Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA ( TKI/W )

DI SUSUN OLEH Dita Novarina Ilham Putra N Budi Pangestu Dani Muzani Nur Kemal Prasetyo : : : : : 115050100111009 115050100111010 115050100111011 115050100111012 115050100111013

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHUN PELAJARAN 2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan bagi saya sehingga tuhas makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Penulisan makalah yang berjudul Masalah Ketenagakerjaan di Luar Negeri.Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas.Namun berkat bantuan dan dorongan serta bimbingan dari Bapak dosen mata kuliah Kewarganegaraan, serta berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan. Penulis berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya, serta semoga dapat menjadi suatu bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.

LATAR BELAKANG

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Namun pada kenyataannya lowongan kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja Indonesia baik pria maupun wanita pergi mencari pekerjaan ke Luar Negeri.Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri bukan hanya menjadi fenomena di Indonesia, namun telah terlebih dahulu oleh banyak negara, seperti Filipina, Bangladash, India dan lain-lain.Kondisi ini pada satu aspek memberikan katup pengaman bagi permasalahan tenaga kerja di Indonesia secara sementara.Jumlah penduduk dan minimnya kesempatan kerja yang ada di negara-negara pengirim tersebut menjadikan banyaknya pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, dan tenaga kerja perempuan sampai saat ini banyak dikirim ke Malaysia dan Arab Saudi. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, intinya harus memberi perlindungan warga negara yang akan menggunakan haknya untuk mendapatkan pekerjaan, khususnya pekerjaan di luar negeri, agar mereka dapat memperoleh pelayanan penempatan tenaga kerja secara cepat dan mudah dengan tetap mengutamakan keselamatan tenaga kerja baik fisik, moral maupun martabatnya. Berbagai tindak kekerasan dan penderitaan yang menimpa pekerja migran baik selama proses rekrutmen, pemberangkatan, maupun selama bekerja di luar negeri, telah banyak dilaporkan, baik melalui media massa, maupun lembaga masyarakat nasional maupun internasional. Angka yang tercatat diberbagai media maupun lembaga resmi pada umumya jauh lebih kecil dibandingkan dengan data yang sesungguhnya terjadi dilapangan.

RUMUSAN MASALAH
1. 2. 3. 4. 5. Apa itu TKW ? Kemana saja para TKI/tkw tersebut dikirim ? Bentuk perlindungan apa saja terhadap para TKI/TKW ? Apa upaya hukum yang dilakukan jika hak dai TKI/TKW dilanggar ? Faktor apa saja yang membuat para TKI/TKW tersebut disiksa oleh majikannya ?

TUJUAN
1. Untuk dapat mengetahui bagaimana tindak kekerasan yang dialami oleh mantan TKW/TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. 2. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan sosial mantan Tenaga Kerja Wanita Indonesia yang pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia, setelah mendapat tindak kekerasan.

MANFAAT
1. Di harapkan dapat dijadikan sebagai kajian ilmiah, sehingga dapat memberi sumbangan pemikiran bagi kalangan akademis dalam bidang pendidikan khususnya dan masyarakat pada umumnya. 2. Meningkatkan kemampuan penulis melalui penelitian ini, meningkatkan wawasan kepada peneliti tentang tindak kekerasan terhadap para TKWI dan diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi khazanah kepustakaan yang bermutu.

