. Refleks dalam juga dinamai refleks regang otot (muscle stretch reflex). Nama lain bagi refleks dalam ini adalah refleks tendon, refleks periostal, refleks miotatik dan refleks fisiologis. Refleks dalam dapat dinamai menurut otot yang bereaksi atau menurut tempat merangsang, yaitu tempat insersio otot. Misalnya refleks kuadriseps femoris disebut juga refleks tendon lutut atau refleks patela. Telah dikemukakan di atas bahwa timbulnya refleks ini ialah karena teregangnya otot oleh rangsang yang diberikan dan sebagai jawaban otot berkontraksi. Rasa-regang (ketok) ini

ditangkap oleh alat penangkap (reseptor) rasa-proprioseptif, karena itu refleks ini juga dinamai refleks proprioseptif. Contoh dari refleks dalam ialah refleks kuadriseps femoris, glabela. 2. Refleks Superfisialis Refleks ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang

mengakibatkan berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau di sekitarnya. Jadi bukan karena teregangnya otot seperti pada refleks-dalam. (Lubantobing. 2003. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit FKUI, Jakarta)

II.3

Dasar pemeriksaan refleks

a. Alat yang digunakan adalah refleks hammer yang umumnya terbuat dari karet. b. Penderita harus dalam posisi yang seenak-enaknya dan santai. Bagian tubuh yang akan diperikasa harus dalam posisi sesuai sehingga gerakan refleks otot yang terjadi akan muncul dengan optimal. c. Rangsangan harus diberikan secara cepat, langsung dan kerasnya tetap dalam batas ambang, tidak perlu terlalu keras. d. Sifat reaksi tergantung tonus otot, maka tonus yang diperiksa harus dalam keadaan sedikit kontraksi. Jika akan membandingkan refleks kiri dan kanan maka posisis ekstremitas harus simetris. (Juwono. Pemeriksaan Neurologi Dalam Praktek. http://www.book.google.co.id)

II.4 Tingkat Jawaban Refleks Jawaban refleks dapat dibagi atas beberapa tingkat, yaitu : - (negatif) + ++ : tidak ada refleks sama sekali : kurang jawaban, jawaban lemah : jawaban normal : jawaban berlebih, refleks meningkat

Tidak ada batas yang tegas antara tingkat refleks yang dikemukakan di atas, yaitu : tidak ada batas yang tegas antara refleks lemah, refleks normal dan refleks meningkat. Bilka refleksnya negatif, hal ini mudah dipastikan. Pada refleks yang meninggi, daerah tempat memberikan rangsang biasanya bertambah luas. Misalnya refleks kuadriseps femoris, bila ia meninggi, maka tempat merangsang tidak saja di tendon di patella, tetapi dapat meluas sampai tulang tibia. Kontraksi ototpun bertambah hebat, sehingga

mengakibatkan gerakan yang kuat pada persendiannya. Jika meningginya refleks hebat, kadang-kadang didapatkan klonus, yaitu otot berkontraksi secara klonik. Pada refleks yang lemah, kita perlu mempalpasi otot untuk mengetahui apakah da kontraksi, kadang-kadang kita perlu pula melakukan sedikit upaya untuk memperjelas refleks yang lemah. Hal ini misalnya dilakukan dengan membuat otot yang diperiksa berada dalam kontraksi enteng sebelum dirangsang. Misalnya bila kita hendak memeriksa refleks kuadriseps femoris, kita suruh pasien mendorong tungkai bawahnya sedikit kedepan sambil kita menahannya, baru kemudian kita beri rangsang (ketok) pada tendon di patella. Selain itu, juga perhatian penderita perlu dialihkan, misalnya dengan menyuruhnya menearik pada kedua tangannya yang saling bertautan. Refleks yang meninggi tidak selalu berarti adanya gangguan patologis, tetapi bila refleks pada sisi kanan berbeda dari sisi kiri, besar sekali kemungkinan bahwa hal ini disebabkan oleh keadaan patologis. Simetri memang penting dalam penyakit saraf. Kita mengetahui bahwa simetri sempurna tidak ada pada tubuh manusia. Walaupun demikian, banyak pemeriksaan neurologis didasarkan atas anggapan bahwa bagian tubuh adalah sama atau simetris (secara kasar). Tiap refleks-dalam dapat meninggi secara bilateral, namun hal ini tidak selalu berarti adanya lesi piramidal. Lain halnya apabila peninggian refleks bersifat asimetris. Karenanya harus diingat bahwa : pada pemeriksaan refleks jangan lupa membandingkan bagian-bagian yang simetris (kiri dan kanan). Asimetris dapat menunjukkan adanya proses patologis. (Lubantobing. 2003. Neurologi Klinik

Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit FKUI, Jakarta)

II.5 Pemeriksaan refleks fisiologis Yang dimaksud adalah muscle strech reflexes, gerak yang muncul sendiri akibat rangsangan terhadap tendo atau periosteum atau kadang-kadang terhadap tulang, sendi facia atau aponeurosis. Yang menimbulkan refleks adalah muscle strech. Rangsangan tendo tersebut paling mudah diberikan pada tendo. Oleh karena rangsangan disalurkan melalui organ sensorik yang lebih dalam misalnya gelendong neuromuskular maka ada pula yang menyebutnya sebagai refleks propioseptif. Melakukan pemeriksaan refleks Prinsip umum : a. Rangsangan sensorik spesifik memberikan respon motorik spesifik. Ada 3 unsur : Busur aferen Busur sentral (central conection) Busur eferen b. Lesi U.M.N cenderung mengakibatkan peningkatan refleks, kecuali : Stadium akut (spinal shock) Refleks abdominal/dinding perut dan cremaster (keduanya termasuk refleks superfisial), akan menurun/negatif pada lesi UMN dan LMN. c. Refleksi tidak akan dipengaruhi pada lesi CNS (central nervous system) yang mengenai sistema sensorik, cerebellar atau ganglia basalis. d. Setelah stadium akut (spinal shock), umumnya lesi cerebral lebih cepat menimbulkan refleks yang meningkat dari pada lesi spinal. e. Ada 5 gradasi refleks (0 s/d 4+). Grade 0 s/d 3+ adalah normal dan grade 4+ disertai klonus yang 1-2 kali saja serta simetris masih fisiologis (grade 4+ disertai klonus yang asimetris dan atau klonus yang terus menerus adalah patologis). f. Adanya asimetri refleks (misalnya 2+ pada lengan kiri dan grade 3+ pada lengan kanan) bila disertai tanda-tanda lain berupa defisit motorik dan

sensorik pada satu sisi (asimetri juga) maka pada sisi dengan defisit sensorik/motorik adalah patologis/abnormal g. Refleks patella (knee jers) 2+ dan refleks ankle 0 (negatif) dugaan lesi saraf parifer (neuropati atau lesi radiks S1), kecuali pada pasien tua (pada orang tua ankle refleks sering negatif tanpa gejala klinis) h. Refleks kornea tidak dipengaruhi oleh lesi UMN.

II.6

Pemeriksaan Refleks Tendo

Berikut ini macam-macam pemeriksaan refleks tendo : Refleks tendon (stretch reflex, bone periostal/deep muscle reflexes) umumya pada anggota gerak kecuali refleks mandibula (jaw jerk reflex). Pukulan dengan refleks hammer pada tendon otot. a. Anggota gerak atas : Biceps, Triceps, radio-periostal, ulna-periostal, brachio radialis. b. Anggota gerak bawah : Patella (knee jark), ankle jark (Juwono. Pemeriksaan Neurologi Dalam Praktek. http://www.book.google.co.id) Pemeriksaan neurologis yang paling sulit adalah melakukan pemeriksaan refleks tendon, walaupun banyak mahasiswa menganggap pemeriksaan ini adalah yang paling mudah dilakukan. Refleks tendon merupakan hasil stimulasi bagian aferen yang sensitif terhadap peregangan pada gelendong neuromuskuler melalui sebuah sinaps, yang menstimulasi saraf motorik untuk menimbulkan kontraksi otot.

I. Pemeriksaan Refleks Biceps (Radiks C5,C6) Alat yang diperlukan : hammer refleks Cara kerja : 1. Posisikan pasien pada posisi berbaring Terlentang atau duduk. 2. Letakkan lengan pasien diatas perutnya. 3. Posisikan ibu jari pemeriksa pada tendon Biseps pasien. 4. Ayunkan palu refleks pada jari anda Sambil melihat kontaksi otot biseps. II. Pemeriksaan Refleks Triceps (Radiks C7) Alat yang diperlukan : hammer reflex Cara kerja : 1. Posisikan pasien berbaring terlentang Atau duduk. 2. Letakkan lengan pasien diatas perutnya. 3. Terik lengan pasien melewati dada, tahan Pergelangan tangan dengan siku tertekuk 4. Ayunkan palu refleks pada tendo triseps. Perhatiakan kontraksi otot. .

III.

