Anda di halaman 1dari 2

STANDAR RASA LELAH DAN CAPAI TERASA MENGGERUS SEMUA PEREDARAN DARAHKU.

Aku terjengkang pada pernak pernik aktivitas yang bergelombang bagai tsunami nan tak tertahankan. Aku merasakan aliran darah semakin keras dan terus menyeruak elan batinku. Aku pun teringat kembali pada masa dimana kegalauan dan kegelisahan mendera diriku ketika menunggu kelahiran anakku. Pada saat itu ada suatu keyakinan yang terpaksa dan kupaksakan untuk tertanam dalam keyakinanku bahwa semua akan lancar dan berjalan secara alami, apa adanya. Kembara pikiranku pun melesat mencoba untuk meneliti dan menggali ruang-ruang dan relungrelung saat aku dulu dilahirkan. Aku sampai pada suatu titik dimana seolah-olah diriku masih dalam kandungan ibuku. Pada saat itu aku pasti selalu dielus dan disayang. Pada saat itu aku pasti sangat tergantung pada daya hidup ibuku dan pada saat itu aku masih sangat lemah dan tak berdaya, sebagaimana anakku yang masih dalam kandungan isteriku. Kini, anakku telah mendekati usia tujuh tahun. Aku merasakan berbagai kegalauan dan kerisauan menatap masa depannya nanti. Kembali kuteringat pada masa kecilku. Saat itu aku diharuskan memakai baju, aku diharuskan minum susu, memakan makanan yang bergizi mengandung protein dan juga lemak agar aku mampu mewarnai dunia. Saat kecil ku juga terbayang dalam siluet kembara akal dan batinku. Aku berusaha bangun di pagi hari dan meminta ayahku untuk mengantarku ke masjid untuk sholat subuh. Ketika dhuhur, asyar, magrib dan isya, aku berusaha untuk menghadirinya dengan penuh antusias dan kesenangan. Ketika pagi hari harus berangkat sekolah, aku merasakan ketegangan. Ketegangan yang selalu mendera elan batin dan rasa kecilku. Ketegangan karena aku harus mengenakan seragam sekolah, mengenakan sepatu hitam, kaos kaki hitam atau bahkan topi ketika upacara hari senin. Ya....aku melayang pada saat-saat dimana aku harus menjemur di atas kompor sepatu dan kaos kaki hitamku untuk dipakai esok paginya karena basah terguyur hujan di hari itu. Sungguh suatu pengalaman yang sangat tidak menyenangkan karena aku hanya memiliki satu sepatu dan satu kaos kaki hitam. Saat itu aku membenci penyeragaman yang menurutku tidak sesuai dengan kondisi yang aku alami dan tidak mampu secara fleksibel memaklumi situasi yang terjadi. Perjalanan sekolahku pun juga berlalu dengan semua standar dan aturan yang harus aku ikuti. Demikian pula dengan kehidupan keseharianku juga diterapkan beberapa standar yang juga harus aku ikuti. Aku pun melayang pada kesendirian di masjid, disana aku menemukan ketenangan dan kesenangan. Dalam masjid aku tidak perlu mengenakan seragam macam-macam, dalam masjid aku cukup mengenakan sarung dan pakaian yang pantas. Di dalam masjid aku dapat merebahkan diri di lantai atau di tikar sesukaku. Sungguh suatu kesenangan tanpa segala atribut dan simbol-simbol kebesaran dan keteraturan hidup berupa standar. Pada waktu kuliah, aku mengalami keterkejutan mental yang mendalam. bagaimana tidak, aku harus membaca dua buku yang berjudul standar akuntansi keuangan. Bagaimana mungkin aku menguasai semua ini. Dan pertanyaan terdalamnya adalah apakah semua standar ini pasti diterapkan dalam praktek akuntansi di segala kehidupan masyarakat bisnis.

Pertanyaan-pertanyaanku tentang standardisasi akuntansi baru terbukti di kemudian hari ketika aku telah terjun ke dunia nyata yaitu dunia kerja. Banyak kutemui perusahaan-perusahaan kecil dan terutama perusahaan keluarga tidak seluruhnya menerapkan standar akuntansi keuangan. mereka bahkan tidak pernah mengetahui apa itu standar akuntansi keuangan. mereka menjalankan bisnis dan usahanya semata-mata sebagai mata pencaharian keluarga dan karena itu harus dikelola dengan penuh tanggung jawab agar keluarga tidak terpuruk ke dalam kondisi tanpa penghasilan sebagai nafkah hidupnya. Mereka tidak pernah memusingkan penyajian dan pemenuhan unsurunsur laporan keuangan, terpenting bagi mereka adalah berjalannya bisnis keluarga secara lancar dan terus berjalan tanpa hambatan. Lalu, apa kegunaan standar akuntansi keuangan pada kondisi semacam ini?

Anda mungkin juga menyukai