PEMBAHASAN

TKW

Tenaga kerja wanita adalah sebutan khusus yang melekat untuk pekerja perempuan yang melakukan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di luar Indonesia.Padahal setiap pekerja adalah tenaga kerja secara umum, tetapi jika berbicara tentang Tenaga Kerja Wanita, maka yang dimaksud adalah pembantu rumah tangga.Khusus bagi para pekerja perempuan yang berstatus sebagai Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri, mereka semata-mata memiliki keahlian dan keterampilan yang terbatas.Pada akhirnya, para pekerja ini menekuni sektor informal, bagian yang paling banyak menyerap tenaga kerja dari Asia. Setelah adanya kebijakan mengenai pengiriman Tenaga Kerja Indonesia termasuk Tenaga Kerja Wanita ke luar negeri, maka jumlah Tenaga Kerja Indonesia yang ingin bekerja di Luar Negeri pun semakin banyak. Jenis dan bentuk pekerjaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan berbagai perlakuan dan tingkat bargaining position terhadap pekerja.Para migran perempuan Indonesia yang bekerja di sektor domestik sebagai pembantu rumah tangga dapat dikategorikan pekerja terselubung. Artinya, aktivitas pekerja bagaimana relasi sosial ( sosial relationships ) yang terjadi diantara pekerja dengan majikan merupakan relasi yang tidak setara dan sulit dipantau serta tidak ada mekanisme khusus untuk mengontrol aktivitas pekerja rumah tangga karena terjadi pada tataran yang sangat privasi. Begitu juga dalam hal pekerja migran dimana perempuan hanya dianggap sebagai objek bisnis dan tidak diposisikan sebagai manusia yang memiliki hak. Kebanyakan dari mereka dipekerjakan di sektor yang tidak layak, seperti pembantu rumah tangga, pekerja seks dan ditempatkan di dunia hiburan Riwayat Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia diawali tahun 1970-an, saat itu Malaysia yang merupakan negara bekas jajahan Inggris, sedang berusaha Universitas Sumatera Utara membangun negaranya, tetapi tidak memiliki tenaga kerja yang cukup. Pada saat yang bersamaan pula ketersediaan lapangan kerja di Indonesia sangat terbatas.Malaysia merupakan salah satu negara sasaran utama pengiriman tenaga kerja. Hal ini di tinjau dari segi letak geografis, tata bahasa maupun budaya yang hampir sama dengan Indonesia, sehingga tidak ada kendala dalam hal komunikasi. Keberadaan Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia di Malaysia yang selama ini sering mengalami dilema, seperti terlecehkan oleh beberapa tindakan kekerasan oleh sebagian majikan, nampaknya masih menjadi masalah yang belum tertuntaskan sampai saat ini. Tindak kekerasan yang masih kerap dialami TKW inilah yang menunjukkan

bahwa pada hakekatnya diskriminasi gender itu masih kerap terjadi, perempuan dianggap sebagi kaum lemah yang tingkatannya berada di bawah kaum laki-laki. Kini, hampir setiap hari pahlawan devisa acapkali mendapatkan perbuatan ganjil dari sang majikan. Undang-undang mengenai buruh rumah tangga dan migran tidak secara tajam dirumuskan.Para pembantu rumah tangga tidak benar-benar dilindungi, tidak memiliki upah minimum resmi, dan buruh rumah tangga Indonesia termasuk buruh yang dibayar paling murah di negara tersebut. Kota-kota besar Indonesia khususnya Medan merupakan salah satu kota yang banyak melakukan pengiriman tenaga kerja wanita ke luar negeri termasuk Malaysia. Seperti yang kita ketahui, pada umumnya bahwa mayoritas para pekerja wanita di luar negeri adalah mereka yang berasal dari kalangan ekonomi bawah.

Penentuan negara tujuan TKI


Penempatan TKI dapat dilakukan ke semua negara dengan syarat di negara tujuan ada jaminan perlindungan bagi TKI dan tidak dalam keadaan bahaya (pasal 3 ayat (1)). Penempatan TKI harus dilakukan pada jenis dan tempat pekerjaan yang tidak bertentangan dengan norma kesusilaan (pasal 3 ayat 3) Adanya jaminan perlindungan bagi TKI di negara tempat kerja, sebaiknya dilakukan pengiriman TKI ke negara yang sudah ada perjanjian bilateralnya dengan pemerintahan Indonesia.Meskipun hal itu juga masih belum menjamin tidak terdapatnya pelanggaran hak bagi TKI. Ada dua kawasan negara tujuan penempatan, yaitu kawasan Timur Tengah dan kawasan Asia Pasific.Kawasan Timur Tengah dan Afrika meliputi negara tujuan persatuan Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Qatar, Oman, Mesir, Yordania.Sedangkan kawasan Asia Pasific untuk negara tujuan Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Hongkong Special Autority Region (SAR) dan Taiwan.Pada saat ini berkaitan dengan adanya perang Irak- Amerika, untuk sementara pengerahan TKI ke kawasan Timur Tengah dihentikan.

