Anda di halaman 1dari 16

PARTENOGENESIS

Nama kelompok :
Baiq istiqamah
Sri rahayu irmaningsih

PENGERTIAN
Partenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di
mana betina memproduksi sel telur yang berkembang
tanpa melalui proses fertilisasi.

Macam- macam partenogenesis


1. Facultative partenogenesis
jika suatu spesies dapat melakukan reproduksi seksual
dengan fertilisasi dan melakukan reproduksi aseksual
dengan parthenogenesis. Perubahan antara seksual
dengan aseksual dikarenakan lingkungan dari
organisme tersebut. Spesies ini dapat menghasilkan
telur dengan perkembangan yang baik dengan
fertilisasi dan partenogenesis. Contohnya pada
komodo.

Cyclic Parthenogenesis / Heterogony


pada spesies ini menghasilkan 2 jenis telur yakni telur
yang fertil dan telur yang steril . Telur yang fertil akan di
fertilisasi sedangkan telur yang steril akan di
parthenogenesis. Dan hal ini terjadi secara siklus
Misalnya telur kutu air

Chromosomal Differences
1. Haploid parthenogenesis
Setelah reduktasi kromosom. Keturunannya berasal dari telur haploid
dan berubah menjadi individu haploid. Contohnya pada lebah
2. Diploid parthenogenesis
Terjadi melalui 2 mekanisme:
a. Reduksi Kromosom terjadi secara normal dan melalui fusi antara dua
inti haploid.
b. Reduktasi kromosom tidak terjadi dan fusi antara dua inti juga tidak
terjadi. Pada keadaan ini meosisnya tidak terjadi secara sempurna
selama pembentuka telur sehingga tidak adanya reduksi kromosom
pada telur ini.

Artificial parthenogenesis
Ialah parthenogenesis yang dilakukan secara tiruan . Hal
ini biasa dilakukan manusia dalam eksperimen . Contoh
telur katak yang dapat tumbuh dengan ditusuk- tusuk
dengan jarum yang terlebih dahulu dicelupkan kedarah
katak dewasa. Telur ini tumbuh sampai menetas
menjadi larva kemudian bermetamorfosis sampai
menjadi dewasa. Hanya saja katak ini lebih lemah dan
mudah mati.

PARTENOGENESIS PADA KOMODO


PARTENOGENESIS yang terjadi pada telur- telur komodo
bisa dipastikan akan selalu menestakan bayi komodo
jantan. Ini bisa dibuktikan dengan komodo betina yang
memiliki satu kromosom W dan satu kromosom Z
sedangkan jantan memiliki satu kromosom Z. Telur dari
komodo betina membawa satu kromosom baik
kromosom Z atau W dan ketika proses partenogenesis
terjadi, baik kromosom Z atau W akan diduplikasi. Hal ini
menyebabkan telur berkromosom WW atau ZZ. Telur
berkromosom WW tidak dapat hidup, tetapi yang
memiliki kromosom ZZ bisa berkembang dan menjadi

PATENOGENESIS pada insekta

Parthenogenesis pada mamalia


Secara normal, setelah aktivasi pada oosit tahap
metafase II terjadi penerusan siklus sel menuju tahap
anafase dan membentuk polarbodi II selanjutnya sel
memasuki tahapan telopase. Terbentuknya polarbodi II
menyebabkan oosit haploid. Embrio partenogenetik
diploid dapat dihasilkan dengan menghambat
pengeluaran polarbodi II pada tahap meiosis II.
Keluarnya polarbodi II dapat dihambat dengan
menggunakan cytochalasin B dan D, serta 6- DMAP.
Pemberian cythocalasin selama pembelahan sel tidak
mempengaruhi replikasi DNA dan pembelahan inti

Perlakuan dengan 6- DMAP setelah aktivasi oosit dapat


mencegah pengeluaran polarbodi II yang menyebabkan
pronucleus terbentuk lebih awal dan menyebabkan
oosit memasuki tahap interfase sehingga dapat
mencegah pengeluaran diploidisasi oosit.
Perlakuan ethanol hanya mampu memacu
perkembangan oosit sampai pada tahapan 8 sel.
Perlakuan ethanol yang dikombinasikan dengan 6DMAP mampu meningkatkan jumlah oosit yang
berkembang dan memacu perkembangan oosit sampai
pada tahapan morula

Induksi parthenogenesis pada oosit mamalia


memerlukan stimulasi pelepasan kalsium sehingga
pembelahan meiosis II dapat berlangsung. Menurut
sun et al (1991) dan susko- Parish et al (1994), ethanol
menginduksi peningkatan ion kalsium ekstraselluler
dan yang berasal dari tempat penyimpanan intraselluler
. Pelepasan kalsium ke dalam sitoplasma penting untuk
mengaktifan reaksi sistemik pada oosit yang
selanjutnya menyebabkan penerusan pembelahan
meiosis (Berridge 1991, susko- parrish et al 1994).

Sifat haploid pada embrio partenogenetik disebabkan


tidak adanya kromososm tambahan dari spermatozoa
dan terbentuknya polarbodi II. Supaya diperoleh embrio
parthenogenetik yang diploid tanpa tambahan
kromosom dari spermatozoa maka perlu dilakukan
usaha untuk menekan pembentukan polosit. Hal ini
dilakukan dengan memperlakukan oosit yang telah
teraktivasi dengan 6- DMAP sehingga inti sel yang telah
membelah akan terkondensasi selayaknya
pembentukan pronukleus jantan dan betina pada
fertilisasi normal. Dengan terkondensasinya pronukleus

Partenogenesis pada
Drosophila mangabeirai

Anda mungkin juga menyukai