Anda di halaman 1dari 26

PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN OPERASI ALJABAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PADAMARA

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Disusun Oleh : ARIF FEBRI HIMAWAN (0901060164)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2012

PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Apabila tujuan pendidikan matematika yang tercantum pada kurikulum 1975, 1984, 1994, 1999 dan kurikulum berbasis kompetensi kita cermati, dapat kita katakan bahwa tujuannya sama. Tujuan yang ingin dicapai pada intinya adalah agar siswa mampu menggunakan atau menerapkan matematika yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari dan dalam belajar pengetahuan lain. Dengan belajar matematika diharapkan siswa mampu memperoleh kemampuan yang tercermin melalui berpikir sistematis, kritis, obyektif, jujur, dan disipilin. Selain itu juga dengan belajar matematika diharapkan siswa dapat memanfaatkan matematika untuk berkomunikasi dan mengemukakan gagasan. Pada awal abad yang lalu, John Dewey mengatakan bahwa sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-anak. Vincent Ruggiero (1988) mengartikan berpikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna. Dari pengalaman peneliti pada saat mengamati siswa di dalam kelas, permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran matematika di sekolah yaitu siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran matematika. Ada yang mengobrol dengan teman, keluar masuk kelas, melakukan aktivitas di luar matematika dan hanya sedikit yang benar-benar mengikuti apa yang dijelaskan guru. Ada beberapa anak yang mengeluh saat belajar matematika dan merasa kurang paham dengan pelajaran matematika karena tidak merasakan manfaatnya dalam kehidupan nyata. Ada pula yang mengerjakan soal matematika hanya dengan melihat contoh soal yang ada di buku tanpa menelusuri prosesnya. Kondisi itu tentu saja tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan yang berperan secara langsung

dalam membelajarkan siswa, harus dapat mengatasi masalah seperti ini dan mengupayakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disajikan. Salah satu metode pembelajaran matematika yang dapat diterapkan dalam mengantisipasi masalah yang timbul selama proses pembelajaran matematika adalah metode pembelajaran inkuiri. Diharapkan dengan metode pembelajaran inkuiri, siswa dapat berpikir kritis, logis, sistematis dan kreatif untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah atau problem yang dipertanyakan. Dengan adanya metode pembelajaran inkuiri diharapkan mampu menarik perhatian dan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Pembelajaran Inquiri Terbimbing pada pokok bahasan Operasi Aljabar siswa kelas VII SMP N 1 Padamara tahun pelajaran 2011/2012. 2. RUMUSAN MASALAH Berpijak pada latar belakang yang diuraikan di atas, maka terkait dengan kemampuan belajar matematika siswa dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada materi Operasi Aljabar pada siswa kelas VII SMP N 1 Padamara? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran langsung materi Operasi Aljabar pada siswa kelas kelas VII SMP N 1 Padamara? 3. Apakah penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing lebih baik dari model pembelajaran langsung dalam proses meningkatkan berpikir kritis siswa pada materi Operasi Aljabar siswa kelas VII SMP N 1 Padamara?

3. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu yang akan dicari solusinya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ingin mengetahui penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada materi Operasi Aljabar pada siswa kelas VII SMP N 1 Padamara. 2. Ingin mengetahui penerapan model pembelajaran langsung materi Operasi Aljabar pada siswa kelas VII SMP N 1 Padamara.

4. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat : 1. Manfaat bagi siswa a. Siswa merasa senang terhadap mata pelajaran matematika dan dapat meghilangkan rasa jenuh dan membosankan dalam menerima pelajaran matematika. b. Siswa mendapatkan dalam kemudahan belajar matematika pokok bahasan Operasi Aljabar. 2. Manfaat bagi guru a. Sebagai alternatif bagi guru dalam memilih strategi-strategi, penerapan model pembelajaran di kelas. b. Guru dapat meminimalisasi kesulitan-kesulitan dalam belajar siswa. 3. Manfaat bagi sekolah Akan memberikan kontribusi yang baik terhadap peninngkatan mutu pengajaran dan proses pembelajaran matematika.

