Anda di halaman 1dari 7

Senjata Uranium telah digunakan secara massal dalam peperangan yang penggunaan pertamanya dilakukan oleh pasukan AS dan

Inggris di Persian Gulf War tahun 1991. Senjata ini telah digunakan pula di Balkan pada akhir 1990-an, lalu Kosovo pada tahun 2000, juga di Afganistan pada tahun 2002, kemudian di Gulf War kedua pada Maret dan April 2003. Dampaknya, uranium terbakar menjadi aerosol partikel oksida berdiameter sub-mikro yang tidak dapat dihilangkan dan tetap hidup di lingkungan selama bertahun-tahun. Ada kekhawatiran ilmiah dan publik bahwa partikel radioaktif ini bisa bertahan, berterbangan untuk periode yang lama dan partikel ini kemudian dapat dihisap oleh penduduk atau orang-orang yang berada pada jarak tertentu dari tempat penggunaan senjata uranium. Penelitian kecil kelihatannya telah dilakukan di tempat yang dituju oleh aerosol uranium. Pihak militer bertahan bahwa uranium tetap tinggal dekat dengan tempat penggunaan senjata, dan Laporan Royal Society (2002) juga menyatakan bahwa materinya tidak akan terbang lebih jauh dari sepuluh meter. Di samping itu, pengukuran uranium di populasi lokal Kosovo sembilan bulan setelah penggunaan senjata uranium semuanya positif urinnya mengandung depleted uranium (Priest 2004) dan The United Nations (UNEP) menemukan partikel uranium di filter udara di Bosnia beberapa tahun setelah penggunaannya. Pertanyaan mengenai penyebaran aerosol uranium dari tempat peperangan menjadi kepentingan legal yang signifikan, karena jika senjata radioaktif secara umum mengkontaminasi publik, negara tempat penggunaan senjata, atau dimanapun juga, senjata ini dapat diklasifikasikan sebagai senjata dengan akibat yang non-diskriminatif (tidak pilih bulu, siapapun dapat terkena efeknya). Sekarang dapat diakui bahwa radiasinya tidak dapat dihindari. Lebih jauh lagi, ada pertanyaan ilmiah penting pada model-model yang digunakan untuk mengetahui dampak kesehatan dari keterbukaan (exposure) terhadap partikel uranium pada penggunaan senjata. Selain itu, ada bukti berbagai penyakit sebagai akibat terkena partikel uranium yang menimpa veteran-veteran Perang Teluk dan penduduk di Iraq. Pada Artikel ini kita meneliti kecenderungan uranium yang diperlihatkan oleh pengukuranpengukuran yang dilakukan pada high volume air sampler filter systems yang dijalankan oleh Atomic Weapons Establishment (AWE) Aldermaston, Berkshire UK. AWE sejak awal 1990-an secara rutin memonitor uranium di udara, dan sejak tahun 2000, dalam setiap dua minggu telah dilakukan determinasi filter dari high volume air samplers (HVAS). Mereka diharuskan untuk memasang monitor ini pada akhir 1980-an sebagai lanjutan dari ditemukannya cluster leukaemia pada anakanak di dekat tempat penyimpanan uranium (plant) . Monitor ditempatkan pada tempat penyimpanan uranium, juga di berbagai tempat yang jaraknya 15 km dari instalasi. Kita telah mendapatkan data hasil pengamatan yang diperoleh melalui the Freedom of Information Act . Penelitian kecenderungan uranium yang dilaporkan di sini menunjukan bahwa ada peningkatan secara statistik yang signifikan pada semua filter yang dimulai pada permulaan dan akhir Perang Teluk II. Tingkat radioaktif di kota Reading meningkat dua kali lipat dalam batas 1000nBq/m3 selama periode Gulf War II . Kita melaporkan kondisi cuaca pada saat itu menunjukan bahwa pada periode ini ada aliran udara konsisten dari Iraq ke utara dan bahwa UK ada di pusat anticyclone yang menarik udara dari selatan dan dari tenggara. Berdasarkan peningkatan jumlah yang sangat banyak dari uranium dalam udara sekitar 500nBq/m3, dengan menggunakan alat data pernafasan pada manusia, jumlah standar yang dapat dikalkulasikan adalah bahwa setiap orang di wilayah itu akan menghirup

