Anda di halaman 1dari 9

OUT LINE

Nama NPM

: ITA KUSMAYANTI : 4002080029

I.

Masalah Penelitian Berdasarkan pengamatan penulis diketahui bahwa beberapa anak balita masih memiliki kebiasaan yang salah dalam buang air besar dan air kecil. Misalnya buang air besar dan buang air kecil di celana tidak memberi tahu ibu, buang air kecil dan buang air besar sambil menangis. Terlihat juga perilaku yang kurang tepat yang dilakukan oleh ibu ketika menghadapi anak yang buang air besar dan buang air kecil dicelana yaitu ibu terlihat kurang tanggap jika anaknya buang air besar dan buang air kecil, marah dan membentak anak terkadang memukul anak.

II.

Keilmuan Pendidikan Anak Pola Asuh Keluarga dan Perilaku Anak

III. Judul Penelitian HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH KELUARGA DENGAN

KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK BALITA DI PAUD MELATI SATU DESA KARYAMUKTI KECAMATAN PATARUMAN KOTA BANJAR

IV.

Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana seseorang yang sudah berkeluarga sangat berharap mempunyai anak. Jika anak dalam keadaan sehat, orang tuapun senang, bangga dan bahagia. Suatu perjalanan hidup yang harus dilalui oleh seorang anak adalah tumbuh dan berkembangnya. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan adalah segala perubahan yang terjadi pada anak baik secara fisik, kognitif, emosi maupun psikososial (Soetjiningsih, 1995). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, dimana pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Dalam pada fase ini juga berada pada fase anal dimana anak mulai mampu untuk mengontrol buang air besar dan buang air kecil (Singgih, 2001). Lima tahun pertama kehidupan bagi seorang anak merupakan letak dasar bagi terpenuhinya segala kebutuhan fisik, maupun psikis di awal perkem-bangannya, diramalkan akan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Pada masa ini juga disebut-sebut sebagai masa keemasan (golden age) dalam perkembangan seorang anak, sebab diusia ini anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan (Hurlock, 2003). Di Indonesia diperkirakan jumlah anak balita mencapai 30% dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia dan menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

nasional diperkirakan jumlah anak balita yang susah mengontrol BAB dan BAK (ngompol) di usia sampai prasekolah mencapai 75 juta anak. Fenomena ini dipicu karna banyak hal, pola asuh keluarga yang kurang tentang cara melatih BAB dan BAK, pemakaian (PEMPRES) popok sekali pakai, hadirnya saudara baru dan masih banyak lainnya (Riblat, 2003). Pada anak balita mempunyai berbagai aktivitas yang salah satunya adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training. Toilet training atau latihan berkemih dan defekasi merupakan salah satu tugas perkembangan anak balita, dimana pada usia tersebut kemampuan untuk mengontrol rasa ingin berkemih dan mengontrol rasa ingin defekasi mulai berkembang. Toilet training lebih mudah dilakukan saat anak secara fisik dan emosional sudah siap, dimana hal ini biasa terjadi pada anak balita. Menurut Wolly dan Wong dalam Arief (2000), menyatakan bahwa melalui toilet training anak akan belajar bagaimana mereka mengendalikan keinginan untuk buang air yang selanjutnya akan menjadikan mereka terbiasa menggunakan toilet (mencerminkan keteraturan) secara mandiri. Kedekatan interaksi orang tua-anak dalam toilet training ini akan membuat anak merasa aman dan percaya diri. Kegagalan dalam toilet training di antaranya yaitu kebiasaan mengompol berkesinambungan (anak yang punya kebiasaan mengompol sejak lahir dan diteruskan hingga ia menjadi berusia dewasa dan kebiasaan dalam membuang air besar (BAB) sembarangan. Kebiasaan yang salah dalam mengontrol BAB dan BAK akan menimbulkan hal-hal yang buruk pada anak dimasa mendatang. Dapat menyebabkan anak tidak