A. KAJIAN PUSTAKA 1. Berpikir Kritis Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan di masyarakat, karena dalam kehidupan di masyarakat manusia selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan pemecahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan tentu diperlukan data-data agar dapat dibuat keputusan yang logis, dan untuk membuat suatu keputusan yang tepat, diperlukan kemampuan berpikir kritis yang baik. Pengertian yang diberikan oleh Ennis (1996) yaitu: berpikir kritis merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang kita percayai dan apa yang kita kerjakan. Menurut Fraenkel (Tarwin, 2005: 8) tahapan berpikir terdiri dari : 1. Tahapan berpikir konvergen, yaitu tahapan berpikir yang

mengorganisasikan informasi atau pengetahuan yang diperoleh untuk mendapatkan jawaban yang benar. 2. Tahapan berpikir divergen, yaitu tahapan berpikir dimana kita mengajukan beberapa alternatif sebagai jawaban. 3. Tahapan berpikir kritis. 4. Tahapan berpikir kreatif, yaitu tahapan berpikir yang tidak memerlukan penyesuaian dengan kenyataan. Dari tahapan berpikir di atas, berpikir kritis berada pada tahap tiga. Ujung dari berpikir kritis adalah berpikir kreatif yang merupakan tindak lanjut dari berpikir kritis. Artinya untuk berpikir kreatif seseorang harus lebih dahulu berpikir kritis.

Carole Wade dan Carol Travis (2007) mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk membuat penilaian terhadap sejumlah pernyataan dan membuat keputusan objektif

berdasarkan pada pertimbangan yang sehat dan fakta-fakta yang mendukung, bukan berdasarkan pada emosi dan anekdot. Berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk mencari berdasarkan masalah yang ada dengan pertimbangan yang sehat. Tyler (Sugiyarti, 2005:13) berpendapat bahwa pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah dapat merangsang keterampilan berpikir kritis siswa. 2. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing a. Pengertian Menurut Herdian (2010) sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan. Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi

tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu. Tujuan dari pembelajaran setidak-tidaknya seorang guru menanamkan tiga domain, yakni, kognitif, afektif dan psikomotor dan ketiga domian itu secara langsung akan tertanam pada setiap siswa yang mengikuti suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, yang paling mendasar di pahami oleh guru adalah melatih siswa untuk berpikir, memecahkan masalah dan menemukan sesuatu bukan merupakan tujuan pendidikan yang baru. Demikian pula halnya dengan strategi pembelajaran penemuan, inkuiri atau induktif. Inkuiri, pada tingkat paling dasar dapat dipandang sebagai proses menjawab pertanyaan atau memecahkan permasalahan berdasarkan fakta dan pengamatan. Siklus inkuiri terdiri dari kegiatan mengamati, bertanya, menyelidiki, menganalisa dan merumuskan teori, baik secara individu maupun bersama-sama dengan teman lainnya. Pada prinsipnya tujuan pengajaran inkuiri membantu siswa bagaimana merumuskan pertanyaan, mencari jawaban atau pemecahan untuk memuaskan keingintahuannya dan untuk membantu teori dan gagasannya tentang dunia. Lebih jauh lagi dikatakan bahwa pembelajaran inkuiri bertujuan untuk mengembangkan tingkat berpikir dan juga keterampilan berpikir kritis. Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi- kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan

(3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis. Selanjutnya Sanjaya (2008;196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses

pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi

pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang

dimilikinya.

b. Langkah-langkah Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Orientasi Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah: i. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. ii. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkahlangkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. iii. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 2. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk

memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3. Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. 4. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. 5. Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk

mencapai

kesimpulan

yang

akurat

sebaiknya

guru

mampu

menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan

pendekatan inkuiri adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam melakukan penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut. c. Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing 1. Model pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat

penyajian informasi menjadi pengolahan informasi. 2. Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student

centered. Guru lebih banyak bersifat membimbing. 3. Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri siswa. 4. Dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga tahan lama dalam ingatan. 5. Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. 6. Menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal)

Kekurangan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing 1. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa danya menjadi belajar mandiri dan kelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri.