Bentuk Perlindungan Hukum bagi TKI

Bentuk perlindungan hukum bagi TKI berdasarkan ketentuan Kepmenaker tersebut dibagi dalam tiga tahap yaitu perlindungan hukum pada saat pra penempatan, pada saat penempatan dan purna penempatan.Pada saat pra penempatan dan purna penempatan, tunduk pada aturan hukum Indonesia.Sedangkan pada saat penempatan, tunduk pada hukum negara tempat bekerjanya TKI. Perlindungan hukum bagi TKI pada saat pra penempatan secara garis besar meliputi dipenuhinya syarat penempatan, mekanisme penempatan dan pembiayaan. Pada syarat Penempatan PJTKI wajib memiliki dokumen sebagai syarat penempatan berdasarkan ketentuan pasal 29 Kepmenaker No.104-A/Men/2002 : a. perjanjian kerjasama penempatan; b. surat permintaan TKI (job order / demand letter) atas nama PJTKI yang bersangkutan; c. perjanjian kerja; d. Perjanjian penempatan TKI

Keempat syarat itu harus disetujui oleh Depnaker sebelum TKI diberangkatkan.Tentunya Depnaker telah melakukan penelitian yang cukup mengenai kelayakan persyaratan itu.Kenyataannya masih dijumpai bentuk perjanjian kerja yang isinya bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku. Misalnya disyaratkan TKI yang akan bekerja tidak dalam keadaan hamil, tidak diperbolehkannya TKI untuk kawin dengan penduduk setempat Mekanisme penempatan TKI ke luar negeri melalui tahap-tahap yaitu 1. penyuluhan tentang program penempatan TKI, prosedur, mekanisme dan persyaratan umum bagi CTKI yang berminat, 2. pendataan, tidak diperbolehkan adanya pemungutan biaya dan penghimpunan CTKI dalam asrama. Dilakukan dengan menyerahkan fotokopi jati diri, ijasah dan atau setifikat ketrampilan untuk di data pada instansi kabupaten/ kota dan atau petugas kantor cabang PJTKI untuk diteruskan kepada BP2TKI.

3. Pendaftaran dilakukan hanya oleh PJTKI yang mempunyai surat ijin pengerahan (SIP) berdasar negara tujuan tertentu saja yang selanjutnya dapat menghimpun CTKI dalam asrama atau akomodasi. 4. Seleksi pemberangkatan bagi CTKI.