disiplin, manja, dan yang terpenting adalah dimana nanti pada saatnya anak akan mengalami masalah psikologi, anak akan merasa berbeda dan tidak dapat secara mandiri mengontrol buang aiar besar dan buang air kecil (Anggara, 2006). Dalam melatih anak usia balita dalam toilet training tidaklah mudah karena pada tahap ini, dimana seorang anak memasuki tahap perkembangan autonomi melawan keragu-raguan (Ericson, 1999). Anak-anak yang berada pada usia balita tahun sangat menginginkan kebebasan tetapi secara emosional masih tergantung pada orang tua. Anak ingin melakukan sendiri berbagai hal secara fisik namun dia tidak bisa menyelesaikan tugas tersebut tanpa dibimbing, sehingga memunculkan fenomena beberapa orang tua terlalu berhati-hati dalam memulai perannya pada saat anaknya memasuki usia balita, karena pada masa-masa tersebut sering ditemui reaksi penolakan dari anak (Irwan, 2003). Konsep toilet training memang belum banyak dipahami di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan karena informasi terkait tentang toilet training tidak dikenalkan secara umum di masyarakat sedangkan fenomena yang terjadi di masyarakat akibat dari konsep toilet training yang tidak diajarkan secara benar atau kurang tepat sangatlah tidak sedikit hal ini karena dampak negative yang ditimbulkan tidaklah dapat dilihat secara langsung, ini yang menyebabkan konsep toilet training dipandang tidaklah penting dalam tahap perkembangan anak balita. Keterampilan toilet training pada anak biasanya dipengaruhi oleh pola asuh keluarga. Ketika usia anak balita biasanya keterampilan toilet training sudah dibiasakan. Pola asuh orang tua yang tidak tegaan untuk melatih kedisiplinan dalam toilet training turut berpengaruh dalam perkembangan kemampuan toilet

training. Kebiasaan untuk selalu menolong dan memanjakan menjadikan anak sangat tergantung pada pengasuhnya. Selain itu keberhasilan toilet training tergantung pula pada kesiapan yang ada pada diri anak dan keluarga seperti kesiapan fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan mampu duduk atau berdiri sehingga memudahkan anak untuk dilatih buang air, demikian pula kesiapan psikologis dimana anak membutuhkan suasana yang nyaman agar mampu mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang untuk buang air besar atau kecil (Hidayat, 2008). Hubungan pola asuh orangtua dengan kebiasaan mengompol pada anak balita saling berhubungan dimana orang tua dalam melakukan bimbingan apabila dilakukan secara dini mungkin, misalnya anak selalu dilatih sebelum tidur untuk BAK dulu agar tidak mengompol, sehingga anak yang dilatih secara terus menerus akan berdampak pada kebiasaan baik tidak mengompol tiap malamnya, tetapi hal ini perlu dilakukan secara bertahap. V. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum yang ingin penulis capai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh keluarga dengan keberhasilan toilet training pada anak balita di Paud Melati Satu Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar.

2.

Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pola asuh keluarga tentang toilet training pada anak balita di Paud Melati Satu Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar. b. Untuk mengetahui kebiasaan toilet training pada anak balita di Paud Melati Satu Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar. c. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh keluarga dengan keberhasilan toilet training pada anak balita di Paud Melati Satu Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar.

VI.

Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tingkat eksplanasi. Menurut Sugiyono (2010:11) penelitian tingkat ekplanasi adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Berdasakan tujuannya dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian asosiatif/hubungan. Penelitian asosiatif/hubungan yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh keluarga dengan keberhasilan toilet training pada anak balita di Paud Melati Satu Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar.

2.

Populasi dan Sampel a. Populasi Sugiyono (2010:90) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita di Paud Melati Satu Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar. b. Sampel Menurut Sugiyono (2010:62) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini penetapkan sampel dilakukan secara probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Adapun untuk menentukan jumlah sampel yang akan dijadikan responden diambil secara simple random sampling dengan menggunakan rumus:
n= N Nd 2 + 1

Keterangan: n = Besarnya ukuran sampel N = Besarnya populasi d = Presisi yang diinginkan

3.

Rencana Analisa Data a. Analisa univariat Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan prosentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2005) dengan rumus : P= X x 100% N

Keterangan P = Prosentase X = Kriteria hasil observasi N = Jumlah responden b. Analisa bivariat Analisis bivariat yang digunakan adalah uji chi kuadrat. Uji chi kuadrat di gunakan untuk menguji hubungan dua variabel dimana masing-masing terdiri dari beberapa golongan atau kategori. Rumus yang digunakan (Sugiyono, 2002). x2 = (Fo - Fh) 2 Fh

Keterangan : x 2 = Chi kuadrat = Jumlah baris dan kolom

Fo = Frekuensi observasi Fh = Frekuensi yang diharapkan

Kriteria Penerimaan dan Penolakan Ho 1) Bila value alfa (0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan keberhasilan toilet training pada anak balita di Paud Melati Satu Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar. 2) Bila vaule > alfa (0,05) berarti Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan keberhasilan toilet training pada anak balita di Paud Melati Satu Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar.

Anda mungkin juga menyukai