sekitar 23 juta partikel uranium dengan diameter 0,25 mikron. Kita menyarankan untuk kepentingan kesehatan, khusunya kelahiran, untuk di teliti dalam rangka mencermati kemungkinan akibat dari penghirupan udara yang sudah terkontaminasi ini. Sejauh yang kita tahu, ini adalah bukti pertama di mana aerosol uranium dari penggunaan uranium dalam beberapa kali peperangan telah terbukti bergerak dengan sangat jauh. Senjata Depleted Uranium telah digunakan di medan peperangan sejak Gulf War I pada tahun 1991, di Balkans pada akhir 1990an dan kemungkinan di Afganistan pada tahun 2002, telah ada bukti-bukti menurunnya kesehatan karena menghirup aerosol uranium oxide yang dihasilkan uranium saat meledak dan terbakar di udara. Di lain pihak, estimasi konvensional didasarkan pada argumen radiologikal the International Commision on Radiological Protection (ICRP) telah mengarahkan agen resmi dan departmen pemerintah untuk menyatakan bahwa level dampak uranium yang muncul setelah penggunaannya dalam perang adalah sangat rendah pada kesehatan. Tetapi lebih jauh, ini ditentang bahwa penduduk bahkan tidak terekspos: kontaminasi lingkungan terlokalisasi di mana terjadi peledakan uranium. Berdasarkan pada kedua argumen ini, banyaknya laporan penyebaran penyakit pada area di mana senjata Depleted Uranium telah digunakan tidak dihitung oleh otoritas setempat dan militer di daerah peperangan dibebaskan dari kesalahan menggunakan senjata dengan efek non-diskriminatif ini. Ini adalah kepantasan yang penting, jika tidak merujuk kepada hukum sejak penggunaan seperti itu sama dengan penggunaan senjata kimia atau biologi yang dilarang oleh Geneva Convention . Mengenai isu radiologi, European Committee on Radiation Risk (ECRR) sebuah keagenan risiko radiasi bebas bertempat di Brussel telah mempublikasikan model risiko yang mana menarik perhatian bahwa terdapat kelemahan dari model risiko radiasi untuk menangani konsekuensi kesehatan pada internal radionuclides . Kekhawatiran ECRR baru-baru ini telah digaungkan oleh keagenan IRSN Perancis yang mana telah menyetujui keraguan ECRR pada kecukupan model ICRP untuk dampak internal sebagai contoh uranium adalah valid. (IRSN). Kesalahan pada model ICRP, yang mana didasarkan pada penyorotan eksternal sebagai lanjutan dari dosis besar, juga penting ketika memperhatikan pula tentang partikel radioaktif internal dan isotop pencarian DNA. Aerosol senjata uranium adalah termasuk kedua kategori ini karena partikel ini mempunyai diameter di bawah 1 micrometer dan dapat dihirup dan ketika dipindahkan ke jaringan sel dari paru-paru melalui sirkulasi limpa bisa menyebabkan konsentrasi tinggi ion uranium di dalam sel. Uranium sebagai ion uranyl UO2++ kecendrungan tinggi untuk berkombinasi dengan DNA phosphate . Hubungan ini tetap sekitar 10 10 . (Nielsen 1992) dan noda-noda uranium telah digunakan untuk menggambarkan DNA dalam microscopy elektron sejak 1960-an ( Zobel et al 1961, Huxley and Zubay 1961 ). Baru-baru ini, salah seorang dari kami telah menemukan bahwa uranium memfokuskan pada radiasi dasar alami eksternal pada DNA dan meningkatkan efek radiasinya. (Busby 2005, Busby 2005b). Ada bukti penting uranium itu genotoxic dan carcinogenic dan diassosiasikan dengan semua dampak buruk terhadap kesehatan. Bagaimanapun, ini membawa kita kepada poin penting kedua yang dibuat sehubungan dengan senjata uranium, ialah penyebaran partikel dan kemungkinan dampaknya bagi mereka yang ada di kejauhan tertentu dari pusat penggunaan senjata, termasuk non-combatants . Penyebaran partikel uranium pada lingkungan setelah digunakannya senjata tersebut pada peperangan mendapat perhatian khusus. Bagaimanapun, usaha kecil telah dilakukan untuk menentukan penyebaran aerosol uranium ini; lebih tepatnya telah dinyatakan bahwa