Mengubah kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun- tahun. 2. Guru dituntut mengubah kemasan mengajar yang umumnya

sebagai penyaji informasi menjadi fasilitator dan motivator. Hal ini merupakan pekerjaan yang tidak gampang, karena umumnya guru merasa belum mengajar dan belum puas apabila tidak

menyampaikan informasi (ceramah). 3. Metode ini dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan sumber belajar dan fasilitas yang memadai yang tidak selalu tersedia. 4. Metode ini tidak efisien khususnya untuk mengajar siswa dalam jumlah besar, sedangkan jumlah guru terbatas.

3. Model Pembelajaran Langsung a. Pengertian Model direct Instruction (Pengajaran Langsung) merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Model pengajaran langsung berupa pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).

b. Langkah-langkah Langkah-langkah pengajaran langsung yaitu : 1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. 2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan. 3. Membimbing pelatihan. 4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. 5. Memberikan kesempatan untuk latihan mandiri.

Untuk lebih jelasnya inilah lima fase model pengajaran langsung : a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa 1) Menjelaskan tujuan Para siswa perlu mengetahi dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pembelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah berperan serta dalam pembelajaran itu. Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa-siswanya melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi tertulis pada papan buletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu.

2) Menyiapkan siswa Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok pelajaran yang lalu. b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif. 1) Menyampaikan informasi dengan jelas Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan

pengorganisasian pembelajaran yang baik. Dalam melakukan presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi selangkah. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

penyampaian informasi/presentasi adalah : Kejelasan tujuan dan poin-poin utama, yaitu memfokuskan pada satu ide (titik, arahan) pada satu waktu tertentu menghindari penyimpangan dari pokok bahasan/LKS. Presentasi selangkah demi selangkah Prosedur spesifik dan konkret, yaitu berikan siswa contohcontoh konkret dan beragam, atau berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang untuk poin yang sulit. Pengecekan untuk pemahaman siswa memahami satu poin sebelum melanjutkan ke poin berikutnya, ajukan pertanyaan kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa yang telah dipresentasikan, mintalah siswa

mengikhtisarkan poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri, dan diajarkan ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa, dengan penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa.(Kardi dan Nur, 2000:32) 2) Melakukan demonstrasi Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa pada sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan terhadap orang lain. Tingkah orang lain yang baik maupun yang buruk merupakan acauan siswa, sehingga perlu diingat bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar. Oleh karena itu, atau agar konsep dapat atau mendemonstrasikan keterampilan yang suatu akan

keterampilan

didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.

c. Membimbing pelatihan Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan

memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru atau yang penuh tekanan. Beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan adalah seperti berikut : 1. Tugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna. 2. Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep/ keterampilan yang dipelajari. 3. Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan dan latihan terdistribusi. 4. Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan.(Kardi dan Nur, 2000:34) d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa. Beberapa pedoman dalam pemberian umpan balik efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut : 1. Berikan umpan balik sersegeera mungkin setelah latihan. 2. Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik. 3. Konsentrasi pada tingkah laku, dan bukan pada maksud. 4. Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 5. Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar. 6. Apabila memberikan umpan balik yang negatif, tunjukkan bagaimana melakukannya dengan benar. 7. Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan pada hasil.

8. Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri. (Kardi dan Nur, 2000:38) e. Memberikan kesempatan untuk latihan mandiri Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri, merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri. (Kardi dan Nur, 2000:43) memberikan tiga panduan umum latihan mandiri yang diberikan sebagai pekerjaan rumah seperti berikut : 1. Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran berikutnya. 2. Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa, tentang tingkat keterlibatan yang diharapkan. 3. Guru seharusnya memberikan umpan balik tentang pekerjaan rumah tersebut.

c. Kekurangan dan Kelebihan Adapun kelebihan dan kelemahan model Pengajaran Langsung yaitu : Kelebihan 1. Guru mudah menguasai kelas 2. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran yang berjumlah besar. 3. Mudah dilaksanakan. Kelemahan 1. Mengandung unsur paksaan kepada siswa 2. Mengandung daya kritis siswa 3. Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik, 4. Bila terlalu lama membosankan.