Selain itu, CTKI yang akan mendaftar harus memenuhi syarat usia minimal 18 tahun, memiliki KTP, sehat mental dan fisik, pendidikan minimal tamat SLTP, memiliki ketrampilan atau keahlian (dibuktikan dengan sertifikat ketrampilan oleh lembaga pelatihan terakreditasi, memiliki surat izin orang tua/ wali, suami /istri. Adanya bukti memiliki ketrampilan adalah bertujuan pengerahan TKI hanya pada CTKI yang memenuhi standart kualitas saja.Kewajiban PJTKI untuk melatih CTKI yang belum berketrampilan. Rencananya uji ketrampilan nantinya akan diadakan oleh lembaga uji kompetensi independen. Sampai sekarang lembaga ini belum terbentuk.Untuk hal ini diragukan sekali terjadi penilaian yang obyektif, dimungkinkan terjadi jual beli sertifikat yang tidak mengacu pada standart kualitas. Dampak negatifnya dimungkinkan yang dikerahkan nanti terdapat TKI dengan kualitas sangat rendah tetapi mempunyai setifikat lolos uji ketrampilan Apabila dikaji materi yang ada di dalam penyuluhan hampir sama dengan materi pada saat pembekalan akhir pemberangkatan. Hal ini tidak tepat karena untuk satu orang CTKI harus mengikuti penyuluhan dengan materi yang sama dua kali. Ketentuan ini tampaknya untuk kepentingan TKI tetapi justru sebaliknya sangat merugikan TKI, kembali lagi dapat digunakan untuk memperkaya PJTKI dalam mengeruk keuntungan.Selain itu seharusnya lebih mengarah kepada tekhnis untuk meningkatkan ketrampilan dan keahlian supaya dapat meningkatkan posisi tawar TKI.Merupakan tugas pemerintah untuk segera mengadakan evaluasi terhadap perbaikan materinya. Apakah hal ini sudah terlaksana ?belum. Mengapa ?karena proses pelatihan sudah diadakan lebih dari 20 tahun tetapi TKI yang dikirim selama 20 tahun tetap saja masih yang unskillabour. Apabila kurun waktu 20 tahun dianalogikan dengan masa sekolah waktu 20 tahun diperlukan seseorang untuk sekolah mulai sekolah dasar sampai menjelang kelulusan S1.Bisa dibayangkan kemampuan ilmu seseorang yang telah belajar selama 20 tahun apabila diterapkan kepada TKI tidak mungkin hanya untuk pekerjaan pembantu rumah tangga saja, seperti yang terjadi sampai saat ini. Selanjutnya, sebelum CTKI diberangkatkan, harus mengurus kartu tenaga kerja luar negeri (KTKLN) di BP2TKI. Permohonan KTKLN dengan melampirkan paspor dan visa kerja, bukti pembayaran biaya pembinaan TKI, bukti kepesertaan program asuransi TKI, perjanjian

kerja yang sudah ditandatangani para pihak, surat keterangan telah mengikuti PAP dan buku tabungan TKI dalam rangka remittance Berdasarkan ketentuan pasal 53 Kepmenaker tersebut biaya penempatan dibebankan kepada pengguna dan atau calon TKI / TKI.Komponen biaya itu meliputi paspor, pelatihan, tes kesehatan, visa kerja, transportasi lokal, akomodasi dan konsumsi, tiket keberangkatan, asuransi TKI, biaya pembinaan TKI dan jasa perusahaan. Jasa perusahaan dibebankan apabila tidak ditanggung oleh pengguna serta maksimal besarnya satu bulan gaji.Pembayarannya dapat tunai atau angsuran maksimal 25 % gaji TKI perbulan. Perlindungan hukum pada saat penempatan mewajibkan PJTKI untuk bertanggung jawab atas perlindungan dan pembelaan terhadap hak dan kepentingan TKI di luar negeri. Dalam pelaksanaannya dapat bekerja sama dengan lembaga perlindungan hukum TKI yang terdiri dari konsultan hukum, atau lembaga asuransi. Berdasarkan ketentuan pasal 58 ayat (3) Kepmenaker tersebut, kewajiban dalam rangka perlindungan hukum meliputi : a. menyelesaikan perselisihan antara TKI dengan pengguna atau dengan pihak ketiga; b. memberikan konsultasi atau bantuan hukum bagi TKI yang bermasalah; c. mengurus penyelesaian pembayaran atas gaji TKI yang tidak dibayar; d. mengurus hak TKI / tunjangan akibat PHK; e. mengurus penyelesaian jaminan atas resiko kecelakaan kerja dan atau kematian yang dialami oleh TKI dalam kaitan hubungan kerja; dan f. menyelesaikan permasalahan TKI dalam bentuk kerugian yang bersifat non material.

Bentuk lainnya bagi usaha pemberian perlindungan hukum bagi TKI adalah adanya kewajiban PJTKI untuk menanamkan deposito dan kewajiban untuk menabung selama masa kerja minimal 25 % dari gaji perbulan. Pertanyaan lebih lanjut apakah kewajibanPJTKI itu dilaksanakan secara penuh dan tanggung jawab? Kenyataannya tidak, justru apabila ada permasalahan yang menimpa TKI di luar negeri banyak PJTKI yang melepas tanggung jawab itu, sedangkan pemerintah Indonesia kurang tegas memberikan perlindungan hukum dan lebih berorientasi untuk menjaga hubungan baik dengan negara lain. Dan pencairan deposito PJTKI sebagai jaminan tidak pernah dilaksanakan.Justru negara juga ikut berkepentingan dengan jumlah deposito para PJTKI yang relatif besar itu untuk hal-hal yang tidak sesuai tujuan.

