Anda di halaman 1dari 5

Perubahan Kurikulum

Posted on 24 Januari 2008 Kenapa kurikulum harus berubah? demikian pertanyaan yang kerapkali dilontarkan orang, ketika menanggapi terjadinya perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia. Jawabannya pun sangat beragam, bergantung pada persepsi dan tingkat pemahamannya masing-masing. Sepanjang sejarahnya, di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan hingga ada kesan di masyarakat bahwa ganti menteri, ganti kurikulum. Perubahan kurikulum pada dasarnya memang dibutuhkan manakala kurikulum yang berlaku (current curriculum) dipandang sudah tidak efektif dan tidak relevan lagi dengan tuntutan dan perkembangan jaman dan setiap perubahan akan mengandung resiko dan konsekuensi tertentu. Perubahan kurikulum yang berskala nasional memang kerapkali mengundang sejumlah pertanyaan dan perdebatan, mengingat dampaknya yang sangat luas serta mengandung resiko yang sangat besar, apalagi kalau perubahan itu dilakukan secara tiba-tiba dan dalam waktu yang singkat serta tanpa dasar yang jelas. Namun dalam konteks KTSP, perubahan kurikulum pada tingkat sekolah justru perlu dilakukan secara terus menerus. Dalam hal ini, perubahan tentunya tidak harus dilakukan secara radikal dan menyeluruh, namun bergantung kepada data hasil evaluasi. Mungkin cukup hanya satu atau beberapa aspek saja yang perlu dirubah. Kita maklumi bahwa semenjak pertama kali diberlakukan KTSP yang terkesan mendadak, kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah sangat mungkin diawali dengan keterpaksaan demi mematuhi ketentuan yang berlaku, sehingga model yang dikembangkan mungkin saja belum sepenuhnya menggambarkan kebutuhan dan kondisi nyata sekolah. Oleh karena itu, untuk memperoleh model kurikulum yang sesuai, tentunya dibutuhkan perbaikan perbaikan yang secara terus-menerus berdasarkan data evaluasi, hingga pada akhirnya dapat ditemukan model kurikulum yang lebih sesuai dengan karakteristik dan kondisi nyata sekolah. Justru akan menjadi sesuatu yang aneh dan janggal, kalau saja suatu sekolah semenjak awal memberlakukan KTSP hingga ke depannya tidak pernah melakukan perubahan-perubahan apapun. Hampir bisa dipastikan sekolah yang demikian, sama sekali tidak menunjukkan perkembangan alias stagnan. Oleh karena itu, dalam rangka menemukan model kurikulum yang sesuai di sekolah, seyogyanya di sekolah dibentuk tim pengembang kurikulum tingkat sekolah yang bertugas untuk memanage kurikulum di sekolah. Memang saat ini, di sekolah-sekolah sudah ditunjuk petugas khusus yang menangani kurikulum (biasanya dipegang oleh wakasek kurikulum). Namun pada umumnya mereka cenderung disibukkan dengan tugas -tugas yang hanya bersifat rutin dan teknis saja, seperti membuat jadwal pelajaran, melaksanakan ulangan umum atau kegiatan yang bersifat rutin lainnya. Usaha untuk mendesain, mengimplementasikan, dan mengevaluasi serta mengembangan kurikulum yang lebih inovatif tampaknya kurang begitu diperhatikan.

Dengan adanya Tim Pengembang Kurikulum di sekolah maka kegiatan manajemen kurikulum mungkin akan jauh lebih terarah, sehingga pada gilirannya pendidikan di sekolah pun akan jauh lebih efektif dan efisien.

Perkembangan dan perubahan kurikulum


November 30, 2011 Kurikulum terbentuk tahun 1947 diberi nama rentjana pembelajaran 1947. Kurikulum ini meneruskan kurikulum dari Belanda. Ciri utama kurikulum ini adalah menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain. Kurikulum sekolah dimulai tahun 1968. Pada kurikulum ini diberlakukan sistem bidang studi, kemudian berganti tahun 1975. Penyusunan program dengan pendekatan dan strategi prodesur pengembangan sistem instruksional. Kemudian kurikulum berganti tahun 1984/1986. Kurikulum ini menerapkan pendekatan pembelajaran yang menitik beratkan proses keterlibatan mental siswa dalam seluruh pengajaran. Kurikulum berganti lagi tahun 1994, pembelajaran mengacu pada prinsip belajar aktif. Kemudian digantikan kurikulum ahun 2004 yaitu kurikulum berbasis kompetensidan berganti lagi dengan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006. Perubahan kurikulum dimaksudkan untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan. Faktor pengembangan kurikulum : 1) Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar merumuskan tujuan institusioanl yang pada gilirannya menjai landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum. 2) Sosial budaya dan agama dalam masyarakat. 3) Perkembangan peserta didik dan karakteristik peserta didik 4) Keadaan lingkungan dalam arti luas : lingkungan IPTEK (kultural) dan lingkungan hidup (bioekologi) dan alam (geografis). 5) Kebutuhan pembangunan : dibidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, dll. 6) Perkembangan IPTEK yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa. SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PENERAPAN KURIKULUM DI INDONESIA DARI JAMAN SETELAH MERDEKA SAMPAI TAHUN 2006

Pendahuluan

Sering kita mendengar pernyataan atau istilah yang muncul dari berbagai kalangan masyarakat,: terkait dengan adanya beberapa kali diterapkannya Kurikulum Baru dalam dunia pendidikan di negara kita. Pernyataan atau istilah tersebut berbunyi: "Setiap ganti menteri pendidikan, pasti ganti kurikulum". Padahal perubahan atau pergantian kurikulum dalam dunia pendidikan dalam kurun waktu tertentu di negara manapun juga dilakukan. Tentu saja perubahan kurikulum itu terjadi bukan karena adanya pergantian menteri pendidikan atau karena terjadinya

perubahan pemerintahan yang berkuasa. Namun banyak faktor yang menyebabkan perlunya dilakukan perubahan atau pembaharuan kurikulum pendidikan. Beberapa faktor yang menyebabkan perlunya dilakukan perubahan kurikulum pendidikan tersebut antara lain: 1. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berkembang begitu pesat. 2. Adanya perubahan peraturan dan perundangan undangan yang berlaku dalam suatu pemerintahan. 3. Adanya perubahan politik, sosial, budaya dan keamanan di suatu negara dan dunia.

Melalui tulisan ini saya mencoba merangkum dari berbagai tulisan tentang "Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia", dengan harapan dapat diambil manfaatnya bagi Penulis sendiri, maupun bagi pihak lain yang memerlukannya.

Uraian Singkat Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia (Sejak Indonesia Merdeka Sampai Tahun 2006)

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.

Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Berbagai Kurikulum Yang Mewarnai Dunia Pendidikan Di Indonesia Antara Lain:

Rencana Pelajaran 1947 Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan ( dalam bahasa Belanda ) artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Rencana Pelajaran Terurai 1952 Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut dengan Rencana Pelajaran Terurai 1952. . Kurikulum 1968 Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok

pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9.

Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu, kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.

Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

Kurikulum 1994 Dan Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses, kata Mudjito menjelaskan.

Kurikulum 2004 (KBK)

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004. Meskipun sudah ada beberapa sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelumnya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas. Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya.

Kurikulum 2006 (KTSP)

Awal 2006 uji coba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perjalanan KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi

lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK dan KD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai