Anda di halaman 1dari 21

LEARNING OBJECTIVE

I.

Mengetahui Tanda-tanda Persalinan

1. Tanda dan gejala persalinan adalah sebagai berikut : a. Adanya kontraksi / his yang mempunyai sifat semakin lama semakin sering dan teratur , interval semakin pendek, kekuatan makin besar dengan frekuensi minimal 2x dalam 10 menit . pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks

b. Terdapat pengeluaran pervaginam yaitu lendir disertai darah (bloody show) c. Dapat disertai ketuban pecah, tapi sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. d. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks Perlunakan serviks Pendataran serviks Pembukaan serviks

II.

Mengetahui Perubahan Fisiologis dan Psikologi pada Persalinan Hormon yang Mempengaruhi Proses Persalinan a. Estrogen Meningkatkan sensitivitas otot rahim Memudahkan penerimaan rangsang dari luar, seperti

rangsangan oksitosin, prostaglandin b. Progesteron Menurunkan sensitivitas otot rahim Menyulitkan penerimaan rangsang dari luar, seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi

His Persalinan His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan Pada his persalinan, walaupun his tersebut merupakan kontraksi dari otot rahim yang fisiologis tetapi pada his persalinan, kontraksi yg muncul

bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya dan bersifat nyeri. Kontraksi rahim bersifat otonom dipengaruhi oleh kemauan dari luar. Kontraksi uterus terjadi karena otot-otot rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat kontraksi yang simetris, fundus dominan, kemudian diikuti dengan relaksasi. Pada waktu kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan menjadi lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong ke arah segmen bawah rahim dan serviks. Sifat-sifat lain dari his, antara lain: involunter, intermiten, terasa sakit , terkoordinasi dan simetris, terkadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia, dan psikis. Inisiasi his dipicu oleh oksitosin yang dikeluarkan semakin lama semakin meningkat jumlahnya. Keregangan uterus yang bersifat elastis menyebabkan makin meningkatnya jumlah reseptor oksitosin (dominan di fundus uteri dan korpus uteri), bertambahnya jumlah gap junction untuk melakukan koordinasi his sehingga tercapai kekuatan dan pembukaan serviks. Peningkatan jumlah reseptor oksitosin dan gap junction yang dipicu oleh estrogen yang semakin meningkat, sedangkan progesterone makin menurun jumlahnya seiring dengan penuaan plasenta, memberikan peluang yang besar terhadap rangsangan oksitosin. Dengan demikian kontraksi Braxton hicks akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada akhirnya, saat janin aterm, pembesaran uterus menjadi maksimaldemikian juga

pembentukan reseptor oksitosin dan gap junction mencapai maksimal sehingga kontraksi Braxton hicks menjadi his persalinan. Karena distribusi reseptor oksitosin yang dominan pada fundus uteri, maka kontraksi uterus dominan pada fundus uteri, mulai dari titik awalnya pada pacemakers (pusat koordinasi his) yang berada pada uterus di sudut tuba (insersi tuba fallopi) di mana gelombang his berasal. Dari sini gelombang his bergerak ke dalam dan ke bawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik mencakup seluruh otot-otot uterus.

Distribusi otot polos yang semakin sedikit pada serviks sehingga kontraksi dominan di fundus dan berkurang pada daerah serviks. Oleh karena serviks tidak mempunyai otot-otot yang banyak melainkan sebagian besar terdiri dari jaringan ikat, maka pada setiap his terjadi perubahan pada serviks: tertarik, mendatar (efficement) dan membuka (dilatasi).

Rasa Nyeri saat Persalinan Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar ke arah paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan servik ini maka akan terjadi persalinan. Rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik pada setiap ibu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain budaya, rasa takut, kecemasan, pengalaman persalinan sebelumnya, persiapan persalinan dan dukungan. Penyebab Rasa Nyeri Kontraksi uterus yang disertai penurunan bagian terendah janin

menyebabkan sesak di bagian bawah / nyeri dibagian bawah, selain itu terjadi perasaan sakit pada daerah pinggang yang menjalar sampai ke punggung disebabkan tertekannya pleksus Frankenhauser yang terletak di sekitar serviks. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap Nyeri Persalinan a. Budaya

Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengarui oleh budaya individu. Budaya mempengaruhi sikap ibu pada saat bersalin. Budaya mempengaruhi ekspresi nyeri intranatal pada ibu primipara. Penting bagi bidan untuk mengetahui bagaimana kepercayaan, nilai, praktik budaya mempengaruhi seorang ibu dalam mempresepsikan dan mengekspresikan nyeri persalinan.

b. Emosi (cemas dan takut) Stres atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan kontraksi uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan. Karena saat wanita dalam kondisi inpartu tersebut mengalami stress maka secara otomatif tubuh akan melakukan reaksi defensif sehingga secara otomatis dari stress tersebut merangsang tubuh mengeluarkan hormon stressor yaitu hormon Katekolamin dan hormon Adrenalin, Katekolamin ini akan dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat persalinan jika calon ibu tidak bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan, berbagai respon tubuh yang muncul antara lain dengan bertempur atau lari (fight or flight). Dan akibat respon tubuh tersebut maka uterus menjadi semakin tegang sehingga aliran darah dan oksigen ke dalam otot otot uterus berkurang karena arteri mengecil dan menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tak terelakkan. Maka dari itu, ketika ibu yang sedang melahirkan ini dalam keadaan rileks yang nyaman, semua lapisan otot dalam rahim akan bekerja sama secara harmonis seperti seharusnya. Dengan begitu persalinan akan berjalan lancar, mudah dan nyaman. Apabila ibu sudah terbiasa dengan latihan relaksasi, jalan lahir akan lebih mudah terbuka. Sebaliknya, apabila ibu dalam keadaan tegang, tekanan kepala janin tidak akan membuat mulut rahim terbuka. Yang dirasakan hanyalah rasa sakit dan sang ibu pun bertambah panic dan stress. Pada saat tubuh dalam keadaan stres, hormon stres yaitu katekolamin akan dilepaskan, sehingga tubuh memberikan respon untuk bertempur atau lari. Namun sebaliknya dalam kondisi yang rileks justru bisa memancing keluarnya hormon endorfin, penghilang rasa sakit yang alami di dalam tubuh. Menurut para ahli, endorfin ini efeknya 200 kali lebih kuat daripada morfin.

c. Pengalaman Persalinan Pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu yang mempunyai pengalaman yang menyakitkan dan sulit pada persalina sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada pengalaman lalu akan mempengaruhi sensitifitasnya rasa nyeri. d. Support system Dukungan dari pasangan, keluarga maupun pendamping persalinan dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin,juga membantu mengatasi rasa nyeri

e. Persiapan persalinan Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung tanpa nyeri. Namun, persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan cemas dan takut akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat memilih berbagai teknik atau metode latihan agar ibu dapat mengatrasi ketakutannya.

Perubahan Fisologis Maternal Selama Persalinan Tekanan Darah Meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik ratarata 15 (10-20) mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktuwaktu di antara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari telentang ke ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Untuk memastikan tekanan darah yang sebenarnya, pastikan mengeceknya dengan baik pada interval antar kontraksi, lebih baik dengan posisi ibu berbaring miring. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah. Apabila seorang wanita merasa sangat takut dan khawatir pertimbangkan kemungkinan bahwa rasa takutnya (bukan karena pre-eklamsi) menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Metabolisme Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap.

Peningkatan ini terutama disebabkan oleh ansietas dan aktivitas otot rangka. Peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, curah jantung, dan cairan yang hilang. Peningkatan curah jantung dan cairan yang hilang mempengaruhi fungsi ginjal dan perlu mendapat perhatian serta ditindaklanjuti guna mencagah terjadinya dehidrasi.

Suhu Sedikit meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera setelah melahirkan. Peningkatan suhu tubuh yang normal ialah peningkatan suhu yang tidah lebih dari 0,5 sampai 1 derajat Celcius.