materinya tetap di dekat tempat peperangan dan tidak bisa mengkontaminasi mereka yang jauh dari tempat itu 10 meter lebih. Sejak tahun 1990-an, pengukuran-pengukuran uranium dengan filter sampel udara volume tinggi (HVAS filters) telah dilakukan secara rutin oleh Atomic Weapons Establishment di Aldermaston di Berkshire, UK. Perlunya untuk mengukur uranium dan juga plutonium mengikuti pencarian informasi publik di awal tahun 1990-an dalam penyebaran substansi-substansi ini kepada lingkungan lokal dan kekhawatiran masyarakat lokal terhadap penemuan peningkatan leukaemia pada anak yang signifikan di sekitar bangunan tempat memproses uranium ( for a discussion and the main papers see Beral et al 1990 ). AWE membuat pengukuran lingkungan kontaminasi radioaktif keduaduanya di tempatnya dan tidak ditempatnya pada bermacam-macam interval. Menginjak tahun 2000 mereka secara rutin (secara umum ada interval 2 minggu) mengukur aktifitas alpha dan beta pada pakaian-pakaian ( passive airshades ) dan juga uranium dan plutonium dalam HVAS. Pengukuran ini dibuat pada lokasi dan diluar lokasi pada bermacam-macam tempat dan pengukuran ini juga memonitor pelepasan uranium dari tempat AWE. Lokasi kontrol di luar tempat berada pada kejauhan tertentu dari pabrik uranium. Maka perbandingan level radiasi di berbagai tempat dapat terdeteksi terbangnya uranium dari tempat AWE. Publikasi tahunan hasil pengukuran-pengukuran ini dihentikan pada tahun 1999 tetapi pemonitorannya tetap berjalan, hasilnya seperti dilaporkan kepada the UK environment Agency . Tampak kepada kita untuk meneliti data-data ini untuk membuktikan uranium dari Gulf War II yang dimulai Maret 2003. Pertanyaan yang harus kita jawab ialah apakah aerosol uranium dari pemboman Iraq Maret 2003 cukup tersebar ke lingkungan Eropa. Tahun 2004 kita meminta data AWE tetapi datanya tidak diberikan ke kita. Pada Januari 2005, the Freedom of Information Act (FOI) diterapkan oleh UK. Sebuah aplikasi formal di bawah FOI kepada AWE mengenai hasil dari tahun 2000 sampai 2004 membuahkan hasil yaitu pengeluaran data, tetapi hanya data periode Gulf War II yang hilang. Kemudian permintaan dilakukan lagi dan hasilnya tidak kunjung datang, lalu tak lama kemudian kita menerima data dari the Defence Procurement Agency di Bristol, dan tidak dari AWE. Kita mendapatkan kecendrungan uranium itu dalam HVAS di lapangan dan dekat dengan AWE Aldermaston sebagaimana ditunjukan oleh data. Sampling yang terdapat di berbagai tempat yang dikontrol di AWE dilaporkan, Tidak semua tempat disini bekerja secara kontinu dalam periode yang kita inginkan jadi kita memutuskan untuk meneliti kecenderungan di Hannington, Thatcham, Silchester dan Reading, 4 tempat di mana pemonitoran terus berjalan. Jarak dalam kilometer dari AWE untuk setiap tempat ini diberikan di Tab e l 1. Kita mengubah data HVAS Uranium dalam udara ke nBq/m3 dan meneliti kecenderungannya dengan menandai data yang didapat setiap 2 minggu dari permulaan 2000 sampai penutupan 2003 untuk setiap 4 tempat sampling dan juga untuk detektor HVAS di tempat. Kita juga membuat test statistik pada ekskursi-ekskursi utama dari level rata-rata, khususnya ekskursi yang diassosiasikan dengan periode permulaan Gulf War II. Kecenderungan uranium dalam udara di sepanjang periode, di mana semua sampler ditandai secara terpisah. Ekskursi yang ditunjukan dalam uranium pada sampler udara secara statistik dan signifikan berbeda dari nilai rata-rata dan dalam kasus Reading melebihi batas statutory 1000ng/m3 di atas yang mana the Environment Agency harus menginformasikannya.

