Rekan bisa mencopy, mengeprint dan menyebarkan. Insya Allah menjadi amal
jariyah. Agar hemat format print bisa dijadikan dalam beberapa kolom layaknya
Koran.
Wahai manusia…
Sesungguhnya darah dan harta kalian terpelihara/haram atas diri kalian
hingga kalian menjumpai Tuhan kalian, sebagaimana haramnya hari ini dan bulan
ini.
Sesungguhnya kalian pasti akan menjumpai Tuhan kalian dan kalian akan
ditanya tentang amal-amal kalian…
Semua persoalan yang terjadi pada zaman Jahiliah yang selama itu masih di
bawah telapak kakiku, mulai hari ini diha[uskan…
Wahai manusia…
Sesungguhnya Tuhan kalian itu satu. Sesungguhnya kalian berasal dari satu
bapak. Kalian semau dari Adam dan Adam dari tanah. Sesungguhnya yang paling
mulia di sisi Tuhan adalah yang paling bertakwa…. (HR al-Bukhari dari Abdullah bin
Umar dan sebuah kisah yang dituturkan oleh Ibnu Hisyam dalam As-Sirah an-
Nabawiyyah).
Dari khubtah Nabi SAW di atas, ada beberapa pelajaran penting bagi umat
Islam :
Pertama, umat Islam adalah umat yang mulia, yang tegak dan terikat oleh
iman. Inilah ikatan ideologi yang paling kokoh dan menjadikan umat Islam istimewa
dan berbeda dengan umat lain. Yang membedakan umat Islam dengan umat
lainnya adalah ketaqwaan mereka sebagai pembuktian atas keimanan mereka
kepada Allha SWT.
Aneh memang, umat Islam saat ini masih bisa bersatu dalam satu ibadah
mahdah, yakni ibadah haji. Mereka mengarah ke kiblat yang satu dan berada di
tempat ibadah yang sama. Namun, mereka begitu saja abai terhadap kewajiban
mereka untuk berada dalam kepemimpinan yang satu juga.
Saat ini dunia, termasuk Dunai Islam, seadang dilanda krisis keuangan global
yang cukup parah. Pangkal utamanya tidak lain adalah ekonomi ribawi yang
menjadi pilar sistem ekonomo kapitalis saat ini, yang syangnya justru diterapkan
pula di negeri-negeri Muslim. Padahal bukankah sistem ribawi, sebagaimana yang
pernah Rasulullah SAW. Khutbahkan saat Haji Wada’ sudah Beliau campakkan sejak
empat belas abad yang lalu. Lalu mengapa umat Islam mengadopsinya kembali dan
seperti belum mau melepaskannya? Padahal sistem ekonomiberbasis riba inilah
yang selama ini telah berkali-kali menggelincirkan umat ke dalam jurang
penderitaan dan kemiskinan. Sungguh bertolak belakang ibadah haji saat ini
dengan ibadah haji pada masa Rasulullah SAW. Dulu Rasulullah SAW.dan kaum
Muslim menunaikan ibadah haji dalam naungan sistem Islam, dalam Daulah Islam,
dan dalam satu kepemimpinan Islam. Saat itu sistem Jahaliah terkubur secara
keseluruhan. Sebaliknya, selama puluhan tahun sejak runtuhnya kekhilafan Islam
hingga saat ini, kaum Muslim menunaikan ibadah haji dalam kubangan sistem
Jahiliah modern, yakni sistem secular dan berada di bawah kepemimpinan yang
terkotak-kotak, dengan nasionalisme dan negara-bangsa (nation-state)-nya masing-
masing.
Hari ini ideologi Islam tidak tegak di tengah-tengah umat Islam sebagaimana
pada masa Rasulullah SAW. Sistem Jahiliah yang berada di telapak kaki Rasulullah
SAW.dan sudah dihapus oleh Beliau sejak pertama kali Beliau membangun Daulah
Islam di Madinah justru sekarang hadir kembali, bahkan selalu mencekram umat
Islam.
Inilah esensi ibadah haji dan ibadah kurban pada bulan Dzulhijah ini. kita
diajari nilai ketundukan dan kepatuhan total sebagai wujud keimanan dan kecintaan
kita kepada Allah SWT. Kita pun diajari keharusan untuk mengorbankan segala yang
ada pada diri kita, yang sesungguhnya bukan milik kita, tetapi milik sang Pemilik
sejati, Allah SWT. Tentu apa yang kita korbankan layak mendapatkan balasan dari
Allah SWT:
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin jiwa dan harta
mereka dengan surg untuk mereka (QS at-Taubah [9]: 111}
Sesungguhnya umat ini akan hidup mulia dan meraih kemulian hanya dengan
Islam. Menegakkan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan
negara adalah kewajiban hamba yang beriman. Ini suatu keniscayaan dan tentu
membtuhkan pengorbanan. Meruntuhkan dan mengubur sistem selain Islam adalah
tantangan sekaligus kewajiban kita. Saatnya umat Islam hidup merdeka:
menghamba hanya kepada Tuhan yang mencipta hamba, bukan kepada sesame
hamba. Saatnya umat meninggalkan derita di bawah ‘ideologi setan’ ( Kapitalisme
dan Sosialisme). Saatnya umat menegakkan kembali kepemimpinan Islam di bawah
naungan Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah.