Anda di halaman 1dari 8

KEPUTUSAN FATWA KOMISI FATWA DAN KAJIAN HUKUM ISLAM MUI JAWA TENGAH NOMOR:F. /KOM.FAT&KAJ.

HI/X/2005 TENTANG

KHITAN BAGI PENDERITA HEMOFILIA

Menimbang:

a. Bahwa penyakit hemofilia merupakan penyakit yang diturunkan (congenital) dari orang tuanya. Penyakit ini disebabkan oleh adanya kelainan arah, berupa proses pembekuan darah, sehingga pendarahan akan berlangsung lama. Darah tidak mudah membeku karena penderita hemofili kekurangan faktor F VIII b. Bahwa jika penderita hemofilia mengalami luka dan mengeluarkan darah (misalnya luka jatuh, kena benda tajam, mencabut gigi), maka pendarahannya akan berlangsung lama atau tidak bisa berhenti dengan sendirinya, sehingga penderita akan banyak kehilangan darah darah yang membayakan jiwanya c. Bahwa dalam pelaksanaan khitan (circumcisi) pasti ada luka yang mengeluarkan darah akibat dari dipotongnya qulfah/preputium sehingga akan membahayakan jiwa penderita hemofilia. d. Bahwa khitan merupakan perintah wajib bagi setiap muslim sementara bagi penderita hemofili melakukan khitan kemungkinan besar akan mengalami pendarahan hebat yang dapat mengancam keselamatannya, sehingga ada permasalahan mengenai kewajiban khitan di satu sisi dan kondisi penderita hemofili yang rentan pendarahan pada sisi lain. e. Bahwa oleh karena masalah di atas, Komisi Fatwa dan Kajian Hukum Islam MUI Jawa Tengah dipandang perlu untuk menetapkan fatwa tentang khitan bagi penderita hemofilia.

Memperhatikan: a. Surat dari Yayasan Hematologi Jawa Tengah tentang permintaan fatwa hukum khitan bagi penderita hemofilia. b. Rapat konsultasi antara Komisi Fatwa dan Kajian Hukum Islam MUI Jawa Tengah dengan Yayasan Hematologi Jawa Tengah pada tanggal 20 April 2005 c. Seminar Hemofilia dalam Perspektif Fiqih dan Medis pada tanggal 16 Juni di Hotel Grasia oleh Komisi Fatwa dan Kajian Hukum Islam MUI Jawa Tengah d. Rapat Komisi Fatwa dan Kajian Hukum Islam MUI Jawa Tengah pada tanggal 20 Juli 2005 e. Rapat Komisi Fatwa dan Kajian Hukum Islam MUI Jawa Tengah pada tanggal 8 Oktober 2005

Mengingat: 1. Firman Allah dalam surat al-Baqarah 185:

(: )
.Allah menghendaki kemudahan bagi, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS: Al-Baqarah: 185)

2. Firman Allah dalam surat al Hajj ayat 78:

( : )
..Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.. (QS: al-Hajj: 78) 3. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 286:

( : )
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS: al-Baqarah: 286) 4. Firman Allah dalam surat Lukman ayat 17:

( : )
(Lukman berkata: hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukman: 17) 5. Firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 123:

( :)
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif. Dan bukanlah ia termasuk orang-orang mempersekutukan Tuhan. (QS: anNahl: 123).

6. Hadis Nabi SAW tentang kemudahan dalam agama diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari sahabat Abi Hurairah r.a:

: ( )
Diriwayatkan dari Abi Hurairah, dari Nabi Muhammad SAW, bersabda: Sesungguhnya agama itu mudah.. (HR. Imam Bukhari)

7.

Hadis Nabi SAW tentang dilarang membahayakan diri sendiri maupun orang lain yang diriwayatkan oleh Imam

Daraqutni dan Ibnu Majah dari sahabat Ibnu Abbas r.a dan Ubadah bin Shomith r.a.:

( : )
Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas dan Ubadah bin Shomit, dari Nabi SAW: Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh (pula) membahayakan orang lain. (HR. Ahmad dan Daraqutni) 8. Hadis Nabi SAW tentang setiap penyakit ada obatnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari sahabat Abi Hurairah r.a:

: ( )
Diriwayatkan dari Abi Hurairah, dari Nabi Muhammad SAW bersabda: Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali menurunkan pula obatnya. (HR. Imam Bukhari) 9. Hadis Nabi SAW tentang siksa kubur akibat air kencing yang diriwayatkan oleh Imam Daraqutni dari sahabat Abi Hurairah r.a:

: ( )
Diriwayatkan dari Abi Hurairah, dari Nabi Muhammad SAW: Hendaknya kamu membersihkan najis dari air kencing karena sesungguhnya kebanyakan azab kubur berasal dari air kencing (HR. Imam Daraqutni) 10. Hadis Nabi SAW tentang Nabi Ibrahim yang melakukan khitan yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Abi Hurairah r.a:

: ) (
Diriwayatkan dari Abi Hurairah, dari Nabi Muhammad SAW: Sesungguhnya Ibrahim AS melakukan khitan pada umur 80 tahun (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim) 11. Kaidah Fiqhiyyah antara lain:

Artinya: menolak kerusakan didahulukan daripada menarik kemaslahatan.