Peningkatan dalam uranium pada filter yang muncul dalam periode 13 Maret sampai 24 April 2003 bukan kemunculan yang begitu saja. Pemeriksaan kecenderungan menunjukan bahwa level rata-rata pada 2 tahun sebelum penaikan drastis sekitar 100ng/m3, dibandingkan dengan 600ng/m3 level peningkatan. Dari mana uranium itu datang? Apakah peningkatan uranium karena partikel oksida dari Gulf War II ? Peningkatan uranium ini tampak pada semua filter dan levelnya lebih tinggi pada tempat di luar peperangan dari pada di tempat perang. Jadi hasil bisa diasumsikan berbeda dari apa yang dikeluarkan oleh the Atomic Weapons Establishment itu sendiri; peningkatan uranium di udara ditunjukan oleh filter. Peningkatan-peningkatan ini dalam materi dari periode 13 Maret sampai 24 April. Ini juga secara kasar adalah periode Gulf War II, karena sekarang telah diakui secara universal bahwa jumlah signifikan senjata uranium yang digunakan dalam pengeboman dan peperangan anti tank, terlihat masuk akal untuk menghubungkan peningkatan uranium dalam filter dengan produksi aerosol uranium oxide di Iraq. Peningkatan pertama terlihat dalam filter yang dipindahkan dari tempatnya dan diukur pada tanggal 27 Maret, 9 hari setelah permulaan pemboman 19 Maret. Ini tentu perlu syarat pertama bahwa ada aliran udara dari Iraq ke Inggris dalam periode tanggal 19 sampai 27. Sebagai tambahan, kita harus sudah setuju bahwa partikel bisa saja dibawa oleh aliran udara ini, walaupun dalam indera, bukti dari analisis saat ini implisit dalam hasilnya; contohnya peningkatan ditemukan secara jelas mendemonstrasikan bahwa partikel uranium mampu terbang begitu jauh. Seperti apa yang kami nyatakan di pendahuluan, ada ketidaksetujuan tentang penyebaran aerosol senjata uranium setelah penggunaannya dalam medan perang. Di lain pihak, pihak militer dan agen pemerintah mengklaim bahwa partikelnya tidak menyebar jauh dari tempat kejadian, dan bahwa kontaminasi terlokalisasi hanya beradius 10 meter. The UK Royal Society Report on Depleted Uranium menyatakan bahwa penyebaran DU tampak hanya jarak yang pendek. Meskipun peningkatan level uranium dilaporkan di Hungary selama penggunaan DU di Kosovo, Royal Society membantah bahwa uranium tersebut berasal dari peningkatan debu uranium natural di atmosfir karena pemboman, dan bukan dari senjata DU (Royal Society, 2002). Tim United Nations Environment yang mengunjungi Balkan (UNEP) juga bertahan dengan argumen yang sama yaitu DU tetap tinggal dekat dengan area penggunaan senjata DU, dan membuat pengukuran alam di Kosovo (UNEP2001). Bagaimanapun Busby membuat pengukuran DU di Kosovo dan dapat menunjukan bahwa debu DU tetap ada di genangan air hujan yang turun 9 bulan setelah penyerangan yang menghasilkannya, dan pengukuran-pengukuran sesudahnya dibuat oleh UNEP di Bosnia dan Montenegro menunjukan keberadaan partikel-partikel DU di udara (lihat: Busby 2003). Priest mengunjungi Kosovo dan Bosnia untuk BBC dan melakukan test urine publik di area di mana DU digunakan. Menggunakan spectrometry massal, dia menemukan DU yang signifikan di semua orang yang dites, termasuk kameramen BBC sendiri (Priest 2003). Dietz melaporkan pada tahun 1991 dapat menunjukan pada tahun 1980-an bahwa DU dari Knolls Atomic Power Laboratory in Schenectady, NY dengan diameter 4 mikron dapat menyebar sejauh 26 mil dari pabrik. Diameter rata-rata DU medan perang diasumsikan oleh Royal Society antara 1 dan 5 mikron. Bagaimanapun, pengukuran dibuat oleh Militer AS pada akhir 1980-an menggunakan sistem filter rumit menunjukan bahwa diameter utama partikel lebih kecil dari ini.