Peningkatan suhu sedikit adalah normal. Namun, bila persalinan berlangsung lebih lama, peningkatan suhu dapat mengindikasikan dehidrasi, dan parameter lain harus di cek. Begitu pula pada kasus ketuban pecah dini, peningkatan suhu dapat mengindikasikan infeksi dan tidak dapat dianggap normal pada keadaan ini.

- Denyut Nadi (frekuensi jantung) Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi.

Penurunan denyut nadi yang mencolok selama puncak kontraksi uterus tidak akan terjadi jika wanita berada pada posisi miring, bukan telentang. Sedikit peningkatan frekuensi nadi dianggap normal.

Pernafasan Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal selama persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Sulit untuk memperoleh temuan yang akurat dalam hal pernafasankarena frekuensi dan irama pernafasan dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut dan penggunaan teknik pernafasan. Amati pernafasan wanita dab bantu ia

mengendalikannya untuk menghindari hiperventilasi yang panjang, yang ditandai oleh rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing. Perubahan pada Ginjal Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang jelas pada posisi telentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama kehamilan. Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk mengetahui adanya distensi, untuk mencegah (1) obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang akan mencegah penurunan bagian presentasi janin. Dan (2) trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang akan menyebabkan hipotonia kandung kemih dan retensi urine selama periode pascapartum awal.

- Perubahan pada Saluran Cerna Motilitas dan absorpsi lambung terhaadap makanan padat jauh berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama

persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama. Makanan yang dikonsumsi selama periode menjelang persalinan atau fase prodromal atau fase laten persalinan cenderung akan tetap berada dalam lambung selama persalinan.

Lambung

yang

penuh

dapat

menimbulkan

ketidaknyamanan dan penderitaan umum selama masa transisi. Oleh karena itu, wanita harus dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum berlebihan. Tetapi makan dan minum sedikit demi sedikit berguna mempertahankan energi dan hidrasi. Perubahan pada saluran cerna kemungkinan timbul sebagai respons terhadap salah satu atau kombinasi faktorfaktor berikut: kontraksi uterus, nyeri, rasa takut dan khawatir, obat atau komplikasi.

Perubahan Hematologi Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gm/100ml selama

persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama paca partum jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal.

Perubahan Psikologis Ibu Bersalin Persalinan merupakan saat yang menegangkan dan dapat menggugah emosi ibu maupun keluarga. Peristiwa yang menakutkan dan menyakitkan bagi ibu .Perubahan emosi yg terjadi antara lain takut, cemas, bahagia, sedih. Takut dan cemas terhadap sesuatu yg tidak diketahui, kesendirian

dalam mengatasi suatu pengalaman persalinan, gagal dalam mengatasi rasa cemas, pengalaman pahit terdahulu. Bahagia karena akan segera menjadi ibu, bertemu dengan bayinya, memiliki peran baru. III. Mengetahui Mekanisme dan Proses Persalinan Mekanisme Persalinan Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul seven cardinal movements of labor terdiri : a. Engagemen

Keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati PAP. 70% kepala masuk PAP dengan SSM (Sutura Sagiotalis Melintang)

Sutura sagitalis berada tepat di jalan lahir diantara os simpisis dan os sacrum Proses engagemen Normal sinklitismus SS tepat antara simpisis pubis dan sacrum Asinklitismus anterior SS lebih dekat ke arah sacrum Asinklitismus posterior SS lebih dekat ke arah simp pubis (parietal bone presentasion) b. Fleksi Akibat tahanan servik, dinding panggul dan otot dasar panggul. Tujuan supaya terjadi engagemen dan desensus. Bila ada kesempitan panggul akan terjadi ekstensi sehingga letak defleksi (presentasi dahi/muka) c. Desensus Penyebab a. Tekanan cairan amnion b. Tekanan fundus uteri pada bokong c. Usaha meneran d. Gerakan ekstensi tubuh janin - Faktor lain a. Ukuran dan bentuk panggul b. Posisi bagian terendah janin Engagmen adalah desencus dari diameter terendah kepala janin menuju PAP, bagian terendah kepala VERTEX berada setinggi spina ischiadica. Desencus berlanjut dan oksiput berputar dalam rongga panggul kearah depan, diameter oblig kanan sehingga oksiput bergerak kearah depan ke foramen

