Anda di halaman 1dari 6

Benarkah Wahabi atau Salafi

Terbiasa Mengkafirkan Ulama?


Sofyan.phpnet.us
Web Berpengetahuan
Benarkah Wahabi atau Salafi Terbiasa Mengkafirkan Ulama?

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya membaca di beberapa situs internet mengenai aliran Wahabi, ternyata aliran
wahabi ini telah mengkafirkan beberapa ulama seperti Imam Bukhari, Imam Namawi,
Ibnu Hajar, sahabat Rasulullah, bahkan Nabi Adam dan Siti Hawa pun mereka
kafirkan.

Kemudian, statemen mereka: siapapun yg menolak wahabi berarti menolak Islam.


Mereka mempunyai kitab Fiqih sendiri dan berbeda dengan fiqih dari 4 madzhab.
Tolong dijelaskan Pa Ustadz. Terima kasih sebelumnya, semoga membawa kebaikan.
Amien

Wassalamuaikum Wr. Wb.

Usep Indra Haruman


Jawaban

Wa Alaikumussalam Warohmatullohi Wabarokaatuh

Saudara Usep yang dimuliakan Allah swt.

Memang Allah swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya manakala


mendapatkan informasi atau berita yang tidak jelas/diragukan kebenarannya
hendaklah melakukan pemeriksaan secara seksama sebelum diambilnya sebagai suatu
pemikiran / keyakinan.

Firman Allah swt., “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. 49 : 6)

Da’wah Salafiyah adalah pelopor gerakan-gerakan ishlah (reformasi) yang muncul


menjelang masa-masa kemunduran dan kebekuan pemikiran di dunia islam. Da’wah
salafiyah ini menyerukan agar aqidah Islam dikembalikan kepada asalnya yang murni,
dan menekankan pada pemurnian arti tauhid dari sirik dengan segala manifestasinya.
Sebagian orang ada yang menyebut da’wah ini dengan Wahabi, karena dinisbatkan
kepada nama pendirinya, yaitu Muhammad bin Abdul Wahab (1115 – 1206 H / 1703
– 1791 M).

Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah seorang ulama yang sangat tegas dan
lantang dalam menyerukan tauhid. Ia seorang ulama yang karismatik dan disegani
sehingga mampu menda’wahi para penguasa untuk kemudian bekerja sama
menghancurkan berbagai kemusyrikan yang ada di masyarakat, seperti dengan
penguasa Uyainah yang bernama Utsman bin Muammar atau dengan Pangeran
Muhammad bin Su’ud sebagai pengusa Dir’iyah yang kemudian diteruskan oleh
putranya yang bernama Pangeran Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud hingga
Syeikh meninggal dunia.

Di antara prinsip-prinsip Da’wah Salafiyah :


Pendiri da’wah ini, dalam studi-studinya adalah bermadzhab Hambali.
Menekankan untuk senantiasa merujuk kepada Al Qur’an dan As Sunnah dalam
permasalahan aqidah.
Berpegang teguh dengan Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Menyerukan kepada pemurnian arti tauhid.
Menetapkan tauhid asma dan sifat-sifat Allah tanpa tamtsil (perumpamaan), takyif
(pencocokan) dan ta’wail (interpretasi).
Menentang segala bentuk bid’ah dan khurafat.
Menentang segala bentuk ungkapan, petualangan tarekat sufistik yang dimasukan
kedalam agama yang tak pernah ada sebelumnya.
Melarang berkata-kata tentang Allah tanpa ilmu, berdasarkan firman Allah :
“(Mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang kamu tidak ketahui.”
(QS. Al A’raf : 33)
Segala bentuk yang didiamkan oleh hukum syara’ adalah dimaafkan. Tak ada
seorangpun yang berhak mengharamkan, mewajibkan atau memakruhkan berdasarkan
firman Allah, “Janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu,
niscaya menyusahkan kamu, dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur’an itu
sedang diturunkan, nisacaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan (kamu)
tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Maidah : 101

(Disarikan dari buku, al Mausu’atul Muyassaroh Fil Adyaan Wal Madzahibil


Muaashiroh, WAMY, edisi terjemahan, hal. 227 – 232)

Sebagai da’wah yang memegang teguh prinsip-prinsip aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, maka Da’wah Salafiyah tidak mengkafirkan seorang pun dari kaum
muslimin kecuali apabila orang itu melakukan perbuatan yang membatalkan
keislamannya, sabda Rasulullah saw : “Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya
(muslim) : Wahai kafir, maka pengkafiran ini akan kembali kepada salah satu dari
keduanya, jika dia benar dalam pengkafirannya (maka tidak mengapa), tapi jika tidak
maka ucapan itu akan kembali kepadanya” [HR Al-Bukhari)

Jadi prinsip Da’wah Salafiyah terhadap orang islam secara umum—walau ia


melakukan dosa besar sekalipun—adalah tetap menganggap menghargai keislaman
mereka apalagi terhadap orang-orang mulia yang anda sebutkan di atas.

