Anda di halaman 1dari 4

RESENSI BUKU 10 JURUS TERLARANG

Judul : 10 Jurus Terlarang (Kok Masih Mau Bisnis Cara Biasa?) Pengarang : Ippho Santosa Penerbit : Elex Media Komputindo Tahun : 2007 Tebal : xii + 145

SINOPSIS Dalam buku ini menjelaskan berbagai cara dan strategi dalam berbisnis. Salah satunya yaitu mengajak para pebisnis berani mengeksplorasi jalan-jalan bisnis alternatif yang tidak monoton alias biasa-biasa saja. 1. Jurus pertama: Memulai dengan yang kanan. Apa relevansi kalimat ini dengan intuisi dan cashflow quadrant? Penulis mengajak pembaca mengoptimalkan peran otak kanan. Otak kanan merupakan otak emosional. Ini terkait dengan kecerdasan emosional (EQ) dan dekat dengan daya intuitif, kreatif, dan ekstensif. Sementara, otak kiri merupakan otak rasional yang memuat daya analisis, kalkulasi, dan perincian. 2. Jurus kedua: Rancanglah DNA sedini mungkin Mengapa seorang pelaku bisnis harus berkhayal dan menangis? Keberanian memiliki impian dan memujudkannya dengan tindakan. Penulis memaparkan beberapa teladan bisnis-bisnis maupun penemuan besar yang lahir dari sebuah impian. Ia membuat rumusan DNA, dream and action. 3. Jurus ketiga: Terjun seperti rollercoaster. Bagaimana menyiasati kegagalan bisnis dengan Secret of Seven? Penulis mengajak orang menyiasati kegagalan. Pebisnis tidak akan maju jika tidak berani gagal. Kegagalan itu bumbu dalam bisnis. Sering kali orang menemukan kelemahan dalam bisnisnya dan ia cenderung memilih meratapi ketimbang bangkit. 4. Jurus keempat: Berdamai dengan badai. Bagaimana menyiasati penyakit, kelemahan, dan kejanggalan? Tidak menjadikan kelemahan diri sebagai penghalang dalam kesuksesan dan menjadikan kelemahan sebagai kekuatan untuk tetap maju.

5. Jurus kelima: Duduk sama rendah. Bagaimana memanfaatkan lima keajaiban paralel dakam bisnis? Semangat kebersamaan dan kerjasama tim jadi penting dalam bisnis. Penulis menyebutnya dengan team in love. Cinta (love) di sini diurai berdasarkan opini Sigmund Freud yang membagi cinta dalam 4 unsur, yakni hormat (respect), perhatian (care), tanggung jawab (responsibility), dan pengetahuan (knowledge). Empat unsur ini penting dimiliki oleh seorang pebisnis. 6. Jurus keenam: Gantilah gelar dan jabatan. Mungkinkah Personal branding dengan gelar dan jabatan instan? Personal branding sangat penting dalam membuka relasi bisnis. Caranya bisa sangat nyentrik. Penulis memberi tips cara gila membuat gelar. Termasuk cara gila memanfaatkan dan menebar kartu nama untuk membangun jejaring bisnis. Tom Peters berpendapat kartu nama itu tak ubahnya seperti kemasan. Sedikit banyak dapat menentukan apakah produk layak dipercaya atau tidak. Satu lagi, penulis mengajak bagaimana secara gila menyapa pelanggan agar bisa terbuai pada tujuan bisnis kita. 7. Jurus ketujuh: Masuk surga paling dulu. Bagaimana cara mengubah business doer menjadi business owner? Dengan judul lucu ini, penulis mau mengajak orang bermental pengusaha maupun pemimpin. Seorang pengusaha akan membuka peluang kerja. Seorang pemimpin yang bijak akan menciptakan pemimpin di bawahnya. Dengan begitu, pondasi bisnis akan semakin kokoh. penulis juga menawarkan satu cara gila bagaimana pembeli bisa mengejar-ngejar penjual. Sebuah cara gila yang membuat rejeki datang menghampiri kita dan bukan kita yang susah payah mencari rejeki. 8. Jurus kedelapan: Membiarkan kudeta terjadi. Apa kerugian dari pendaftaran merek dan apa manfaat dari kudeta konsumen? Dalam jurus ini, penulis memberi cara gila membuat merek punya nilai komersial. Bahkan, pada taraf tertentu, membiarkan konsumen sendirilah yang membajak merek tersebut. Menyitir gagasan kontroversial Alex Wipperfurth dalam Brand Hijack: Marketing without Marketing. Baginya, merek adalah kanvas kosong. Konsumen dibiarkan mewarnainya. Bahkan, membajak merek tersebut (brand hijack). Aplikasinya, bagaiman para pelanggan loyal membentuk sebuah komunitas merek dan mereka merekrut semakin banyak anggota lagi. 9. Jurus kesembilan: Mewaspadai zaman Edan. Apa ciri-ciri zaman edan dan apa kaitanya dengan positivity? Penulis menekankan pentingnya pandangan positif pada zaman yang berubah dengan cepat. Ia menangkap ada 5 tren bisnis kontemporer, yakni pursuit spirituality, social marketing, people power, pursuit of simplicity, dan positivity insurection. Pada saat ini, pebisnis pun mulai menggali inspirasi bisnis dari sumber-sumber spiritual. Pebisnis