Jadi ini jelas bahwa dibawah setengah massa total uranium oxide terdiri dari partikel-partikel yang lebih kecil dari panjang gelombang cahaya yang terlihat, partikel yang bisa disamakan dengan kelakuan sebuah gas. Maka dari itu penyebaran material tersebut dapat disamakan dengan penyebaran gas radioaktif dari kecelakaan seperti Chernobyl. Ini menjadi suatu pertanyaan yang harus dijawab dalam melihat apakah udara dari Irak sudah sampai UK dan Eropa. Untuk Eropa bagian barat, selama masa itu, termasuk pada saat Perang Teluk, ada arah angin dari utara ke Inggris dihasilkan dari tekanan rendah benua Atlantik yang kompleks, dengan tekanan tinggi pada UK dan Perancis. Udara juga memasuki sistem tekanan tinggi ini dari timur dan udara ini juga datang dari selatan. Ini jelas bahwa ada aliran udara potensial signifikan dari Afrika ke Eropa. Penelitian synoptic charts untuk Irak, Mediterranean dan Eropa timur menunjukan dari tanggal 19 dan 25, angin di Baghdad di mana kebanyakan pemboman terjadi di bagian selatan, mengirimkan segala material ke utara menuju tempat tekanan rendah di Timur Barat mediterranean selatan sepanjang waktu. Jalur aliran udara yang konsisten ini dapat dilihat dengan jelas pada pertemuan antara udara panas dan dingin. Sistem ini menghasilkan aliran udara menjadi lebih gampang menuju anticyclone Inggris dan Perancis. Dengan begitu sedikitnya, kondisi atmosfer sejalan dengan kesimpulan bahwa uranium di Aldermaston dari pengebomam Irak. Kalkulasi modeling dengan komputer mengenai asal datangnya udara di Reading pada 27 Maret yang menggunakan the noaa hysplit algorithm (www.arl.noaa.gov) menunjukan region sumber potensial udara sebagai Eropa bagian barat laut dengan sumber Afrika Utara untuk 1K dan 5K ketinggian kedatangannya. Dari jauhnya perjalanan udara Martin Doyle dari Universitas East Anglia, sebagaimana kami berdiskusi menyetujui bersama yaitu ini memungkinkan bahwa material yang bersumber di tempat-tempat seperti Irak dapat tiba di UK dalam 7 hari, walaupun dia menyatakan bahwa perjalanan material dari Timur Tengah ke UK itu tidak biasa (Doyle 2006). Namun, kondisi cuaca pada saat itu tidak biasa, dan sejak uranium itu jelas adanya di sana, bukti emipiris ialah udara yang cukup itu dari Irak tiba di Eropa sebagai penyebab meningkatnya level pada filter. Dengan pasti pada tanggal 11 April, the noaa hysplit model menunjukan udara dari Reading yang bersumber dari Irak 10 hari sebelumnya. Ini akan menjelaskan level-level tertinggi dalam periode perang yang kedua filter HVAS. Selama periode perluasan, rata-rata level uranium offsite di udara selama 6 minggu adalah 650nBq/m3 dengan level puncak di