Berdasarkan tinjuan pustaka di atas maka dapat dirumuskan sebuah hipotesis sebagai berikut Penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing lebih baik dari pada model pembelajaran Langsung dalam meningkatkan berpikir kritis siswa pada materi Operasi Aljabar kelas VII SMP N 1 Padamara.

B. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII semester I siswa SMP N 1 Padamara tahun ajaran 2011/2012, pada tanggal 13 Desember 2012 sampai taggal 27 Desember 2012. 2. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 1

Padamara. sebanyak 7 kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling, di mana yang akan di pilih menjadi sampel adalah kelas. Dalam penelitian ini, dari 7 kelas diambil 1 kelas secara acak sebagai kelas eksperimen (menggunakan Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing) yaitu terpilih kelas VII A dan 1 kelas terpilih sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran langsung yaitu kelas VII B. Sedangkan sebagai kelas uji coba adalah kelas VII C. 3. Teknik Pengumpulan Data Tekik pengmpulan data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan prosedur penelitian. teknik pengmpulan data dalam penelitian ini antara lain : 1. Mengambil dokumen nilai raport kepada pihak SMP N 1 Padamara, guna mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Pemberian post-test diuakan untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah dikenai pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan pembelajaran langsung.

4. Instrumen Penelitian Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian yang berupa tes dalam bentuk pilihan ganda. Agar instrumen penelitian tersebut standar, sebelum digunakan sebagai alat tes terlebih dahulu diuji coba kemudian di analisis validitas, rebilitas, traf kesukaran dan daya pembeda. Analisis tersebut masing-masing diuraikan sebagai berikut : 1. Validitas Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tigkat instrumen yang bersagkutan mampu mengukur apa yang diukur ( Arikuto, 2005 : 167). Untuk menghitung butir soal agar memenuhi syarat digunakan rumus korelasi product moment.
{ }{ }

rxy =

keterangan ; rxy = koefisien korelasi yang dicari N = banyaknya subjek pemilik nilai X = nilai variabel 1 Y = nilai variabel 2 Menurut Arikunto (2006 : 75) menafsiran harga korelsi dengan melihat harga r diinterpretasikan dengan besarnya koefisien korelasi berikut : 0,80 < rxy 1,00 : sangat tinggi 0,60 < rxy 0,80 : tinggi 0,40 < rxy 0,60 : cukup 0,20 < rxy 0,40 : rendah 0,00 < rxy 0,02 : sangat rendah 2. Reabilitas Utuk mencari koefisien reabilitas butir soal pilihan ganda digunakan rumus K R 20 sebagai berikut : r11 = [ ][

keterangan : r11 = reabilitas instrumen n = banyaknya butir pertanyaan p = proporsi subjek yang menjadi butir dengan benar (proporsi subjek yang mempunyai nilai 1) q = proporsi subjek yang menjadi butir dengan salah (proporsi subjek yang mempunyai nilai 0) s2 = variabel total Menurut Builford (dalam Ruseffendi, 1999 : 197), klasifikasi koefisien reabilitas adalah sebagai berikut : 0,00 r11 0,20 : kecil 0,20 < r11 0,40 : rendah 0,40 < r11 0,60 : sedang 0,60 < r11 0,80 : tinggi 0,80 < r11 1,00 : sangat tinggi 3. Taraf Kesukaran Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring banyaknya subjek tes yang dapat mengerjakan dengan benar. Jika banyak subjek peserta tes yang dapat menjawab dengan benar, maka taraf kesukaran tes tersebut tinggi. Sebaliknya jika hanya sedikit dari subjek yang dapat menjawab dengan benar, maka taraf kesukarannya rendah. Taraf kesukaran tes dinyatakan dalam inndeks kesukaran (difficulty index) (Arikunto, 2005 : 176)

