Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PROSES PIKIR :WAHAM A.

Konsep Dasar Waham


1. Pengertian Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penilaian realistis yang salah, keyakinan klien yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi atau informasi secara akurat (Keliat, 1999). Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya (Rawlins, 1993). Waham dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak mau melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti-bukti yang objektif tentang kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan-keinginan dari penderita itu sendiri. Waham merupakan suatu cara untuk memberikan gambaran dari berbagai problem sendiri atau tekanan-tekanan yang ada dalam kepribadian penderita biasanya: a. Keinginan yang tertekan. b. Kekecewaan dalam berbagai harapan. c. Perasaan rendah diri. d. Perasaan bersalah. e. Keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan.

Rentang Respon waham


Respon adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Persepsi akurat Emosi konsisten Dengan pengalaman Perilaku sesuai berhubungan sosial

Distorsi Pikiran Ilusi Reaksi Emosi Berlebihan/kurang

gangguan pikiran/ waham sulit berespon emosi perilaku kacau isolasi sosial

perilaku aneh/ tidak biasa

Menarik diri 2. Faktor Predisposisi dan Prespitasi Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham (Stuart adn Sundeen, 1995.dikutip oleh Keliat, B.A.1998) adalah: a. 1) 2) b. Biologis Hambatan perkembangan otak khususnya kortek Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSp. yang menimbulkan. prontal, temporal dan limbik. Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, Psikososial perinatal, neonatus dan kanak-kanak. Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan. c. Sosial Budaya Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham seperti kemiskinan. Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan stress yang menumpuk. Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik umum latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik / emosional, perlakuan kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun tidak berdaya. 3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham (Standar Asuhan Keperawatan Jiwa RSJP Bogor di kutip oleh RSJP Banjarmasin, 2001) yaitu: a. 1) 2) 3) 4) b. 1) 2) 3) 4) c. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) kali. 10) Perilaku bazar. Waham dengan perawatan minimal Berbicara dan berperilaku sesuai dengan realita. Bersosialisasi dengan orang lain. Mau makan dan minum. Ekspresi wajah tenang. Waham dengan perawatan parsial Iritable. Cenderung menghindari orang lain. Mendominasi pembicaraan. Bicara kasar. Waham dengan perawatan total Melukai diri dan orang lain. Menolak makan / minum obat karena takut diracuni. Gerakan tidak terkontrol. Ekspresi tegang. Iritable. Mandominasi pembicaraan. Bicara kasar. Menghindar dari orang lain. Mengungkapkan keyakinannya yang salah berulang

4.

Jenis-Jenis Waham a. Waham Kebesaran

Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya. b. Waham Berdosa Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat. c. Waham Dikejar Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat padanya. d. Waham Curiga Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal Ideas of reference yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatanperbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya. e. Waham Cemburu Selalu cemburu pada orang lain. f. Waham Somatik atau Hipokondria Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang membusuk, otak yang mencair. g. Waham Keagamaan Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama. h. Waham Nihilistik Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal. i. Waham Pengaruh Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.

5.

Penatalaksanaan Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biar pun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya. Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Waham


1. Pengkajian Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan. Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk 5

mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik. Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya meliputi: a. Identifikasi klien 1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan. b. Keluhan utama / alasan masuk Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai. c. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan: 1) Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien. 2) Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anakanak. 3) Sosial Budaya kehidupan yang terisolasi serta stress yang Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), menumpuk. d. Aspek fisik / biologis

Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan. e. Aspek psikososial 1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh. 2) Konsep diri bagian yang disukai dan tidak disukai. b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan. c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut. d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya. e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah. 3) 4) ibadah. f. Status mental Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat. a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya,

tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri. g. Kebutuhan persiapan pulang 1) 2) 3) 4) rumah. 5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat. h. Masalah psikososial dan lingkungan Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien. i. Pengetahuan Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah. j. Aspek medik Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Diagnosa Keperawatan Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi dan membersihkan alat makan. membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian. kebersihan tubuh klien. Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar

Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian (Gabie, dikutip oleh Carpernito, 1983).

Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon dikutip oleh Carpernito, 1983) Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian adalah: a. b. c. d. e. f. Gangguan proses pikir; waham. Kerusakan komunikasi verbal. Resiko menciderai orang lain. Gangguan interaksi sosial: menarik diri. Gangguan konsep diri; harga diri rendah. Tidak efektifnya koping individu.

POHON MASALAH
Prilaku kekerasan Resiko mencederai orang lain

Gangguap proses pikir :


CP

Waham

Kerusakan komunikasi verbal

Gengguan konsep diri : Harga diri rendah

Gangguan interaksi sosial : Menarik diri

Koping individu inefektif

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah: 1. dengan waham. 2. HDR. Gangguan proses pikir berhubungan dengan Kerusakan komunikasi verbal berhubungan

10

Tahapan Kerja 1. Membina Hubungan Saling Percaya Tujuan pasien mampu : Membina hubungan saling percaya. Setelah ,,,,, kali pertemuan dapat mengungkapkan perasaan dan keadaannya saat ini yang dirasakan secara perbal. Intervensi : Sp 1 (tangal,,,,,) 1. Salam terapeutik 2. Perkenalkan identitas perawat 3. Jelaskan tujuan interaksi 4. Ciptakan lingkungan yang tenang 5. Buat kontrak yang jelas 6. Yakinkan bahwa kerahasian pasien akan terjaga 7. Tanyakan harapan pada pertemuan 8. Tepati waktu. Sp 2 (tanggal...) 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1)

11

2. Dorong dan beri kesempatan kepad pasien untuk mengungkapkan perasaannya 3. Dengarkan ungkapan pasien dengan empati 4. Lakukan pengkajian data (sesuai format pengkajian)

Sp 3 (tanggal,,,,,) 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1 dan sp 2) 2. Lakukan pengkajian data orientasikan kegiatan sehari-hari 3. Identifikasi masalah pasien. Pada fase pelaksanaan tindakan keperawatan dengan gangguan proses pikir yaitu: pada SP 1 Perawat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan. cara memenuhi kebutuhan; mempraktekan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Pada SP 2 perawat mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan

membantu mempraktekkannya. Pada SP 3 merawat mengajarkan dan melatih minum obat yang benar.

12

LEMBAR KONSULTASI Kelompok Stase Ruangan Judul Askep :1C : Keperawatan Jiwa : Ramin RSJD Sambang Lihum : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. Z Dengan Diagnosa Medis Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran Di Ruang Ramin RSJD Sambnag Lihum Gambut Banjarmasin (Kal-Sel) Instansi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin No. Konsultasi Paraf

13

Anda mungkin juga menyukai