Reading yang melebihi level dua kali yang telah ditetapkan Environment Agency 1000ng/m3. Karena level latar belakang bisa dikatakan sebesar 155nBq/m3 kita dapat mengatakan bahwa ada kelebihan uranium di udara sekitar 500nBq/m3. Jika material ini terdiri dari partikel uranium oxide dari pengeboman Perang Teluk pertama kali kita bisa menghitung jumlah partikel 0,25 m diameter dalam satu kubik meter udara. Aktivitas uranium menjadi 12,5 MBq/kg. Jadi massa 500nBq sekitar 4 x 10-11 g. Menghirup uranium oxide sebanyak 9,8, ada sekitar 48000 partikel diameter 0,25 m dalam 1 kubik meter. Menggunakan volume hirup dari ICRP manusia standar (23 m3 per hari; ICRP 1974) dan mengasumsikan 50% penghiurpan uranium di luar bangunan tiap hari, dalam 6 minggu akumulasi uranium setiap orang telah menghirup 23 juta partikel. Partikel-partikel ini akan ditransfer secara cepat melalui paru-paru dan masuk dalam sistem limpa di mana partikel-partikel akan mendapatkan akses kepada semua jaringan.

Artikel ini tidak akan membahas tentang efek kesehatan yang disebabkan oleh eksposur partikel uranium. Salah satu dari kami ada yang menangani hal itu di tempat yang lain (lihat e.g. Busby 2002, 2003, CERRIE 2004) dan ada literatur yang menyita perhatian tentang mutagenasitas karena eksposur partikel uranium dari penggunaan senjata (Craft et al. 2004, Kuepker dan Kraft 2004). Argumen tentang efek-efek kesehatan berputar terhadap validitas saintifik dari penggunaan model riskan radiasi didapat dari studi-studi kelebihan dosis penyinaran radiasi (yang utama studi Japanese A-Bomb) untuk eksposur kronik internal sampai pada substansi-substansi radioaktif yang menghasilkan anisotropic yaitu dosis lokal. Sebagai tambahan, salah satu dari kami sudah menyatakan di tempat lain bahwa uranium akan menguatkan radiasi background gamma natural yang disebabkan oleh banyaknya jumlah atom dan kemampuannya untuk mengubah radiasi gamma ke dalam photoelectron lokal (Busby 2005, 2005b). Uranium mempunyai kesamaan struktur yang tinggi dengan DNA (Nielsen et al 1992, Zobel et al 1961, Huxley and Zubay 1961, Constantinescu 1974) dan dalam sel yang mana telah menginternalisasikan partikel uranium submikron, konsentrasi ionik ekuilibrium uranium akan cukup tinggi untuk menjenuhkan DNA dalam sel dengan mengikat phosphate. Radiasi pada DNA ini mungkin penyebab dari effek mutagenik yang abnormal ditunjukan oleh budaya sel ( contoh: Miller et al 2002, 2004) pada hewan-hewan laboratori ( contoh: Paquet 2005, IRSN 2005) dan dalam semua laporan penyakit yang berhubungan dengan eksposur terhadap uranium ( contoh: Craft et al 2005, Zaire et al 1997) Penggunaan senjata uranium pada medan peperangan telah diklasifikasikan sebagai senjata dengan efek yang non-diskriminasi; dengan begitu senjata itu jelas ilegal menurut berbagai konvensi perang. Mereka bertahan dan membenarkan penggunaan senjata ini dengan menyatakan bahwa uranium terlokalisasi pada daerah di mana terjadi penggunaan senjata dan bahwa eksposur terhadap populasi besar tidak terjadi. Sejarah pembukaan data dalam kasus ini mendukung ide yang mana AWE mengetahui bahwa