Anda di halaman 1dari 14

Presented by : A.

B Fandy Aksari Agus Subiantoro Beben Tulas rahmansyah Faradina Rosa Listuti Oscar Ari Wiryansyah Thresia Rumondang Shinta Febrianti Wulandari

1.

Definisi

Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, alergi, viral, dan sika (Arief Mansoer, Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 3, jilid 1 tahun 2001). Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtiva mata nampak merah. (Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Vol III, EGC, Jakarta).

2. Klasifikasi

Konjungtivitis Bakteri Konjungtivitis Bakteri Hiperakut Konjungtivitis Viral Konjungtivitis Alergi Konjungtivitis Blenore

3. Manifestasi Klinik a. Konjungtivitis Bakteri Gejala : dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal atau mukus dan berkembnag menjadi purulen yang menyebabkan kelopak mata menyatu ddalam posisi tertutup terutama saat bangun tidur di pagi hari. Eksudasi berlimpah, dan ditmukan kerusakan kecil pada epitel kornea.

b. Konjungtivitis bakteri hiperakut sering disertai urethritid, mata merah, iritasi dan nyeri palpasi. Biasanya terdapat kemosis, kelopak mata bangkak, dan adenopati preaurikuler yang nyeri. c. Konjungtivitis viral pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan sensasi adanya benda asing pada mata. Epiforia merupakan gejala terbanyak. Konjungtiva dapat menjadi kemerahan dan bisa teerjadi nyeri periorbital. Konjungtivitis dapat disertai adenopati, demam, faringitis, dan infeksi saluran napas atas.

d. Konjungtivitis alergi mata gatal, panas, mata berair, mata merah, kelopak mata bengkak. e. Konjungtivitis blenore tanda-tanda : ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO, merupakan penyebab utama neonatorum, memberikan sekret purulen pada sekret yang kental, perdarahan subkonjungtiva.

4. Etiologi Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya : 1. Bisa bersifat inseksius (bakteri, clamida, virus, jamur, parasit). 2. Bisa bersifat imunologis (alergi). 3. Bisa bersifat iritatif (bahan kimia, suhu, listrik, radiasi ex. Sinar UV). 4. Berhubungan dg penyakit sistemik.

5. Patofisiologi Mikroorganisme ( virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tdk dpt menutup dan membuka sempurna, krn mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi yg menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah krn adanya peradangan ditandai dg konjungtiva dan sclera yg merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent. Akibat jangka panjang dr konjungtivitis yg dpt bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi jg terganggu menyebabkan hipersekresi. Pd konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apbila pengeluaran cairan berlebihan akn meningkatkan tekanan intraokuler yg lama kelamaan menyebabkan saluran mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yg terganggu akn menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yg dpt mnyebabkan kenutaan.

6. Tindakan Keperawatan Konjungtivitis bakteri biasanya diobati dg tetes mata atau krim antibiotik, tetapi sering sembuh sendiri dlm waktu sekitas 2mggu tnpa pengobatan. Krn sangat menular, maka diperlukan teknik mencuci tangan yg baik dan pemisahan handuk bagi orang yg terjangkit. Jangan bertukar bantal atau seprei. Kompres hangat pada mata dpt mengangkat rabas. Konjungtivitis akbt virus biasanya diobati dg kompres hangat. Utk mencegah penularan diperlukan teknik mencuci tangan yg benar. Konjungtivitis alergi diobati dg menghindari allergen apbila mungkin dan pemberian tetes mata yg mengandung anti histamin atau steroid utk mengurangi gatal dan peradangan. (Mansoer, Arif 2001).

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Identitas Klien Keluhan Utama Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Penyakit Dahulu Aktivitas / Istirahat Neurosensori Nyeri / Kenyamanan

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Dx 1 : Perubahan kenyamanan (nyeri) b.d pembengkakan pada konjungtiva. Tujuan : nyeri berkurang dan klien tdk merasa sakit. KH : nyeri terkontrol. Intervensi: Kaji tingkat nyeri yg dialami klien R/ utk menentukan intervensi selanjutnya. Ajarkan klien metode distraksi selama nyeri, seperti napas dalam dan teratur. R/ mengurangi rasa nyeri. Ciptakan lingkungan tidur yg nyaman, aman, dan tenang. R/ merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman klien dg mengurangi stressor yg berupa kebisingan. Kolaborasi dg tim medis dlm pemberian analgesik. R/ mengurangi nyeri dg memblokir saraf penghantar nyeri.

Dx 2 : Gangguan persepsi sensori b.d penglihatan yg terganggu. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan persepsi sensori berkurang atau hilang. KH : klien dpt melihat dg baik, klien tdk mengalami kesulitan saat melihat atau saat berinteraksi dg org lain. Intervensi : Kaji ketajaman penglihatan klien. R/ utk mengetahui sejauh mana gangguan penglihatan yg dialami klien. Anjurkan keluarga untuk ikut memonitor keadaan klien. R/ utk mengawasi pengobatan & memotivasi klien. Anjurkan kpd klien dan keluarga utk mematuhi program terapi yg dilaksanakan. R/ utk mempercepat proses penyembuhan.

Dx 3 : Kurang pengetahun b.d informasi yang kurang didapat. Tujuan : klien tidak dalam keadaan cemas atau gelisah. KH : Klien menyatakan pemahamannya ttg penyakit yg diderita dan dalam keadaan tenang. Intervensi : Kaji tingkat ansietas klien R/ bermanfaat dlm penentuan intervensi selanjutnya. Beri penjelasan ttg penyakit klien dan prosedur pengobatan. R/ meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien. Beri motivasi dan dukungan moril.

Anda mungkin juga menyukai