Anda di halaman 1dari 6

BAB I PEMBAHASAN

1. Rene Descrates (1596-1650)

Filsafatnya adalah sistem pertama yang bersifat komprehensif sejak kontribusi para Skolastik, dan ia disebut sebagai filsuf modern pertama. Descrates mengenmbangkan pandangan-pandangannya tentang hubungan antara pikiran dan jiwa antara individu, lingkungan, dan Tuhan. Dia mengajarkan bahwa studi tentang proses ragawi merupakan wilayah fisiologi dan studi tentang pikiran merupakan milik psikologi. Dengan demikian filsuf modern pertama dengan tegas menyatakan bahwa subjek pembahasan psikologi adalah pikiran. Peranan pendapat Descrates dalam perkembangan psikologi sangat besar. Sehingga sampai abad ke 20, jiwa yang disebut ilmu hanyalah yang tertuju pada uraian dari gejala-gejala jiwa, terlepas dari raganya. Jiwa manusia terdiri atas zat roh, sedangkan badannya terdiri atas zat materi. Decrates jelas seorang dualis dalam interpretasinya tentang interaksi pikirantubuh. Transisi filsafat dari Skolastisisme dan mengajukan beragam asumsi tentang karakteristik pengalaman manusia, yang digunakan oleh para filsuf terkemudian sebagai basis bagi model-model psikologi. Prinsip pertama kehidupan adalah kesadaran diri terhadap ide dan seluruh hal lainnya yang kita ketahui sebagai sumber dari refleksi diri. Dualisme interaksinya antara pikiran dan tubuh membedakan psikologi dan fisiologi. Pandangan Descrates dikembangkan dalam tradisi filosofis Prancis dan Inggris.

2. August Comte (1798-1857) August Comte menunjukkan semangat ilmiah yang diadopsi oleh psikologi ketika lahir sebagai disiplin formal. Penerapan Comte atas pandangannya sendiri menghasilkan upaya utopia yang terbukti memalukan bagi mereka yang mencoba memahami pandangannya secara sungguh-sungguh. Ia berpendapat bahwa penjelasan tentang kehidupan mengalami perubahan fokus dari dasar teologis ke metafisis seiring terus berkembangnya intelektual manusia. Perubahan akhir dari dasar metafisis ke positivis menggambarkan kematangan ilmu pengetahuan.

Menariknya,ia menghapus psikologi dan menerima kesimpulan sensasionalisme. Menurutnya,individu yang berperilaku dalam konteks kelompok merupakan subjek pembahasan sosiologi. Dalam menjelaskan psikologi sosial ini,ia menambahkan ilmu pengetahuan etika, yang tidak dimaksudkannya sebagai studi tentang moral,namun sebagai studi mengenai perilaku sosial yang dapat diamati yang bertujuan menemukan hukum prediksi bagi rencana sosial. Comte akhirnya mendukung semangat observasi objektif yang berguna bagi psiklogi. Dengan demikian, para penerus Descrates di Prancis membuat psikologi berada dalam posisi yang cukup lemah, jauh dari pengakuan sebagai satu disiplin formal.

3. John Locke (1632-1704) Pandangan politik Locke menyatakan bahwa kemampuan individu tidak ditentukan oleh keturunan, namun oleh lingkungan atau pengalaman dan bahwa pemerintahan yang pantas adalah yang diberi otoritas oleh rakyatnya. Pandangan psikologi Locke menyatakan bahwa tidak ada satupun dalam pikiran yang pada awalnya tidak ada dalam indra. Prinsip ini ditegaskan tentang pikiran pada saat seseorang dilahirkan dengan istilah tabula rasa dimana pengalaman hidup bertahap memenuhi dan menciptakan keseluruhan isi pikiran. Kontras dengan sensasionalisme Prancis yang menghapus diperlukannya pikiran dengan menyamakannya dengan indra, empirisme Locke dengan tegas menunjukkan perlunya konsep pikiran. Psikologi dapat digambarkan sebagai empirisme rasional karena yang berhasil mempertahankan tentang diperlukannya struktur pikiran dan menghapus berbagai implikasi teologis konsep jiwa. Walau bagaimanapun, pandangan determinasi lingkungan dari Locke menghasilkan tahapan bagi gerakan empiris Inggris berikutnya.

