Anda di halaman 1dari 6

LANGKAH PROGRESIF DI AWAL TAHUN BARU HIJRIYAH

Oleh: Sururi Disampaikan dalam Pengajian Rutin Kamis Akhir Bulan Kankemenag Kab. Jepara Alhamdulillah, kita masih diberikan kembali oleh Allah masuk ke tahun baru Hijriyah 1433 H. Banyak cara setiap manusia untuk mengapresiasikan diri dalam menghadapi gemerlap tahun baru. Bukan saja di Indonesia, bahkan diseluruh penjuru dunia pun memiliki cara yang beragam dalam menghadapi tahun baru. Tidak sedikit orang yang membuat planning hidup kedepan yang lebih baik, tidak sedikit pula yang menganggap waktu akan tetap berlalu dan tidak perlu kiat khusus untuk menyusun strategi dan perencanaan hidup kedepannya. Apapun itu, yang terpenting adalah usaha dan keinginan yang kuat diiringi dengan keseriusan untuk menjadikan hidup lebih bernilai di masa mendatang. Akan menjadi sebuah penyesalan yang dalam jika nuansa kepedulian terhadap nilai nilai keislaman tidak berbekas secara utuh bagi sebagian besar umat Islam. Hingga nilai dan pesan hari hari besar Islam khususnya tahun baru Hijriyah kali ini jarang disambut secara utuh dan tepat. Bisa dicontohkan dengan perayaan tahun baru masehi yang hampir setiap orang diseluruh penjuru dunia ini turut serta merayakan dengan gemerlapnya seremoni penyambutan tahun baru tersebut. Tidak jarang pula momen tahun baru tersebut dijadikan sebagai bagian introspeksi diri, evaluasi hidup dan merencanakan segenap agenda hidup di masa mendatang. Padahal jika hal tersebut dilakukan pada momen islami seperti perayaan tahun baru Islam, tentunya akan lebih menyemarakkan dan memasyarakatkan nilai nilai Islam di tengah-tengah umat manusia. Tahun Baru Hijriyah; Menuju Introspeksi Hakiki. Dalam Islam tidak pernah diajarkan untuk memilih milih tempat dan waktu dalam melakukan sebuah kebaikan. Begitu juga ketika momen tahun baru hijriah 1433 kali ini, harus dijadikan sebagai alat untuk introspeksi dan evaluasi diri, sebelum melanjutkan fase hidup dengan beragam planning hidup kedepannya. Setiap manusia yang mampu menggunakan dan memanfaatkan waktunya untuk berintrospeksi diri menuju kebaikan, maka dia sesungguhnya termasuk orang yang beruntung.

Sebuah cerita yang dikutip dari buku yang bertajuk "Hadiah Terindah" yang ditulis oleh Dessy Danarti bahwa ada seorang anak yang suka mencaricari kesalahan orang lain, akan selalu cepat menemukan kesalahan orang lain sekecil apapun itu... pada suatu hari, si anak berjalan jalan di pinggir hutan, ia melihat ada sekelompok lebah yang mengerumuni sarangnya dengan penuh madu, wah.., madu itu pasti sangat manis gumam anak tersebut.., tanpa berfikir panjang si anak langsung mengambil sebuah galah dan menyodok sarang tersebut. Spontan lebah itu berserakan dan mengejar si anak yang mengganggu lebah lebah tersebut. Si anak berlari dengan sekencangkencangnya, sementara ayahnya hanya diam melihatnya di kejar lebah-lebah tersebut. Hingga akhirnya si anak lompat ke sebuah sungai. Lebah lebah tersebut pun pergi karena tidak lagi melihat si anak tadi yang sedang menyelam dalam air. Setelah merasa aman, si anak naik ke daratan dan langsung meyalahkan ayahnya "ayah.., kenapa ayah diam saja tidak berusaha menolong aku.. " ayahnya diam sejenak, lalu mengambil secarik kertas putih, lalu si ayah bertanya kepada anaknya. Apa yang kau lihat nak.., secarik kertas putih.. jawabnya. Lalu si ayah membuat sebuah titik berwarna hitam di kertas putih itu. Dan si ayah bertanya kembali, apa yang kau lihat anakku.., lalu si anak menjawab ada titik hitam di kertas putih itu. Si ayah pun berkata "anakku, mengapa kau hanya melihat satu titik hitam, pada kertas putih ini - padahal sebagian besar kertas ini berwarna putih. Betapa mudahnya kamu melihat kesalahan ayah. Padahal masih banyak hal baik yang telah ayah lakukan untukmu. Cerita tersebut tentunya memberi gambaran tentang kecenderungan manusia yang sering menyoroti hal hal yang tidak biasa. Termasuk sering menyalahkan orang lain, berburuk sangka terhadap orang lain dan semacamnya. Padahal jauh dari itu semua, banyak hal hal baik yang tentunya sudah kita rasakan, dapatkan dari orang yang sering kita anggap buruk tersebut. Jika ingin menggunakan momen tahun baru hijriah ini sebagai alat introspeksi diri, maka ada baiknya untuk introspeksi diri dari kepekaan diri terhadap kesalahan orang lain. Keterbiasaan diri merasa benar dalam setiap tingkah laku dan kebijakan-kebijakan yang dibuat yang terkadang sering membuat orang lain kecewa, sakit hati dan tidak nyaman untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan kita.