Artinya: Dharar (bahaya) harus dihilangkan

Artinya: Ketika berkumpul dua kemafsadatan maka dipilih berdasarkan madlarat yang paling ringan di antara keduanya.

12. Pendapat mayoritas ulama (Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Ahmad Ibnu Hanbal) yang mewajibkan khitan. Bahkan Imam Malik sangat tegas memerintahkan pelaksanaan khitan. 13. Pendapat Mahmud Syaltut dalam kitab Al-Fatawa halaman 333 bahwa khitan merupakan jalan preventif

untuk memelihara kehidupan manusia, maka khitan dalam pandangan syara menempati hukum wajib (alwujub) dan harus dilakukan (al-tahtim). Secara metodologis, Mahmud Syaltut menganalisis bahwa kewajiban khitan baik bagi laki-laki maupun perempuan, tidak didasarkan kepada nash tertentu, akan tetapi didasarkan kepada kaidah umum yang sejalan dengan tujuan dan tindakan syara.

MEMUTUSKAN Menetapkan : FATWA TENTANG KHITAN BAGI PENDERITA HEMOFILIA Pertama : Hukum 1. Hukum khitan wajib bagi setiap muslim. 2. Apabila penderita hemofilia dapat mengupayakan pencegahan pendarahan yang membahayakan maka ia wajib khitan. Tetapi apabila tidak dapat mengupayakan pencegahan pendarahan yang membahayakan maka penderita hemofilia mendapat rukhsah (keringanan) tidak wajib khitan. 3. Rukhsah tidak wajib khitan ini harus berdasarkan pertimbangan dokter ahli dengan mempertimbangkan dugaan kuat (diagnosis yang akurat) bahwa khitan akan membahayakan jiwa penderita hemofilia. 4. Apabila berdasarkan diagnosa dokter ahli, khitan justru membahayakan jiwa penderita hemofilia, maka penderita hemofilia dilarang melakukan khitan. 5. Meskipun penderita hemofilia tidak melakukan khitan, ia tetap berkewajiban melakukan ibadah shalat dan ibadah lainnya dengan mensucikan alat kelaminnya menurut kemampuan.

Kedua:

Rekomendasi 1. Para ahli kedokteran hendaknya terus melakukan penelitian dan upaya pengobatan penyakit hemofilia sehingga ada obat yang lebih praktis dan dengan biaya murah. 2. Kepada masyarakat, khususnya Yayasan Hematologi Jawa Tengah dan para dokter ahli, hendaknya meningkatkan perhatian dan kepedulian serta memfasilitasi terhadap para penderita hemofilia sehingga mereka mendapatkan layanan kesehatan, terutama sekali ketika hendak khitan. 3. Kepada penderita hemofilia, apabila akan melakukan khitan hendaknya dilakukan di tempat yang mempunyai fasilitas memadai dan ada dokter ahlinya.

Ketiga:

Ketentuan Penutup Semua lapisan masyarakat dan setiap pihak yang terkait mengetahui fatwa ini agar menyebarluaskannya. Ditetapkan di : Semarang Pada tanggal : 8 Oktober 2005 M

DEWAN PIMPINAN MUI PROPINSI JAWA TENGAH

Ketua Umum

Sekretaris Umum

KH. Muhammad Habib Lutfi bin Ali Yahya

Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, M.A

Sidang Fatwa ini dihadiri oleh: 1. KH. Drs. Syamsuddin Anwar 2. Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, M.A 3. Drs. H. Muhyiddin ( ( ( ) ) ) ) ) ) ) ) ) )

4. Prof. Dr. H. Muhibbin Noor, Mag ( 5. Dr. Zuhad Masduqi, MA 6. KH. Mustagfiri Asror 7. dr. H. Hamidun Qosim 8. Dr. H. Mukhoyyar HS, M.A 9. Drs. H. Musman Thalib 10. KH. Zuhri Ihsan ( ( ( ( ( (

Anda mungkin juga menyukai