obturatoria kiri, sekarang posisi kepala UUK(Ubun-ubun kecil) kiri-depan. UUK kiri-depan oleh karena colon sigmoid pada kuadran kiri posterior panggul. d. Internal rotasi Desensus menyebabkan bagian terendah janin mengalami putar paksi sehingga sejajar spina ischiadica. Kepala dari posisi transversal menjadi posisi anterior / kadang posterior. Proses internal rotasi berakhir saat kepala mencapai dasar panggul e. Ekstensi Sumbu jalan lahir kedepan atas, gerakan ekstensi sebelum melewati PBP (pintu bawah panggul). Desensus menyebabkan perineum teregang diikuti crowning. Pada tahap ini, penolong siap dengan perasat Ritgen (tahan perineum). Ekstensi menyebabkan seluruh kepala lahir dan badan janin masuk ke pintu atas panggul. f. Eksternal rotasi Setelah kepala lahir dan badan janin masuk ke PAP menyebabkan leher bebas sehingga kepala berusaha kembali pada posisinya semula (restitusi) yaitu posisi pada saat engagement. Perputaran kepala ke posisi semula disebut putar paksi luar (eksternal rotasi). Bahu desensus ke dalam panggul. Bahu anterior mengalami internal rotasi 45 menuju arcus pubis sebelum dapat lahir dibawah simpisis. Persalinan bahu depan kemudian tarik curam kebawah, selanjutnya elevasi keatas sehingga lahir bahu belakang. g. Ekspulsi b. Proses / Tahapan Persalinan Kala I Persalinan ( Kala Pembukaan) Kala I dimulai dari munculnya kontraksi persalinan hingga mencapai pembukaan serviks lengkap (10 cm). Kala ini dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan aktif . Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sejak awal kontraksi sampai pembukan 3cm, berlangsung 7-8 jam

Fase Aktif ( pembukaan 4 cm 10 cm), berlangsung selama 6 jam, dibagi 3 subfase : Fase akselerasi Berlangsung 2 jam, pembukaan mjd 4 cm Fase dilatasi maksimal Berlangsung 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm Fase deselerasi Berlangsung 2 jam, pembukaan berlangsung lambat menjadi 10 cm/lengkap

Kala II Persalinan (Kala pengeluaran Janin) Dimulai ketika pembukaan lengkap (10cm) dan berakhir sampai dengan lahirnya bayi. Pada kala II, his terkoordinir, kuat, cepat, lebih lama (2-3 menit sekali). Tanda dan gejala kala II:

Kepala janin turun -> masuk PAP -> terjadi tekanan pada otot2-otot dasar panggul -> rasa meneran

Karena ada tekanan pada rektum, ibu serasa ingin BAB dengan tanda anus membuka

Pada waktu HIS, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, perineum menonjol Tanda pasti kala II ditentukan dengan periksa dalam

Pembukaan serviks telah lengkap Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina Dengan his mengedan yg terpimpin, akan lahir kepala, diikuti seluruh badan . Pada primi berlangsung 1 jam - 2 jam sedangkan pada multi berlangsung jam - 1 jam

Kala III Persalinan (Kala Pengeluaran Plasenta) Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dg lahirnya placenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 15-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluran placenta disertai dg pengeluaran darah 100-200 cc

Kala IV Persalinan (Kala Pengawasan) Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses tersebut Observasi yg dilakukan meliputi : - tingkat kesadaran - pemeriksaan TTV - kontraksi uterus - perdarahan (normal jika tidak lebih dari 500cc)

IV.