Introspeksi diri dari hal yang sia sia, Introspeksi diri dari kebutaan dan kelalaian diri. Hal ini berkaitan erat dengan apa yang disampaikan Allah dalam surat Al Ashr "demi masa, sesungguhnya semua manusia dalam keadaan yang rugi, kecuali orang orang yang beriman dan beramal shaleh, saling mengingatkan dalam hal kebenaran dan saling mengingati dalam hal kesabaran " dua hal yang menjadi pesan ayat ini. Pertama tentang mengingat masa yang semakin hari semakin menyempit. Yang kedua, saling peduli terhadap sesama manusia dengan saling ingat mengingatkan dalam hal kebenaran dan kesabaran sebagai buah dari perjuangan dan pemaknaan waktu yang kita miliki tersebut.

Tahun Baru Hijriyah; Refresh Life Motivation. Hal lain yang juga bisa dimanfaatkan dalam momen tahun baru kali ini adalah me-refresh, menyegarkan kembali motivasi hidup dan planning menuju masa depan yang lebih bertujuan. Senada dengan ungkapan bijak "beramallah kamu untuk dunia mu seolah olah kamu hidup selamanya, beramallah kamu untuk akhirat mu seolah olah kamu akan mati esok". Hal ini juga berkaitan apa yang dijelaskan dalam Al Quran "tidak aku ubah suatu kaum selama mereka tidak merubah dirinya sendiri.". Ayat dan ungkapan bijak tersebut tentunya menjadi sinyal kuat akan pentingnya sebuah kepedulian terhadap diri dan motivasi serta planningnya untuk masa yang akan datang. Setelah mengkilas balik, mengintrospeksi dan mengevaluasi diri, maka langkah selanjutnya adalah beranjak dari kesalahan, kelalaian masa lalu untuk menutupinya dengan rencana besar di masa mendatang. Tentunya tetap dalam kaidah ajaran keislaman. Tetap dengan motivasi ibadah dan tetap meyakini akan kebesaran Allah diatas segala usaha yang dilakukan. Setiap tanggal 1 Muharram ummat Islam senantiasa memperingati Tahun Baru Islam, yang merujuk pada suatu sistem penanggalan yang disebut penanggalan hijriyah, yang berdasar pada peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW. dari Makkah ke Madinah. 1 Muharram dijadikan sebagai awal penanggalan hijriyah setelah ditetapkan oleh Khalifah Umar bin Khattab RA. atas usulan dari sahabat Ali bin Abi Thalib KW, yang menyisihkan usulan-usulan dari sahabatsahabat yang lain yang diantaranya mengusulkan dimulai dari waktu kelahiran Nabi Muhammad SAW. atau peristiwa Nuzulul Quran.