Pada masa purna penempatan, kewajiban PJTKI adalah mengurus kepulangan TKI sampai di bandara Indonesia dalam hal masa kerja sudah habis atau dalam hal TKI bermasalah, sakit atau meninggal dunia sebelum habis masa kerjanya (termasuk apabila terjadi kekurangan biaya).

Upaya hukum bagi TKI apabila haknya dilanggar

TKI yang bekerja di luar negeri berhak mendapatkan perlindungan hukum pada masa pra penempatan, masa penempatan dan purna penempatan. Oleh karena itu apabila ada hakhak dati TKI yang dilanggar maka ia dapat mengajukan upaya hukum. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh TKI dapat ditinjau dari tiga hal, yaitu hak apa yang dilanggar, oleh siapa yang melanggar dan kapan hak itu dilanggar. Hak apa yang dilanggar adalah dalam kaitannya dengan isi perjanjian yang telah dibuat oleh TKI dengan PJTKI, Pengguna atau pihak asuransi. Yang lainnya adalah bentuk hak-hak TKI yang tidak disebutkan dalam perjanjian tetapi diatur dalam peraturan-perundangundangan.Siapa yang melanggar adalah keterkaitan dengan subyek hukum yang melaksanakan hubungan hukum, kemungkinannya meliputi PJTKI, Mitra Usaha, Pengguna, Pihak Asuransi.Kapan hak itu dilanggar adalah dalam kaitannya dengan tahap-tahap penempatan meliputi pra penempatan, masa penempatan dan purna penempatan. Pada masa pra penempatan dan purna penempatan, apabila ada hak-hak TKI yang dilanggar maka dapat mengajukan gugat ganti rugi berdasarkan wanprestasi dari isi perjanjian yang dibuat ( perjanjian penempatan TKI, perjanjian kerja ) berdasarkan ketentuan pasal 1243 Burgerlijk Wetboek ke Pengadilan Negeri. Upaya hukum lainnya yang dapat dilakukan oleh TKI apabila ada haknya yang dilanggar yang tidak terdapat dalam isi perjanjian penempatan TKI atau perjanjian kerja tetapi terbukti ada pelanggaran hukum (misalnya ada ketentuan Kepmenaker No.Kep.104-A/ Men/2002 yang dilanggar atau peraturan perundang-undangan lainnya yang dilanggar) maka dapat mengajukan gugat ganti rugi berdasarkan ketentuan pasal 1365 Burgerlijk Wetboek ke Pengadilan Negeri.Pengajuan gugat ganti rugi berdasarkan wanprestasi atau onrechtmatigedaad ke Pengadilan Negeri setempat mengingat TKI masih dan sudah berada di Indonesia, sehingga kedaulatan hukum juga berdasarkan hukum Indonesia. Lain halnya apabila terjadi pelanggaran hak TKI yang terjadi di tempat kerja yaitu di luar negeri maka kedaulatan hukum mengikuti wilayah territorial negara tempat kerja.Sehingga TKI dapat mengajukan gugatan ke pengadilan setempat di tempat kerjanya berdasarkan hukum negara yang bersangkutan. Untuk itulah sangat perlu semua TKI yang akan bekerja ke luar negeri dibekali pemahaman hukum setempat terutama ketentuan hukum yang menyangkut hubungan kerja. Sayangnya sampai sekarang sifat pembekalan mengenai materi peraturan perundang-undangan negara tujuan masih sangat minim.