Mereka adalah para ulama dan imam besar umat ini yang karya-karyanya justru
dijadikan sebagai rujukan dan referensi oleh orang-orang salafi. Imam Bukhori
dengan karyanya, “Shohihul Bukhori”. Imam Nawawi dengan karyanya, “Shohih
Muslim bi Syarhin Nawawi”. Ibnu Hajar dengan karya terbesarnya,”Fathul Bari Syarh
Shohihil Bukhori”

Wallahu A’lam
jadi salafy dan wahaby itu sama atau gak?

Jawab:

Sungguh Ahlussunnah wal Jama'ah adalah nama lain dari dakwah Salafiyah dan jika yg
dimaksudkan penispatan kepada salafiyah = wahabi tentu kami tidak ridho di nisbatkan
dakwah Ahlussunnah ini kepada dakwah Person orang tertentu yakni Asy Syaikh Muhammab
bin Abdul Wahhab rahimahullah meskipun beliau adalah termasuk orang yg memberikan
jasa terbesar terhadap Dakwah ini -semoga Alloh menerima amalnya & diampunkan
dosanya-, karna dakwah ini adalah milik Alloh dan kita hanyalah mengikuti apa yg
diperintakah oleh Alloh melalui penyampainya yakni Rasulullah shalallohu'alahi wa salam.
namun jika yang dimaukan Salafiyah = Wahhabi ialah AL Wahhab (Yang Maha Pemberi)
yakni maksudnya adalah Dakwah Salafiyah adalah dakwah At Tauhid yg menyeru pemurnian
Tauhid, hanya kepada Al Wahhab yakni Alloh nicaya kita akan terima penamaan tersebut,
namun sayang apa yg dimaukan oleh orang2 yang benci kepada Dakwah tauhid ini adalah
Fitnah, memberi kesan seram terhadap dakwah ini, sehingga membuat orang lain lari dari
dakwah tauhid ini. Allohul Musta'an wa ilahil Musytaka. jika sudah dakwah ini
mengkultuskan person2 selain Rasulullah shalallohu'alahi wa salam (hizbiyah), niscaya Alloh
tidak akan ridho akan hal itu karena dakwah itu diperuntukan hanya kepada Alloh, agar
kalimat Allohlah yg ada dimuka bumi ini saja.
, dan di antara nama2 Ahlussunnah adalah :

1. Al-Firqoh An-Najiyah artinya golongan yang selamat. Penamaan ini diambil dari hadits
nabi Shalallohu'alahi wa salam

“Telah terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah
terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya ummatku
akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia
adalah Al-Jama’ah dalam satu riwayat : “Apa yang aku dan para shahabatku berada di
atasnya sekarang ini”. (Hadits shohih, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil
Jannah)

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Minhaj As-sunnah jilid 3 hal.345 : “Maka apabila
sifat Al-Firqoh An-Najiyah mengikuti para shahabat di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan itu adalah syi'ar (ciri, simbol) Ahlus Sunnah maka Al-Firqoh An-Najiyah mereka
adalah Ahlus Sunnah”.

2. Ath-Thoifah Al-Manshuroh artinya kelompok yang mendapatkan pertolongan. Penamaan


ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Terus menerus ada sekelompok dari ummatku yang mereka tetap nampak di atas
kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca mereka sampai datang ketentuan
Allah (hari kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti itu”. (Dikeluarkan oleh Muslim dari
hadits Tsauban dan semakna dengannya diriwayatkan oleh Bukhary dan Muslim dari hadits
Mughiroh bin Syu’bah dan Mu’awiyah dan diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin ‘Abdillah)
3. Ahlul Hadits dikenal juga dengan Ashhabul hadits atau Ashhabul Atsar. Ahlul hadits artinya
orang yang mengikuti hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan istilah Ahlul hadits
ini juga merupakan salah satu nama dan kriteria Salafiyah atau Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
atau Ath-Thoifah Al-Manshurah

4. Al-Ghuraba` artinya orang-orang yang asing. Asal penyifatan ini adalah sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah riwayat Muslim