Taraf kesukaran dinyatakan dengan P dan dicari dengan rumus : P= keterangan : B = subjek yang menjawab benar Js = banyaknya subjek yang ikut menjawab tes

Klasifikasi taraf kesukaran (P) adalah sebagai berikut : Soal dengan 0,00 P 0,30 = sukar Soal dengan 0,30 < P 0,70 = sedang Soal dengan 0,70 < P 1,00 = mudah (arikunto, 2006 : 210)

4. Daya Pembeda Daya pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut dalam memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai. (Arikunto, 2005 : 177). Rumus yag digunakan untuk mengetahui daya pembeda setiap butir tes adalah :

D= keterangan : D = daya pembeda butir BA = banyaknya subjek kelompok atas yang menjawab benar JA = banyaknya subjek kelompok atas BB = banyaknya subjek kelompok bawah yang menjawab benar JB = banyaknya subjek kelompok bawah Untuk menentukan daya pembeda, maka seluruh subjekdideret atau urutkan mulai dari yag tertinggi sampai terendah sehingga bisa

dikelompokan menjadi kelompok pandai dan kelompok kurang pandai. Karena untuk menentukan daya pembeda harus dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu 50% kelompok atas da 50% kelompok bawah. Klasifikasi daya pembeda (D) adalah : 0,00 D 0,20 : jelek 0,20 < D 0,40 : cukup 0,40 < D 0,70 : baik 0,70 < D 1,00 : baik sekali D = negatif, semua soal yang memiliki D negatif tidak baik, maka sebaiknya dibuang saja. (Arikunto, 2006 : 218)

5. Prosedur Penelitian Untuk mengetahui perbedaan antara perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang diajar melalui pembelajaran Inkuiri

Terbimbing dibandingkan dengan prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran langsung, prosedur penelitiannya sebagai berikut : 1) Sampel dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 2) Meminta data mengenai nilai raport kepada guru mata pelajaran, berdasarkan nilai raport tersebut kemudian dicari homogenitasnya guna megetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3) Kelompok eksperimen diberikan pelajaran Lingkaran dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan kelompok kontrol diberikan pembelajaran langsung. 4) Setelah pembelajaran selesai, maka kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi post-test. 5) Hasil post-test digunakan untuk menguji hipotesis. Sebelumnya post-test diuji normalitas dan homogenitasnya sebagai syarat utuk menguji hipotesis. 6) Menguji hipotesis degan uji-t pihak kanan.

6. Teknik Analisis Data Sebagai langkah awal dalam analisis data, data penelitian yang berupa nilai post-test terlebih dahulu diuji normalitas dan

homogenitasnya sebagai prasyarat dalam pegujian hipotesis. Uji tersebut masing-masing diuraikan sebagai berikut : 1) Uji Normalitas Data yang diuji normalitasnya adalah data hasil post-test siswa yang diajar menggunakan pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran langsung. Uji normalitas yang digunakan adalah Chi Kuadrat (2).

Langkah-langkah uji ormalitas menggunakan Chi Kuadrat (2) adalah sebagai berikut : a) Menghitung rata-rata dan simpangan baku. b) Menentukan batas kelas interval untuk menghitung luas di bawah kurva normal bagi tiap interval. c) Mengubah batas tersebut ke dalam Z dengan rumus : Z= d) Dengan menggunakan nilai Z dan tabel Z, dihitung luas daerah di bawah kurva normal. Perhitungan ini dilakukan sampai semua dapat ditentukan. e) Menentukan Ei dengan mengkalikan kurva normal dengan total frekuensi untuk setiap kelas interval. f) Hasil penghitungan (a) sampai dengan (e) ditunjukkan dengan rancangan sebagai berikut :

Harga-harga untuk Uji Normalitas Chi Kuadrat (2) Batas kelas Harga Z Batas daerah Luas di bawah Oi Ei

kurva normal ... ... ... ... ... ...