Kendali alokasi merupakan bentuk perlindungan hukum bagi TKI, karena upaya perlindungan hukum lebih ditekankan pada seleksi yang ketat sebelum TKI berangkat kerja ke luar negeri.Bentuk kendali alokasi meliputi penentuan PJTKI yang berhak melakukan pengerahan, penentuan negara tujuan, perlindungan hukum saat pra, masa dan purna penempatan, serta upaya hukum yang dapat dilakukan oleh TKI apabila ada haknya yang dilanggar. Kendali alokasi hanya membatasi jenis pekerjaan tertentu bagi TKI yaitu penata laksana rumah tangga, pengasuh bayi, pengasuh anak balita dan perawat orang lanjut usia pada pengguna perseorangan / sector rumah tangga. Dan pada negara tujuan tertentu. PJTKI hanya yang mempunyai izin penempatan berdasarkan perhitungan kendali alokasi . Bentuk perlindungan hukum pada pra penempatan meliputi ditetapkannya syarat penempatan, mekanisme penempatan ( penyuluhan, pendataan, pendaftaran, seleksi dan biaya). Bentuk perlindungan hukum pada masa penempatan adalah menempatkan PJTKI bertanggung jawab penuh atas keselamatanTKI di luar negeri serta adanya ketentuan menabung bagi TKI dan pencairan deposito PJTKI apabila dibutuhkan dana bagi penyelesaian TKI bermasalah. Bentuk perlindungan hukum pada purna penempatan meliputi keselamatan kepulangan sampai ke Indonesia serta diselesaikannya perpanjangan masa perjanjian kerja. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh TKI pada pra dan purna penempatan apabila ada haknya yang dilanggar baik wanprestasi terhadap isi perjanjian (berdasarkan pasal 1243 BW) atau onrechtmatigedaad dari peraturan perundang-undangan (berdasarkan pasal 1365 BW) maka TKI dapat mengajukannya ke Pengadilan negeri.Sedangkan upaya hukum yang dapat dilakukan apabila ada hak TKI yang dilanggar saat masa penempatan adalah tunduk pada negara setempat mengikuti kedaulatan territorial suatu negara.

Kekerasan pada TKI di Luar Negeri


Sejak bertahun-tahun lalu, berita kekerasan pada TKI di luar negeri terus saja mengalir.Kasus-kasus memilukan ini tak hanya membuat keluarga korban merasa marah, tapi seluruh masyarakat Indonesia pun turut merasa geram.

Banyak sekali TKI yang disiksa, bahkan tak jarang yang meninggal dan pulang dengan peti mati.Kasus seperti ini tak hanya sekali atau dua kali, namun berkalikali.Bahkan, bisa saja masih ada banyak kasus kekerasan pada TKI yang belum tersorot media dan tidak diketahui publik. Penyebabkekerasan pada TKI bisa karena beberapa hal, misalnya tidak adanya undang-undang yang benar-benar memberi jaminan perlindungan terhadap TKI, kurangnya keterampilan TKI sehingga mendapat marah sang majikan, dan masih banyak penyebab lain.

Mencegah Kekerasan pada TKI Berikut ini adalah beberapa cara untuk mencegah kekerasan TKI di luar negeri : Bagi para calon TKI, sebaiknya gunakan jalur penyaluran tenaga kerja yang legal dan terpercaya.Penyalur tenaga kerja yang baik adalah lembaga/perusahaan yang bisa menentukan di mana sebaiknya TKI tersebut bekerja sesuai kemampuannya. Para penyalur TKI ke luar negeri hendaknya memberi pembinaan dan pelatihan khusus pada calon TKI. Tak hanya tentang cara bekerja, tapi juga bagaimana kebiasaan orang luar negeri dan tata cara bersikap.

Hal ini tentu sangat berguna agar TKI tidak menjadi sasaran kemarahan majikan karena salah mengerjakan tugas. Baik penyalur maupun pemerintah hendaknya selalu memantau para TKI agar kekerasan pada TKI bisa diminimalisir Pemerintah harus menindak tegas para penyalur TKI ilegal yang bisa menyebabkan para calon TKI mendapat hal-hal yang tidak menyenangkan saat bekerja di luar negeri. Pemerintah harus bisa memberi jaminan perlindungan terhadap para TKI di luar negeri. Selama ini, undang-undang tentang TKI tidak bisa melindungi para pekerja tersebut dengan baik. Sampai saat ini, pemerintah masih dinilai sangat lemah dalam menangani kasus kekerasan pada TKI. Pemerintah harus benar-benar bekerja sama secara baik dengan pemerintah tempat TKI bekerja, menjalin suatu perjanjian untuk melindungi para TKI dari tindak kekerasan.