juga mulai memperhatikan isu-isu ekologi dan sosial kemasyarakatan dalam kebijakan bisnisnya. Konsumen punya daya pengaruh kuat. Konsumen menginginkan produkproduk yang mengusung kepraktisan. Para pebisnis mulai berfokus pada apa yang bisa dikendalikan di tengah dunia serba krisis ini. 10. Jurus kesepuluh: Mati dengan tenang. Apa relevansi E=MC2 dengan keseimbangan hati dan hati-hati? Bisnis tidak hanya perkara mengeruk keuntungan. Penulis mengajak pebisnis untuk membuka diri pada kepedulian sosial dengan passion dan compassion. Intinya, bagaimana para pebisnis juga memerhatikan etika dalam bisnis. Berbisnis dengan hati (conscience) sekaligus berbisnis dengan hati-hati (cautiousness). KELEMAHAN Penggunaan bahasa asing dalam buku ini membuat pembaca kurang nyaman dalam membaca. Apalagi tidak terdapat glosarium yang biasanya diletakkan di bagian belakang buku. Hal ini menambah ketidakpraktisan memahami istilah-istilah asing. Selain itu, imajinasi pembaca bisa terhambat jika mereka tak memahami istilah-istilah tersebut.

KELEBIHAN Kelebihan dalam buku ini adalah mampu menyajikan ide-ide kreatif dan bahkan kontroversial dalam satu lanskap yang memudahkan pembaca mampu membaca ide-ide itu dalam satu rangkaian utuh. Apalagi penulis mampu memberi contoh kasus yang kontekstual dengan persoalan lokal. Gaya penuturan yang amat personal membuat pembaca seperti berbincang-bincang dengan penulis sendiri. Bagi pebisnis, buku ini seperti sebuah camilan bergizi yang layak dikonsumsi. Renyah dan menyehatkan. KESIMPULAN Buku ini menjadi semacam reminder bagi mereka yang mau dan sedang menjalani bisnis. Banyak orang berbisnis dengan berbekal ragam teori. Tapi, tanpa kreativitas dari pebisnis, bisnisnya tidak bakal berkembang. Apalagi dunia kontemporer menyuguhkan kejutan-kejutan baru dan ketidakpastian. Oleh karenanya, diperlukan inovasi, kreativitas, dan terobosan-terobosan baru dalam memutar roda bisnis bila tidak ingin bisnisnya berakhir dengan kehancuran atau pailit. SARAN Sebaiknya ditambahkan glosarium yang biasanya diletakkan di bagian belakang buku. Hal ini mempermudah memahami istilah-istilah asing.

Anda mungkin juga menyukai