Untuk menghitung Chi Kuadrat (2) menggunakan rumus :

2 =

keterangan : 2 = chi kuadrat Oi = frekuensi observasi Ei = frekuuensi harapan

Pada analisis Chi Kuadrat, kesimpulan ditarik dari hasil pengujian hipotesis nol (Ho)
2

dengan kriteria : Hipotesis (Ho)

ditolak bila yang dihitug dari sampel lebih besar dari nilai 2 tabel pada level of significance tertentu. 2 hitung 2 tabel pada db tertentu maka Ho ditolak. 2 hitung < 2 tabel pada db tertentu maka Ho diterima. (Sudjana, 2002 : 273)

2) Uji Homogenitas Data yang diuji homogenitasnya adalah data nilai raport matematika dan nilai post-test. Uji homogenitas menggunaka uji Barlett dengan langkah-langkah sebagai berikut : Harga-harga untuk uji Barlett Ho = 12 = 22 =... = k2 Klpk 1 . . k jumlah dk n1 1 . . nk - 1 (n1-1) I/dk Si2 (dk)(Si2) (n1 1)(Si2) . . (nk - 1) (Si2) (n1 1)(Si2) Log Si2 Log Si2 . . Log Sk2 (dk) Log Si2 (n1 1) Log Si2 . . (nk - 1) Log Si2 (n1 1) Log Si2 1/(n1 1) Si2 . . 1/(nk - 1) (1/n1-1) . . Sk2 Si 2

Harga-harga yang diperoleh untuk pegujian homogenitas adalah : a) Varian gabungan dari semua sampel S2 = {

b) Haega satuan B dengan rumus B = (Log Si2) (n1 1) c) Rumus uji Barlett 2 = (ln 10) { B (Log Si2) (n1 1)}

Ho diterima jika t hitung < t tabel (Sudjana, 2002)

3) Uji Hipotesis Untuk meguji hipotesis penelitian meggunakan uji-t pihak kanan dega langkah-langkah sebagai berikut : Adapaun rumus hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

H0 : 1 = 2, artinya tidak ada pengaruh Pembelajaran Inkuiri


Terbimbing terhadap prdestasi belajar matematika pokok bahasan Himpunan.

H0 : 1 > 2, artinya Pembelajaran Inkuiri Terbimbing mempunyai


pengaruh yang lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika yang diajar menggunakan bahasan

pembelajaran Himpunan.

langsung

pada

pokok

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus sebagai berikut : a) 1 = 2 maka uji-t yang digunakan adalah :

t= s2 =

dengan

keterangan : s = simpangan baku gabungan utuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol = rata-rata hasil belajar kelas eksperimen = rata-rata hasil belajar kelas kontrol n1 = banyaknya siswa kelompok eksperimen n2 = banyaknya siswa kelompok kontrol s1 = variansi nilai siswa kelas eksperimen s2 = variansi nilai siswa kelas kontrol

Kriteria pengujian, Ho ditolak jika t hitung > t 1- dan terima Ho jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk data distribusi t ialah (n1+n2-2) dengan peluang (1-). b) 1 2 , maka uji-t yang digunakan adalah :

t1 =

keterangan : = rata-rata hasil belajar kelas eksperimen = rata-rata hasil belajar kelas kontrol n1 = banyaknya siswa kelompok eksperimen n2 = banyaknya siswa kelompok kontrol s12= variansi nilai siswa kelas eksperimen s22= variansi nilai siswa kelas kontrol Kriteria pengujian : Ho ditolak jika t Dengan w1 = dan w2 =

T1 = t(1 - ) (ni 1) dan t2 = t(1 ) (ni 1)

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri, C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Penerbit Rineka Cipta. Garton, Janetta. 2005. Inquiry-Based Learning. Williard R-II School District. Technology Integration Academy.

Sagala, Syaiful. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit Alfabeta.

Ghozali, Imam. 2002. Statistik Non-Parametrik. Semarang. Undip.

Badan Penerbit

Anda mungkin juga menyukai