“Islam mulai muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awal
munculnya maka beruntunglah orang-orang asing itu”

5. SALAFIYAH
Salafiyah adalah salah satu penamaan lain dari Ahlussunnah Wal Jama’ah yang menunjukkan
ciri dan kriteria mereka.
Salafiyah adalah pensifatan yang diambil dari kata ٌ‫( ﺳَﻠَﻒ‬Salaf) yang berarti mengikuti jejak,
manhaj dan jalan Salaf. Dikenal juga dengan nama َ‫( ﺳَﻠَﻔِﯿﱡﻮْن‬Salafiyyun). Yaitu bentuk jamak
dari kata Salafy yang berarti orang yang mengikuti Salaf. Dan juga kadang kita dengar
penyebutan para 'ulama Salaf dengan nama As-Salaf Ash-Sholeh (pendahulu yang sholeh).

Dari keterangan di atas secara global sudah bisa dipahami apa yang dimaksud dengan
Salafiyah. Tapi kita kita maukan tentang makna Salaf menurut para 'ulama dengan harapan
bisa mengikis anggapan/penafsiran bahwa dakwah Salafiyah adalah suatu organisasi,
kelompok, aliran baru dan sangkaan-sangkaan lain yang salah dan menodai kesucian dakwah
yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu 'alahi wa alihi wa sallam ini.

Kata Salaf ini mempunyai dua definisi ; dari sisi bahasa dan dari sisi istilah.

Definisi Salaf secara bahasa


Berkata Ibnu Manzhur dalam Lisanul 'Arab : “Dan As-Salaf juga adalah orang-orang yang
mendahului kamu dari ayah-ayahmu dan kerabatmu yang mereka itu di atas kamu dari sisi
umur dan keutamaan karena itulah generasi pertama dikalangan tabi'in mereka dinamakan
As-Salaf Ash-Sholeh”.
Berkata Al-Manawi dalam At-Ta'arif jilid 2 hal.412 : “As-Salaf bermakna At-Taqoddum (yang
terdahulu). Jamak dari salaf adalah ٌ‫(أَﺳْﻼَف‬aslaf)”.
Masih banyak rujukan lain tentang makna salaf dari sisi bahasa yang ini dapat dilihat dalam
Mauqif Ibnu Taimiyyah minal 'asya'irah jilid 1 hal.21.

Jadi arti Salaf secara bahasa adalah yang terdahulu, yang awal dan yang pertama. Mereka
dinamakan Salaf karena mereka adalah generasi pertama dari ummat Islam.

Definisi Salaf secara Istilah


Istilah Salaf dikalangan para 'ulama mempunyai dua makna ; secara khusus dan secara
umum.

Pertama : Makna Salaf secara khusus adalah generasi permulaan ummat Islam dari kalangan
para shahabat, Tabi'in (murid-murid para Shahabat), Tabi'ut Tabi'in (murid-murid para
Tabi’in) dalam tiga masa yang mendapatkan kemulian dan keutamaan dalam hadits
mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary, Muslim dan lain-lainnya dimana
Rasulullah shallallahu 'alahi wa alihi wa sallam menyatakan :

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian generasi setelahnya kemudian generasi


setelahnya”.

Makna khusus inilah yang diinginkan oleh banyak ‘ulama ketika menggunakan kalimat Salaf
dan saya akan menyebutkan beberapa contoh dari perkataan para 'ulama yang
mendefinisikan Salaf dengan makna khusus ini atau yang menggunakan istilah Salaf dan
mereka inginkan dengannya makna Salaf secara khusus.

kita mencukupkan perkataan seorang Ulama yg sangat terkenal di jamannya hingga jaman
kita sekarang yakni Al Imam Abul Hasan Al Asy'Ari

Berkata Abul Hasan Al-Asy'ary dalam Kitab Al-Ibanah Min Ushul Ahlid Diyanah hal.21 : “Dan
(diantara yang) kami yakini sebagai agama adalah mencintai para ‘ulama salaf yang
mereka itu telah dipilih oleh Allah ‘Azza Wa Jalla untuk bershahabat dengan Nabi-Nya dan
kami memuji mereka sebagaimana Allah memuji mereka dan kami memberikan loyalitas
kepada mereka seluruhnya”.

Kedua : Makna salaf secara umum adalah tiga generasi terbaik dan orang-orang setelah tiga
generasi terbaik ini, sehingga mencakup setiap orang yang berjalan di atas jalan dan manhaj
generasi terbaik ini.

Anda mungkin juga menyukai