Anda di halaman 1dari 25

Mereka sedang dalam masa transisi pencarian jati diri Jika orang tua terlalu keras, anak bisa-bisa

a mencari oase di luar rumah. Namun, bila terbilang longgar, dampaknya pun tidak lebih baik. Si remaja ini amat mungkin juga terjerumus dalam pergaulan bebas.

Mengetahui apa yang sedang in pada anak remaja


Sikap sebagai orang tua :
kontrol emosi
menempatkan diri sebagai sahabat

Jadikan ortu tempat yang nyaman untuk cerita , karena mereka sesungguhnya punya banyak masalah

1. Luangkan waktu bersama 2. Makan bersama 3. Jadilah teman

4. Bersabar
5. Beri privasi 6. Berbagi rasa

1. Butuh privasi

2. Butuh pendengar setia


3. Prestasi kurang 4. Diam-diam menjalin hubungan dengan lawan jenis 5. Pembicaraan soal seks 6. Persaudaraan yang erat

7. Orang tua terlalu berlebihan merespon masalah, sering diomeli


8. Cenderung menghindari masalah 9. Frustasi karena ortu sering menyalahkan umur 10.Ingin dipercaya orang tua vs selalu dicurigai

1. Memojokkan dengan rasa bersalah 2. Menggunaka n sarkasme atau sindiran

3. Memberi kuliah

1. Konsisten
Orangtua harus konsisten dengan aturan yang mereka buat, sehingga anak mengerti batasanbatasan yang harus mereka patuhi

2. Katakan yang ingin Anda katakan dan patuhi


Seiring dengan konsistensi, harus dijelaskan apa konsekuensinya

3. Orang tua bertanggung jawab mengajari bagaimana berkomunikasi

Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi secara tibatiba, tanpa terencana. Pada anak-anak, ini bukan hanya untuk mencari perhatian dari orang dewasa saja. Ketika mengalami tantrum, anakanak cenderung melampiaskan segala bentuk kemarahannya. Baik itu menangis keras-keras, berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit, mencubit, dsb.

Normalnya, tantrum (baca: marah-marah) pada anakanak hanya terjadi sekitar 30 detik sampai 2 menit saja. Tapi, jika kemarahan berlanjut sampai pada tingkat yang membahayakan dirinya atau orang lain, maka ini bisa menjadi hal yang sangat serius.

Temper tantrum biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun, hal yang wajar
Mudah dijumpai pada anak yang sifatnya keras, hiperaktif, emosi yang mudah berubah-ubah atau beberapa anak yang kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan baru.,

Mulai usia 5 tahun (sekolah, bergaul dengan sebaya) dapat mengontrol emosi lebih baik Jika bertahun-2 di sekolah tetap ada gangguan emosi (kesulitan bergaul atau gangguan pelajaran)

Pemicu temper tantrum :


1. Frustrasi 2. Lelah, lapar, ngantuk 3. Ortu terlalu mengekang 4. Sifat dasar anak yg emosional beberapa anak mewarisi dari ortunya 5. Keinginan anak tidak dipenuhi keliru jika anak sedikit-2 dibujuk dengan iming-iming

1. 2.

Cari tahu penyebabnya Jangan ikut emosi, sabar, anak dalam gelombang Beta (tidak bisa kompromi) Abaikan dan AJARI anak mengatasi kemarahan. Cuek dan tidak peduli cara yang jitu. Perlu ketegasan dan konsistensi orang tua Sudut diam

3.

4.

5.

Transisikan gelombang otak. Saat sudah tenang nasehati dan ingatkan tentang perbuatannya yang tidak baik tadi Alihkan pola tindakan ke hal yang lebih menarik jika ortu sudah paham seperti apa tipe anaknya. Setelah tenang kembali ke no 5 Saat semua reda, jangan biarkan anak melupakan kejadian tadi

6.

7.

8. Hug therapy saat sudah reda, nasehati dan beri pelukan

Saat menginginkan sesuatu umumnya anak merengek Tidak baik jika anak menjadikan rengekan sebagai senjata/kebiasaan Umumnya anak suka merengek usia 4 th ke atas

1. Jangan luluh dengan rengekan anak


2. Tunjukkan nada suara yang tepat 3. Hargai usahanya, beri pujian jika dia sudah mulai berubah meskipun baru sedikit sekali 4. Orang tua tetap konsisten dan ada konsekuensinya jika terus menerus merengek (misal tidak mendengarkan saat merengek)

Koreksi orang tua ttg pola asuhnya Biasanyaini karena aturan dan tuntutan orangtua yang sangat rendah. Orangtua selalu menuruti setiap keinginan anak, hanya karena tidak ingin terganggu, tidak ingin anaknya menangis dan mengamuk, atau karena malu jika ribut di depan umum.

Hal itu diikuti pula oleh sikap acuh orangtua, dengan tidak memberikan pengertian dan arahan yang baik bagi mereka. Apalagi jika dari orangtua sendiri sering memberikan contoh yang kurang tepat, seperti sikap konsumtif misalnya.

Budayakan makan di rumah dan dari rumah


Diskusikan dengan anak. Bersikap otoriter tentu bukan jalan yang terbaik. Tapi, cobalah untuk mengajak anak berdiskusi, memperlihatkan bukti-bukti nyata tentang resiko terlalu banyak jajan di luar. Berikan ia pengertian, mengapa Anda melarangnya untuk banyak jajan.

Ubah pola asuh. Jika saat ini Anda masih takut-takut untuk memberikan larangan pada anak Anda, mulailah! Hilangkan ketakutan Anda. Selama larangan dan aturan yang Anda buat adalah sesuatu yang tidak berlebihan, sesuai dengan kondisi anak, dikuatkan dengan konsistensi Anda, maka jalan Anda untuk mengubah asuhan ini menjadi lebih baik terbuka lebar.

Mungkin anak Anda akan menangis, mengamuk, tapi ingatlah, bahwa ini hanya sementara. Anda bisa menyiasati bagaimana merespon amukan anak.
Agar anak juga tahu, bahwa tidak setiap keinginannya bisa dan harus dipenuhi. Terlebih dengan cara menangis dan mengamuk.

Anda mungkin juga menyukai