Itulah beberapa cara untuk mencegah kekerasan pada TKI. Pemerintah adalah faktor penting dalam keselamatan para TKI yang sedang bekerja di luar negeri.

Memang harus diakui, pencegahan kekerasan pada TKI ini memang sangat sulit karena menyangkut watak orang lain (majikan), apalagi pemerintah Indonesia tidak bisa menuntut pelaku kekerasan begitu saja karena tidak terjadi dalam wilayah Indonesia. Namun, ada satu cara lagi untuk mencegah kekerasan pada TKI, yaitu menghentikan pengiriman TKI ke luar negeri. Pemerintah harus sadar, kenapa banyak sekali masyarakat yang tetap ingin menjadi TKI walau sudah banyak kasus kekerasan yang disebarkan oleh media. Penyebabnya tentu karena faktor ekonomi yang rendah, yang kemudian mendorong masyarakat untuk mencari rezeki di luar negeri yang gajinya mungkin bisa lebih banyak daripada di Indonesia. Untuk itu pemerintah sebaiknya serius untuk mengentaskan kemiskinan di negara ini, agar masyarakat bisa hidup tentram dan tidak terpaksa ke luar negeri hanya untuk mencari uang.

Kesimpulan

Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri memiliki kaitan erat dengan harga diri suatu bangsa, dan politik luar negeri.Penulisan, konsekuensi yang bersifat makro ini seringkali terabaikan manakala desakan-desakan ekonomi menjadi prioritas utama.Keadaan ekonomi masyarakat di negara-negara berkembang yang rendah dan banyaknya warga yang tidak memiliki pekerjaan (termasuk Indonesia) membuat pengambil kebijakan di bidang ketenagakerjaan untuk mencari solusi cepat mengatasi pengangguran.Salah satu solusi yang dipertahankan adalah pengiriman tenaga kerja.

Saran
Lakukan pengetatan bagi pelayanan penempatan TKI dengan melakukan cek silang dengan aparat daerah asal tenaga kerja untuk biodata diri calon TKI Penyempurnaan kebijakan penempatan dan perlindungan TKI seperti penanganan TKI bermasalah, fasilitasi operasional dan penyelesaian masalah TKI dan pemberian advokasi dan perlindungan hukum bagi TKI di Luar negeri Meningkatkan kuantitas dan kualitas atase ketenagakerjaan di negera-negara penempatan Verifikasi dan perbaiki seleksi terhadap seluruh PPTKIS (Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta) di dalam negeri dan agen-agen penempatan di luar negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi Daud. Yuni Pratiwi. 2007. Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas 7. Jakarta: Erlangga. Haris, Abdul. 2005, Gelombang Migrasi dan Jaringan Perdagangan Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Saleh, Harry Hariawan. 2003. Persaingan Tenaga Kerja Menghadapai Persaingan Global Guna Suksenya Pembangunan Nasional. Kertas Karya Perorangan. Kursus Singkat Lemhanas RI. http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/803/803/ ELSAM (2002), Statistik Kematian Buruh Migran di Singapura, Newsletter edisi Mei-Juni Heyzer, Noeleen (2002), Trafficking, Migrasi, dan Globalisasi, dalam Radio Nederland Wereldomroep, edisi 6 Desember. Muhidin, Syarif, M. Fadhil Nurdin dan Teti Asiati Gunawan (2003), Kajian Masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Asal Jawa Barat di Saudi Arabia dan Hongkong Sebagai Bahan Penyusunan PERDA dalam Sosiohumaniora, Vol.V, No.1

Anda mungkin juga menyukai