Mengetahui Asuhan Kebidanan pada Kala I, II, III, dan IV persalinan o Asuhan Kebidanan pada Kala I Penjelasan mengenai proses dan kemajuan persalinan Dukungan Persalinan Asuhan yang mendukung selama persalinan merupakan standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung dibutuhkan peran aktif dan ikut serta bidan sebagai penolong persalinan dalam kegiatan yang berlangsung. Pengurangan Rasa Sakit (Pain Relief) Berdasarkan hasil penelitian, pemebrian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal. Metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya rendah, resiko renedah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu. Menurut Varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan cara:

menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (suami, orang tua)

pengaturan posisi :duduk atau setengah duduk, posisi merangkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring ke kiri

relaksasi dan pernafasan istirahat dan privasi penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan

asuhan diri sentuhan mengurangi rasa

Dukungan dan upaya untuk meningkatkan sakit/nyeri antara lain : Latihan relaksasi Latihan Bernafas

Dengan pernafasan perut. Efektif untuk pengalihan konsentrasi dan mengurangi tekanan dan rasa nyeri. Jika ibu merasakan kontraksi, mengajarkan bentuk pernafasan esensial yaitu bernafas pendek dan cepat Mencegah keletihan Dengan meminta ibu untuk bernafas di saat yang tepat Menjaga kebersihan dan kondisi kering Mandi berendam. Tetapi, apabila kotraksi sudah menurun, ibu dianjurkan untuk turun dari tempat berendam Perawatan padat/lollipop Pengipasan Usapan pada punggung Kompres panas(hangat)/dingin pada punggung bagian bawah Kompres panas (hangat) : meningkatkan sirkulasi sehingga memperbaiki anoksia jaringan oleh tekanan Kompres dingin : menyebabkan vasokontriksi superficial sehingga dapat mengurangi rasa nyeri Usapan Abdomen mulut. Seperti kumur,sikat gigi,permen

Meningkatkan sirkulasi ke area perut sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah yang kontriksi akibat adanya kontraksi dan menyebabkan anoksia jaringan. Usapan ringan pada abdomen terutama bagian bawah dengan arah melingkar yang dilakukan oleh penolong persalinan untuk meningkatkan kenyamanan Effleurage Dengan kedua tangan mengikuti pola tertentu pada area simpisi sampai titik atas umbilicus. Dilakukan oleh ibu bersalin dengan tujuan untuk meredakan nyeri karena dapat meningkatkan sirkulasi ke daerah tersebut Pemenuhan Kebutuhan fisik dan Psikologis Ibu dan Keluarga a. mengatur posisi Anjurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman selama persalinan, anjurkan suami atau pendamping untuk membantu ibu mengatur posisi. ibu boleh berjalan, berdiri atau jongkok (membantu proses turunnya bagian terendah janin), berbaring miring (memberi rasa santai, memberi oksigenisasi yang baik ke janin, mencegah laserasi) atau merangkak(mempercepat rotasi kepala janin, peregangan minimal pada perineum, baik pada ibu yang mengeluh sakit punggung), posisi terlentang kurang dianjurkan karena dapat menyebabkan menurunnya sirkulasi darah dari ibu ke plasenta berdampak pada terjadinya hipoksia janin. b. pemberian cairan dan nutrisi Berikan ibu asupan makanan ringan dan minum air sesering mungkin agar tidak terjadi dehidrasi. Dehidrasi dapat

memperlambat kontraksi/ kontraksi menjadi kurang efektif

Eliminasi Buang Air Kecil (BAK) Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin setiap 2 jam sekali atau lebih sering atau jika kandung kemih penuh. Anjurkan ibu untuk berkemih di kamar mandi, jangan dilakukan kateterisasi kecuali ibu tidak dapat berkemih secara normal. tindakan kateterisasi dapat menimbulkan rasa sakit dan menimbulkan resiko infeksi serta perlukaan pada kandung kemih. Kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan:

memperlambat turunnya bagian terendah janin menimbulkan rasa tidak nyaman meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri mengganggu penatalaksanaan distosia bahu meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pascapersalinan