filter-filter mereka menyediakan bukti pejalanan jarak jauh dari uranium. Mereka pada awalnya tidak mau memberikan data tersebut; ini membutuhkan sebuah permintaan Freedom of Information Act untuk mememaksa mereka untuk memberikan hasil pemantauannya. Tetapi secara signifikan mereka tidak memberikan secara langsung sejumlah data yang berhubungan dengan periode Perang Teluk, dan permintaan kedua diperlukan. Penantian lama antara permintaan kedua, dan pemunculan data, serta faktanya bahwa data yang hilang didapat dari organisasi yang berbeda, Defence Procurement Agency in Bristol, menyarankan bahwa ada perhatian utama yang diberikan pada interpretasi hasil, dan tindakan harus dilakukan tentang apa yang data akan tunjukan dan implikasi politiknya bagi militer. Meskipun banyak bukti bahwa aerosol uranium berumur panjang di lingkungan dan mampu berpindah tempat begitu jauh, ini merupakan bukti pertama yang kami dapat sampai saat ini, bahwa aerosol itu dapat terbang ribuan mil jauhnya. Jarak yang ditempuh oleh aerosol ini dari Baghdad menuju Reading mengikuti pola udara secara implisit dalam sistem tekanan pada saat itu ialah seketar 2500 mil. Walaupun transportasi ini sulit untuk dipercaya awalnya, namun perjalanan pasir gurun reguler yang muncul di UK mengajarkan kami bahwa planet bukan tempat yang besar. Ini adalah pelajaran pertama yang ditunjukan secara grafik dan secara bahaya oleh test-test nuklir di atmosfer pada tahun 1960-an dan kemudian Strontium-90 pada susu, dan baru-baru ini pada kecelakaan Chernobyl. Bagaimanapun, seperti test atmosfer, penggunaan senjata-senjata uranium di medan perang, khususnya bom-bom penembus bunker yang mana memiliki lebih dari 1 juta ton uranium dalam hulu ledaknya, adalah peristiwa-peristiwa yang dikendalikan oleh manusia: semuanya bukan kecelakaan. Hasil dari filter-filter AWE mengajarkan kepada kita bahwa

konsekuensi akibatnya dapat kita rasakan bersama tidak hanya pada tempat digunakan. Memang, berdasarkan hasil yang dilaporkan di sini, ada eksposur yang signifikan terhadap publik di berbagai negara. Uranium adalah genotoxic stressor yang kuat. Meskipun konsentrasi udara kecil dalam massa, bukti menyarankan bahwa kelebihan di UK mewakili bukti penyebaran sebuah tipe baru uranium, partikel ceramic sub-micron oxide. Sepertinya konsentrasi udara di negara-negara Eropa yang lebih dekat dengan Irak akan terekspos kepada level yang lebih tinggi dari pada yang ditemukan di Aldermaston. Dalam pandangan berbagai laporan efek genetik turun temurun di areaarea di mana uranium telah digunakan dan menghasilkan partikel-partikel ini, serta penyakitpenyakit yang dilaporkan menyerang veteran Perang Teluk, analisis rangkaian waktu kematian balita dan database angka bawaan kelainan kelahiran di Eropa mengasumsikan eksposur terjadi pada janin atau orang sebelum hamil pada pertengahan Maret 2003 berharga untuk diselesaikan. Kita telah mengajukan pada ONS di UK untuk mengeluarkan data bulanan tetapi sepertinya mereka belum siap.

Sumber : http://www.akhirzaman.info/menukonspirasi/depopulasi/depleted-uranium/81-du-eropa.html

Anda mungkin juga menyukai