Anda di halaman 1dari 3

Telusuri makna melalui mahakarya ebiet g ade.

Sore itu, 21 judul lagu om Ebiet G Ade terdengar merdu melalui winamp hardware-ku. Playlist yang sengaja kuputar untuk menemaniku mengerjakan tugas kuliah,teristimewa, aku sedang ingin menyusuri kenangan bersama papa. Ya..sejak kecil,telingaku tak asing mendengar lantunan mahakarya Ebiet G Ade. Papa yang dulu seorang penulis lepas, tak pernah ketinggalan memutar lagu-lagu ini melalui tape recorder/radio butut yg kami punya saat itu, bersama suguhan kopi hitam buatan mama dan mesin tik yang bunyinya terlalu akrab ditelinga kami. Tak hanya diputar untuk menemani beliau menulis, tetapi dikala senggang seperti akhir pekan, papa hampir tak pernah lupa memutar lagu ebiet g ade (selain lagu batak). Jadi, ibarat orang Indonesia biasa makan nasi. Begitupun telingaku ketika mendengar syair-syair indah Ebiet terlantunkan. Bagi sebagian besar remaja, kini sungguh enggan menggemari lagu kuno macam ini, akan lebih berasa gaul jika memutar playlist yang ada di peringkat jawara acara sejenis dahsyat, derings, inbox, dan kawan2nya itu. Mungkin aku memang terlalu kolot. tapi bentukan keluarga seperti mengkristal, telah membudaya di diriku sendiri. Salah satu contoh, sewaktu kecil jika aku tertangkap basah menonton sinetron, malunya bukan kepalang (karena mamapapa ku biasa menyindir itu kan tontonan tante-tante) maka hingga sebesar ini pun aku tak tertarik dengan sinetron,bahkan televisi pun jarang sekali kulirik. Begitupun hal nya dengan selera musik. waktu kecil aku pernah dengar papa berkata lagu ebiet ini penuh filosofi dulu aku tak mengerti apa itu fisolofi, bentuknya seperti apa, apakah manisnya seperti permen kesukaanku. Aku tak tau. Kini setelah beranjak besar, aku mulai mengerti maksud kata papa, filosofi itu rasanya memang manis seperti permen sehingga membuat syair racikan om ebiet mengalir syahdu menyentil nurani sekaligus menentramkan jiwa. Sense of

art-nya terasa sekali. liriknya penuh makna, musiknya tenang dan harmonis. Racikan lirik dan musik yang diramu secara cerdas!. Jenis musisi yang kini sangat langka ditengah-tengah tuntutan trend. Lagulagunya cerdas. Tidak cengeng,tidak kacangan,tidak miskin makna,bukan AMDR (asal masuk dapur rekaman),yang pasti tidak akan pernah bergeser dari seleraku.hehe. Kasihan adik-adikku yang masih kecil, telinga mereka mungkin akan terpaksa terbiasa dengan syair asal jadi yang tak henti-henti disuguhkan televise dan lingkungan sekitar. Coba tengok, musisi-musisi lokal saat ini. adakah yang mampu secara substansif menghasilkan karya cerdas?. Kurasa tak perlu kujawab. Dengar saja, dulu liriknya hanya sekedar tak bermuatan makna, lalu liriknya hanya menjual apa yg disebut cinta, kemudian liriknya mulai kacangan. Saat ini ada yang paling ironis, liriknya menjijikan. Diucapkan sebagai kalimat saja sudah tak pantas. Ini bahkan menjadi lagu, dan yang paling menyedihkan, tidak sedikit orang yang menyukainya. Ckckck.. Nah, belakangan, karya om ebiet g ade ini memang cukup sering menyambangi layar televisi, berkaitan dengan liputan bencana alam yang beberapa kali menghantam tanah air kita. Judul untuk kita renungkan selalu menjadi langganan backsound tayangan berita bencana alam. Syairnya begitu mewakili kondisi yang ada, pesannya sampai bukan hanya ditelinga pendengar tetapi juga batin pendengarnya. Anugerah dan bencana adalah kehendakNya, kita mesti tabah menjalani Hanya cambuk kecil, agar kita sadar.. adalah dia diatas segalanya Anak menjerit-jerit.. asap panas membakar.. lahar dan badai menyapu bersih.. Ini bukan hukuman.. hanya 1 isyarat.. bahwa kita mesti banyak berbenah

Nyanyian yang menggugah nurani. Dengan iramanya membawa kita pada kesadaran; betapa besarnya Dia, betapa berdosanya kita, dan betapa memprihatinkannya saudara/i kita yang tertimpa bencana disana. Karya Ebiet G Ade tak tergantikan,menjadi karya sepanjang jaman selama tidak ada lagi anak bangsa yang mampu menyajikan seni yang sarat filosofi. Harus diakui, kita miskin musisi yang sejatinya seniman. Mereka yang kini mengaku musisi, hanya menjual suara, RBT, kepingan CD dan pastinya menjual sensasi. Pantas saja kini sebutannya industri musik. Bukan seni musik, tidak ada lagi essensi seni, kosong makna, semuanya dijual. *** Terima kasih Pa, sudah memperkenalkanku pada karya indah sedari kecil. Entahlah apa yang akan kuperkenalkan pada anakku nanti. ;)

Anda mungkin juga menyukai