Buang Air Besar (BAB) Anjurkan ibu untuk BAB jika perlu. jika ibu ingin merasakan BAB saat fase aktif harus dipastikan apakah yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan pada rektum, jika ibu belum siap melahirkan diperbolehkan BAB di kamar mandi Pencegahan Infeksi Menjaga lingkungan yang bersih sangat penting untuk

mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi. kepatuhan dalam menjalankan praktek-praktek pencegahan infeksi yang baik juga akan melindungi penolong dan keluarga dari resiko infeksi. Anjurkan ibu untuk mandi dan mengenakan pakaian yang bersih sebelum persalinan. anjurkan pada keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan ibu atau bayi baru lahir(BBL). Gunakan alat-alat steril atau desinfeksi

tingkat tinggi (DTT) dan sarung tangan pada saat diperlukan dalam melakukan pertolongan persalinan.

o Asuhan kebidanan pada Kala II Pemantauan Maternal Tanda-tanda Vital Nadi setiap 30 menit Pengosongan Kandung Kemih Jika terjadi distensi dan ibu tidak dapat berkemih, dilakukan kateterisasi segera sebelum melahirkan. Akibat dari distensi KK: Persalinan terhambat Ketidaknyamanan Kesulitan pada penatalaksanaan distosia bahu Kesulitan pada penatalaksanaan perdarahan pasca partum Hipotonisitas KK, stasis urine dan infeksi selama periode pasca melahirkan Hidrasi dan kondisi umum Kondisi umum ibu akan sangat bergantung pada kondisi umumnya di akhir kala I persalinan Evaluasi: Keletihan dan penurunan fisik Perilaku dan responnya terhadap persalinan Persepsi ibu tentang nyeri dan kemampuan menghadapi persalinan Asupan cairan, pengeluaran urine, dan emesis (jika terjadi) Kemajuan Persalinan Kontraksi Kekuatan Durasi : setiap 30 menit

Frekuensi : setiap 30 menit Kontraksi lebih kuat dan lama tetapi masa istirahat juga lebih lama Penurunan kepala: setiap 30 menit (palpasi abdomen), VT : setiap 60 menit jika ada indikasi Tanda dan gejala kala II Tanda pasti kala II Upaya meneran ibu Evaluasi keefektifannya Tidak efektif, evaluasi keadaan pelvis dan hambatan lainnya dalam mekanisme persalinan Tidak ada faktor hambatan, kemungkinan faktor psikologis Bimbingan meneran Pembukaan belum lengkap tetapi ibu ingin meneran : motivasi dan ajarkan nafas cepat Pembukaan lengkap dan ibu merasa ingin meneran: bombing meneran secara efektif Pembukaan lengkap tetapi ibu tidak ingin meneran : ganti posisi, cairan, dan RPS (rangsangan Putting Susu) Cara meneran Meneran mengikuti dorongan alamiah Tidak menahan nafas ketika meneran Berhenti meneran dan istirahat diantara his Jika posisi miring / setengah duduk : lutut ditarik ke arah dada dan dagu

ditempel di dada Tidak mengangkta bokong dan tidak mendorong fundus Tidak melakukan valsava maneouver ( menarik nafas dalam, menahannya dan menghembuskannya melawan glottis

yang menutup dengan sekuat dan selama mungkin

Integritas perineum Apakah perlu dilakukan episiotomy? Indikasi : gawat janin, penyulit kelahiran pervaginam (sungsang, distosia bahu, vakum/forsep) Prinsip : atasi indikasi, kepala menetap (terlihat 3-4cm), dilakukan saat kontraksi Teknik tanpa sentuhan dan teknik dengan sentuhan Teknik dengan sentuhan : Peregangan dengan menggunakan jari pada pintu bawah vagina oleh wanita yang dulakuakn saat prenatal Ironing out (gerakan meyetrika keluar) Kompres hangat pada perineum Masase perineum Sokongan perineum Kepala janin dikendalikan dengan member tekanan terhadap kepala janin untuk

mempertahankan kepala fleksi dengan baik Pemantauan Fetal Kenormalan letak dan presentasi Adaptasi janin terhadap pelvis Frekuensi dan pola DJJ : setiap 5-10 menit Evaluasi kenormalan kemajuan yang terjadi dalam mekanisme persalinan Melahirkan kepala Saat kepala membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong Lindungi perineum dengan 1 tangan (di bawah kain bersih), ibu jari pada salah satu perineum dan 4 jari pada sisi yang dan tangan yang lain pada belakang kepala