Pemeriksaan Refleks Brachioradialis (Radiks C6)

Alat yang diperlukan : hammer refleks Cara kerja : 1. Posisi penderita dan pemeriksaan sama Seperti pemeriksaan reflex biceps. 2. Ayunkan hammer reflex pada tendo Brachioradialis di radius bagian distal Dengan memakai hammer refleks yang Datar.

10

IV.

Pemeriksaan Refleks Patella (Radiks L3,L4)

Alat yang diperlukan : hammer reflex. Cara kerja : 1. Posisikan pasien pada posisi berbaring Terlentang. 2. Letakkan lengan anda dibawah lutut Pasien,sehingga lutut pasien tertekuk. 3. Ayunkan palu refleks dibawah patela, Perhatikan kontraksi otot quadriseps.

V. Pemeriksaan Refleks Aachilles Alat yang diperlukan : hammer refleks Cara kerja : 1. Posisikan pasien pada posisi berbaring Terlentang. 2. e an kaki pasien den an sudut Dan medialis menghadap ke atas. 3. Lutut difleksikan dan terletak di lateral. 4. Ayunkan palu refleks ke tendo achilles Secara langsung. Perhatikan kontraksi Otot gastrocnemius. (Buku Panduan Praktikum Biomedis 112 Human Body And Locomotor System.2010. FK Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon)

VI. Pemeriksaan Refleks Periost Radialis Atur posisi lengan bawah orang coba dengan setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit di pronasikan, kemudian alihkan perhatian orang coba dan ketuklah periosteum pada ujung distal os radii. Perhartikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.

11

Cara

: ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan

setengah fleksi dan sedikit pronasi Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m.brachiradialis.

VII. Pemeriksaan Refleks Peroist Ulnaris Atur posisi lengan bawah orang coba dengan setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi dan supinasi, kemudian alihkan perhatian orang coba dan ketuklah periost prosessus stiloideus.Perhartikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons. Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ulna, posisi lengan

setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates. (Sudarman. 2010. Refleks-refleks Fisiologis. Laporan penelitian. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo)

12

II.7 Tabel Dermatom

13

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan Refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang singkat dan tidak melalui otak. Urutannya sebagai berikut : IMPULSRESEPTOR/INDRA SARAF SENSORIKSUMSUM TULANG BELAKANGSARAF MOTORIK EFEKTOR/OTOT. Dalam praktek sehari-hari kita biasanya memeriksa dua macam refleks, yaitu refleks dalam dan refleks superfisial. Refleks fisiologis tendo termasuk dalam jenis refleks-dalam. Berikut macam-macam pemeriksaan refleks fisiologis tendo : 1. Pemeriksaan refleks biceps 2. Pemeriksaan refleks triceps 3. Pemeriksaan refleks brachioradialis 4. Pemeriksaan refleks patella 5. Pemeriksaan refleks achilles 6. Pemeriksaan refleks periost radialis 7. Pemeriksaan refleks periost ulnaris

III.2 Saran Refleks sangat penting untuk pemeriksaan keadaan fisis secara umum, fungsi nervus, dan koordinasi tubuh. Dari refleks atau respon yang diberikan oleh anggota tubuh ketika sesuatu mengenainya dapat diketahui normal tidaknya fungsi dalam tubuh. Oleh karena itu, mempelajari tentang pemeriksaan refleks fisiologis sangat penting agar diketahui bagaimana cara memeriksa refleks fisiologis yang ada pada manusia.

14

Tiap refleks-dalam dapat meninggi secara bilateral, namun hal ini tidak selalu berarti adanya lesi piramidal. Lain halnya apabila peninggian refleks bersifat asimetris. Karenanya harus diingat bahwa : pada pemeriksaan refleks jangan lupa membandingkan bagian-bagian yang simetris (kiri dan kanan). Asimetris dapat menunjukkan adanya proses patologis.

15

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Tri. 2009. Refleks-refleks Fisiologis. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Makasar. 17 hal. (tidak dipublikasikan). Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati. 2010. Buku Panduan Praktikum Biomedis 112 Human Body And Locomotor System. Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon 46 hal. Fathurochman Agus, Utami Okttiani dkk. 2009. Refleks Pada Manusia. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto. 12 hal. (tidak dipublikasikan) Juwono. (Tanpa tahun). Pemeriksaan Neurologi Dalam Praktek.

http://www.book.google.co.id. Di unduh 1 November 2011. Lubantobing. 2003. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.134 hal. Lyyn S, Bickley. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates. EGC, Jakarta. 292 hal. Sudarman. 2010. Refleks-refleks Fisiologis. Laporan penelitian. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo. (tidak dipublikasikan)

Anda mungkin juga menyukai