4. George Barkeley (1685-1753) Ia memiliki ketertarikan pada konsep persepsi mental Locke untuk menolak realitas. Menurut pandangan Berkeley, jika semua pengetahuan diperoleh dari indra, realitas hanya eksis sejauh yang diterima oleh pikiran. Dia menyatakan bahwa pengindraan dan persepsi merupakan satu-satunya realitas yang dapat kita pastikan. Pandangan Berkeley mencerminkan sebuah kemajuan dari pandangan Descartes yang memperkuat posisi empirisis dalam hal menentang pengapusan konsep pikiran

sebagaimana dilakukan para sensasionalis. Berkeley dipandang sebagai salah satu dari tiga empiris Inggris (Locke, Berkeley dan Hume) sebagai lawan dari Continental Rationalist (Descrates,Spinoza, dan Leibniz) . Hubungan progresif antara Descrates, Locke, dan Berkeley : Berkeley melihat masalah tidak dalam pengertian bagaimana pikran dihubungkan dalam materi (Descrates), juga tidak dalam pengertian bagaimana materi menciptakan pikiran (Locke), namun bagaimana pikiran menciptakan materi.

5. David Hume (1711-1776) Meskipun setuju dengan kesimpulan Berkeley bahwa materi, bebas dari persepsi, tidak dapat didemonstrasikan, ia menerapkan strategi yang sama terhadap pikiran dan menolak eksistensinya. Ia menerima premis empiris dasar bahwa semua ide pada akhirnya berasal dari penginderaan, dan mengakui perbedaan antara kualitas primer dan skunder yang dikemukakan Locke. Ia mendefinisikan pikiran semata-mata dalam pengertian sensasi, persepsi, ide, emosi, atau hasrat seseorang di titik tertentu.penjelasan skeptis Hume mengadopsi pandangan yang sangat pasif tentang proses asosiasi,jauh dari konsep refleksi Locke. Kebebasan pribadi adalah ilusi bagi Hume, karena hal itu ditentukan masuknya berbagai peristiwa indrawi yang bersifat sementara. Bagi Hume antagonisme dan ketegangan antara berbagai emosi lah yang menyebabkan pengendalian emosi tersebut, bukan keyakinan bahwa nalar, yang harus mengendalikan emosi. Ia meyakini bahwa nalar adalah budak emosi. Hume mengajarkan pandangan psikologi empiris yang paling pasif, ia memandang aktivitas manusia sebagai sesuatu yang reaktif dan hanya memiliki sedikit inisiatif atas berbagai peristiwa lingkungan yang menimpa organisme.

6. James Mill (1773-1836) Pandangan utilitarian Bentham berdampak besar bagi konsep psikologi Mills. Bentham mendifinisikan kebahagiaan sebagai pencari kenikmatan dan penghindaran dari rasa sakit oleh individu. Ia lebih berpendapat bahwa manfaat suatu tindakan indiidu menetukan moralitas dan kesesuaiannya dengan hukum. Mills mengambil posisi asosiasionis extreme dan berpendapat bahwa ide merupakan residu pengindraan ketika objek yang menstimulasi fisik di lingkungan

dihilangkan. Sistemnya lebih memandang pikiran sebagai sesuatu yang bereaksi terhadap pengindraan. Latar belakang Mills adalah humanistik. Pandangannya tentang proses mental sebagai sesuatu yang aditif menuntunya untuk mereduksi psikologi menjadi absurditas. Namun, Mill memandang kegunaan asosiasi sebagai alat untuk menjelaskan determinasi lingkungan.

Daftar Pustaka

Anshari, Hafi. 1996. Kamus Psichologi. Surabaya: Usaha Nasional. Brennan, James F. 2004. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. http://alhakelantan.tripod.com/tokoh/id3.html diakses pada tanggal 29 Oktober 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/David_hume diakses pada tanggal 29 Oktober 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/John_locke diakses pada tanggal 29 Oktober 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/James_Mill diakses pada tanggal 29 Oktober 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/Rene_descrates diakses pada tanggal 29 Oktober 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/George_berkeley diakses pada tanggal 29 Oktober 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/August_comte diakses pada tanggal 29 Oktober 2011

SEJARAH TOKOH PSIKOLOGI EROPA

EKA DEWI. R (020) INTAN NURMAWADDAH (074) RATNA ROIHAANAH. A (106) HIKMAH MARDINI (196) RESTY NESFIAWATI (279) HERDYANI. K (350) DINDA DEWI. M (351)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS PSIKOLOGI 2011

Anda mungkin juga menyukai