Tahan belakang kepala agar posisi tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus vagina dan perineum Cek tali pusat Setelah kepala lahir, minta ibu berhenti meneran dan bernafas cepat Periksa leher bayi apakah terlilit tali pusat Jika lilitan cukup longgar, lepaskan lilitan dengan melewati kepala bayi Jika erat, klem dan potong tali pusat Melahirkan bahu Setelah cek lilitan, tunggu putr paksi luar secara spontan Letakkan tangan pada sisi kiri & kanan kepala bayi (biparietal), minta ibu meneran sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan melewati simpisis Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala keatas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada lahir Lanjutkan penelusan dan memegang tubuh bayi ke bag punggung, bokong dan kaki Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki bayi yg kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya. Letakkan bayi diatas kain/handuk di perut ibu Melahirkan seluruh badan Jepit tali pusat 3 cm dari dinding perut bayi Dari titik jepitan, tejkan tali pusat dg 2 jari kmd dorong isi tali pusat ke arah ibu Lakukan penjepitan ke-2 dg jarak 2 cm dr jepitan pertama Pegang tali pusat diantara kedua klem, satu tangan menjadi landasan tali pst dan melindungi bayi tangan lain memotong tali pusat diantar kedua klem tersebut

Ikat 2 kali Amniotomi INDIKASI : Pembukaan lengkap Tidak teraba bagian kecil janin Kepala telah masuk PAP PRINSIP PELAKSANAAN Dilakukan diantara kontraksi (ketika selaput ketuban tidak tegang) selain itu juga mencegah air ketuban

menyemprot pada saat di pecah PENATALAKSANAAN Pertimbangankan indikasi Berikan anastesi lokal Tunda samapi kepala terlihat 3-4 cm pada saat kontraksi (tidak melakukan terlalu dini karena episotomi

menyebabkan perdarahan) Masukkan jari dalam vagina diantara kepala bayi dan perineum (melindungi kepala dr gunting dan meratakan perineum shg mudah di epis)

o Asuhan Kebidanan pada Kala III METODE PELEPASAN URI SCHULTZE : lepasnya spt menutup payung. Bagian tengah terlepas dulu lalu seluruh permukaan plac (plac yg implantasi di fundus). Tanda : perdarahan tidak ada sbl plac lahir DUNCAN : lepasnya plac dari pinggir (Plac implantasi lateral). Tanda : darah keluar antara selaput ketuban. CARA MEMASTIKAN PLAC LEPAS :

KUSTNER : tangan di letakkan diatas simpisis. Tali pusat ditegangkan. Tali pusat masuk : belum lepas, Diam/ turun : lepas KLIEN : ada his, rahim didorong sedikit. Tali pusat kembali : belum lepas STRASSMAN : Tegang tali pusat & ketok fundus. Tali pusat bergetar : belum lepas Pemberian oksitosin (1 menit pertama setelah bayi lahir) PTT (Peregangan Tali pusat Terkendali) Masase Fundus Jika tidak ada kontraksi : RPS (Rangsangan Putting Susu) Menyusu dini /segera Misoprostol 600 mcq (oral/sublingual) Pemeriksaan Plasenta Maternal : kotiledon, selaput korion (lengkap dan utuh) Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek Fetal: infark,lobus tambahan/suksenturiata Berat, diameter, tebal Tali pusat : arteri, vena, insersi o Asuhan kebidanan pada Kala IV Pemantauan Kala IV Lakukan Masase Evaluasi TFU Memperkirakan jumlah darah yang keluar Periksa perdarahan karena laserasi Evaluasi Kondisi umum Setiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua Yang di pantau : TD, Nadi, Suhu (setiap 1 jam), TFU, Kontraksi, kandung kemih,Perdarahan

Anda mungkin juga menyukai