Sistem penanggalan hijriyah ini bukanlah sistem penanggalan yang baru, tetapi merupakan pengganti dari sistem yang ada yang biasa digunakan oleh bangsa Arab pra-Islam. Sebagaimana termaktub dalam sejarah, bahwa bangsa Arab di zaman pra-Islam memakai patokan tahun bukan berupa bilangan, melainkan topic of the year. Seperti hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. disebut tahun gajah, karena yang menjadi topic of the year pada waktu itu adalah peristiwa hancurnya tentara bergajah Abrahah. Terpilihnya Hijrah sebagai patokan permulaan tahun menunjukkan bahwa peristiwa Hijrah sangat penting dalam sejarah Islam. Hijrah merupakan titik balik keadaan ummat Islam dari maf'ulun bih (obyek) di Makkah menjadi fa'il (subyek) di Madinah. Hijrah merupakan peralihan dari usaha pembinaan sumber daya manusia di Makkah melanjut kepada pembinaan masyarakat Islam melalui pembentukan Negara Islam dengan proklamasi yang dikenal dengan Piagam Madinah (H.M.N. Abdurrahman, 1997). Dalam bahasa ilmiahnya Hijrah merupakan proses transformasi progresif dari kegelapan (darkness) menuju peradaban yang sepenuhnya tercerahkan (lightness). Professor Fazlur Rahman menyebut Hijrah sebagai marks of the beginning of Islamic calendar and the founding of Islamic community. Hijrah dalam bahasa Arab berasal dari kata yang akarnya dibentuk oleh huruf: ha, jim dan ra yang berarti meninggalkan seseorang atau migrasi dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam makna ini, hijrah memiliki dua bentuk makna. Hijrah Makaniyah dan Hijrah Manawiyah. Hijrah makaniyah adalah berpindah secara fisik, dari satu tempat ke tempat lain. Seperti digambarkan pada kebanyakan ayat-ayat tentang hijrah. Diantaranya:


Artinya : Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. An-Nisa : 100). Sedangkan hijrah secara manawiyah ditegaskan dalam firman Allah SWT.


Artinya : Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. Dan berkatalah Ibrahim: "Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Ankabut: 26).


Artinya : Dan perbuatan dosa meninggalkanlah. (Q.S. Al-Muddatsir : 5). Dari beberapa ayat tersebut, kita dapat memahami bahwa hijrah merupakan suatu proses transformasi progresif. Artinya sebuah proses perubahan kepada sesuatu yang lebih baik. Baik berupa perubahan secara fisik makaniyah, maupun perubahan secara spirit atau manawiyah. Pada tataran praktisnya, hijrah makaniyah dapat berupa perpindahan seseorang dari lingkungan yang buruk yang jauh dari ridha dan rahmat Allah SWT ke lingkungan yang lebih baik. Bisa juga bermakna seseorang meninggalkan kebiasaan berada di tempat maksiat, seperti tempat judi, tempat zina, tempat ghibah dan tempat-tempat maksiat lain ke tempat yang diridhai Allah SWT. seperti majelis taklim, masjid, majelis dzikir dan lain-lain. Sedangkan bentuk-bentuk hijrah manawiyah di antaranya meninggalkan kekufuran menuju keimanan. Meninggalkan syirik menuju tauhid (hanya mengesakan Allah). Meninggalkan kebiasaan mengingkari nikmat-nikmat Allah menjadi pandai bersyukur. Berpindah dari kehidupan jahiliyah kearah kehidupan Islami. Berpindah dari sifat-sifat munafik, plin-plan, menjadi istiqamah. Hijrah juga berarti berkomitmen kuat pada nilai kebenaran dan meninggalkan kebatilan. Meninggalkan perbuatan, makanan dan pakaian yang haram menjadi hidup halalan thayyiba. Meninggalkan maksiat menuju taat hanya kepada Allah SWT. Meninggalkan kedengkian, meninggalkan korupsi, saling menjatuhkan sesama orang beriman, saling menghujat, meninggalkan kebohongan, dan lain sebagainya. Intinya adalah hijrah merupakan transformasi progresif, yaitu sebuah proses perubahan menuju kepada segala sesuatu yang lebih baik. Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi kita sebagai umat muslim, setiap kali kita memperingati tahun baru hijriyah, kita bertekad dan bertindak menjadikan hati dan kehidupan kita dari waktu ke waktu selalu berubah
5

menjadi lebih baik. Karena hal itu yang akan membawa kita kepada keberuntungan baik di dunia maupun di akhirat. Bukankah orang bijak pernah mengatakan, Orang yang beruntung adalah orang yang keadaannya hari ini lebih baik dari hari kemarin. Orang yang rugi adalah orang yang keadaan hari ini sama dengan kemarin dan orang yang celaka adalah orang yang hari ini keadaannya lebih buruk dari kemarin.? Sekali lagi, semoga kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung. Wallahu Alam.

Anda mungkin juga menyukai